Extra Part 10 : It Hurts (2)

4.8K 255 34
                                    

Esok harinya, Trinity bangun dengan mata bengkak. Dia menangis lagi sebelum tidur. Pesan-pesannya masih belum dibalas Zaki.

Tapi dia tak akan menyerah begitu saja. Dia bertekad akan datang ke rumah Zaki dan menjelaskan sekali lagi semuanya. Dia juga akan menyampaikan ucapan mamanya semalam. Zaki tak boleh meninggalkannya begitu saja tanpa pamit pada mamanya, karena dulu saat ingin mendekati Trinity, Zaki minta izin pada mamanya.

Trinity mengompres kelopak matanya dengan irisan tomat dingin. Berharap sembabnya menghilang. Dia tak sabar menunggu keadaan matanya kembali normal.

Setelah hampir satu jam berbaring menutup mata dan meletakkan irisan tomat dingin di atas kelopak matanya, keadaan matanya sedikit membaik.

Ponselnya berbunyi tanda ada pesan whatsapp masuk. Dengan penuh harapan Trinity meraih ponselnya, berharap itu balasan pesan dari Zaki. Tapi seketika raut kecewa muncul di wajahnya. Pesan itu dari Neo.

Semula dia berniat menghapus pesan itu tanpa membacanya lebih dulu. Dia benar-benar bertekad ingin menjauhi Neo.

Seharusnya dia melakukannya sejak lama. Neo datang ke kota ini hanya untuk liburan. Setelah masa liburnya selesai, dia akan kembali ke Barcelona bersama Liberty. Mungkin mereka akhirnya akan menjadi pasangan kekasih. Sementara hubungannya dengan Zaki hancur hanya karena Neo mengantarnya pulang. Bagaimana dia bisa memaafkan Neo dan dirinya sendiri yang tidak dengan tegas menolak kehadiran Neo?

Namun tak sengaja pesan dari Neo itu terbaca olehnya.

Maafkan aku, Trin. Aku janji akan membereskan masalah yang sudah aku buat.

Trinity meringis sinis. Semula dia ingin membalas pesan itu. Tapi dia berubah pikiran. Meninggalkan tanda telah membacanya tapi tidak membalasnya sudah cukup memberi pesan pada Neo bahwa dia tak ingin lagi bicara dengan cowok yang dulu sangat disukainya itu. Segala hal yang berhubungan dengan Neo sudah menjadi masa lalu. Saat ini dia hanya menyayangi Zaki.

Trinity menghapus pesan dari Neo itu. Dia masih berbaik hati mengurungkan niatnya memblokir nomor Neo. Dia hanya ingin mengabaikan Neo. Biar Neo sadar dia benar-benar sudah tak ingin diganggu lagi.

Dia sungguh-sungguh ingin memperbaiki hubungannya dengan Zaki. Dan langkah pertama adalah memutuskan apa pun bentuk hubungannya dengan Neo. Tak ada lagi istilah hanya berteman.

Dia berharap Neo pun bisa melupakannya. Toh sudah ada Liberty, gadis yang sepertinya sangat peduli pada Neo.

Menjelang pukul sebelas, Trinity siap berangkat ke rumah Zaki. Dia sudah berpamitan pada mamanya. Bahkan mamanya memberi ongkos lebih untuk Trinity naik taksi online.

"Biar kamu nggak capek dan nggak kepanasan," kata mamanya.

"Mama, aku kan bukan anak manja. Aku nggak takut kepanasan. Aku bisa naik bus Trans Jakarta kok. Aku bisa turun di halte yang nggak jauh dari rumah Zaki. Tinggal jalan kaki sebentar."

Bu Prita menghela napas. "Kamu ini hobi banget naik bus Trans Jakarta."

"Mama kan tahu, aku nggak nyaman naik angkutan umum yang privat seperti taksi online sendirian. Ngeri, Ma. Kecuali kalau ada temannya. Lebih aman naik transportasi umum yang banyak penumpangnya seperti bus."

"Benar juga. Ya, sudah, hati-hati ya. Kabari mama kalau sudah sampai dan kasih tahu mau pulang jam berapa."

"Iya, Ma."

"Salam buat Zaki. Bilang ke dia, mama tunggu dia menghadap mama karena kemarin pulang nggak pamit."

Trinity tersenyum getir. Ah, andaikan saat ini dia masih bisa menyampaikan pesan mamanya itu pada Zaki.

Trinity permisi pergi. Dalam perjalanan dia baru menyadari. Kali ini dia yang akan berjuang mendapatkan kembali cinta Zaki. Dia tak akan membiarkan Zaki pergi begitu saja.

Dia teringat tatapan sedih Zaki semalam. Pasti Zaki ingin bercerita tentang Lala. Trinity memandangi lagi chat-nya di whatsapp dengan Zaki. Masih tak ada tanda online.

Turun dari bus, Trinity mencoba menelepon Zaki, tapi teleponnya tidak diangkat.

Bergegas dia melangkah menuju rumah Zaki. Jika Zaki tak mau menemuinya, dia akan bicara pada mama Zaki dan menanyakan kabar Lala.

Sesampai di rumah Zaki, Zaki tak mau bicara pada Trinity. Dia hanya muncul menatap Trinity. Matanya terlihat sedih dan tampak lelah.

"Zaki," ucap Trinity. Dia mendekati Zaki. Tapi cowok itu tidak menyahut. Zaki malah membalikkan badan dan masuk ke rumah.

Trinity ternganga. Hatinya kembali bagai tersengat. Ngilu sekali rasanya melihat ekspresi datar Zaki tadi.

Akhirnya mama Zaki yang bicara.

"Zaki kecapean. Semalaman nggak tidur nungguin Lala di rumah sakit."

Trinity terbelalak. "Lala sakit apa, Tante?"

"Demam, suhu badannya tinggi banget sampai kejang-kejang. Semalam sempat nggak sadar. Tadi pagi keadaannya membaik tapi masih belum stabil. Sekarang papanya yang nungguin di rumah sakit.

"Lala ... " gumam Trinity lirih.

Pikirannya kalut dan hatinya nyeri bagai teriris-iris mendengar penjelasan mama Zaki. Lala adik kesayangan Zaki.

Dia merasa sangat bersalah.

Dia paham jika Zaki tak mau lagi bicara padanya. Dia memang pantas dihukum.

You and me
We used to be together
Everyday together
Always

I really feel
That I'm losing my boyfriend
I can't believe
This could be the end

It looks as though you're letting go
And if it's real
Well, I don't want to know

Don't speak
I know just what you're saying
So please stop explaining
Don't tell me 'cause it hurts

**=========================**

Hola!

Lanjut lagi ya ... 

Ngingetin lagi. Ini bukan flashback. Ini adalah bab tentang Zaki dan Trinity yang awalnya ada di cerita WCBIL tapi kemudian dihapus karena cerita WCBIL ingin fokus pada kisah Neo dan Liberty saja.

Salam,

Arumi

We Could Be In Love (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang