Chapter 22

826 39 0
                                    

Ucapan Glen terhenti karena Steve memegang erat lengannya seperti ingin memperingatkan bahwa belum saat nya memberitahu tapi Glen sudah tak bisa bersabar karena Bella harus tau!

"Kakak lo ada di ruangan yang berbeda sama lo, dia ada di-" Glen menghela napas berat dan kembali meneruskan kata-kata nya "dia ada di ruang ICU, kakak lo koma"

Seakan petir sudah menyambar dirinya, Bella tak bisa melakukan apa-apa. Dia hanya menangis mendengar kabar buruk ini. Dadanya terasa sesak, suara tangisan nya begitu lirih tapi bagi mereka ber-4 itu sangat menyedihkan.

"Dokter juga gatau Bell kakak lo sampai kapan koma nya, kita berdoa aja buat kakak lo supaya cepat sadar" sambung Glen.

Sebenarnya ia berat mengatakan ini kepada Bella, cuman, cepat atau lambat Bella akan tahu dan takutnya malah semakin sedih. Tapi ia yakin, Bella pasti akan bisa melewatinya. Karena yang ia tahu, adik kakak ini sama-sama kuat.

"T-terus, ruangan ICU nya dimana? Gue pengen kesana, tolong anterin gue hiks hiks.." ucap nya lirih sambil terus menangis.

"Mendingan besok aja lo liat nya, sekarang kondisi lo nggak memungkinkan buat ketemu kakak lo. Sekarang mending lo makan ya, gue tadi udah bawain sarapan. Oiya kalian berdua belum makan kan? Yuk makan juga" ucap Steve dengan suara hampir habis, karena kemarin setelah pulang dari rumah sakit, ternyata Steve malah datang ke rumah Glen sambil nangis dan teriak-teriak nggak karuan. Dan itu bikin Glen muak! Sabar aja buat Glen ngadepin kek gini.

Neira pun menangguk dan mulai menyuapi Bella, awal pertama ia tak mau membuka mulutnya, tetapi karena paksaan dan jurus rayuan maut akhirnya ia mau makan walaupun hanya beberapa sendok.

Setelah selesai, Bella hanya bengong tanpa ada bicara sama sekali. Mungkin perasaan nya masih syok mendengar ini.

Dan ya, berakhir sudah ruangan itu menjadi hiburan bagi mereka ber-4. Karena si Steve sudah bertingkah kocak. Dia paham suasana hati adik temannya ini dan ia tak mau melihatnya terus-terusan berfikir yang aneh-aneh. Walaupun suara nya masih belum pulih tapi itu cukup membuat Bella sedikit terhibur. Setidaknya ia sedikit melupakan pikirannya yang kalut.

Bercanda mereka berlangsung hingga sampai malam hari. Itu membuat Bella cukup terhibur dan ia sudah mulai merasakan rasa kantuk yang luar biasa, entah itu kelelahan atau ia ingin tidur.

"Kita balik yuk, kasian Bella udah ngantuk" ucap Glen

"Em kak, gue disini aja nemenin dia, kan kasian kalo butuh apa-apa nanti gaada yang nolongin" ucap Neira memohon kepada Glen.

Neira memasang wajah paling melas sepanjang masa yang baru dilihat oleh Felix, karena seumur-umur pas berteman dengan Neira. Ia tak pernah melibat wajah semelas itu, rasanya ingin ditabok.

"Gue jijik liat muka lo Nei" gumam Felix sangat pelan. Tapi ajaibnya Neira masih bisa mendengar dan langsung mendelik kepada Felix.

"Yaudah lo boleh disini, tapi kalau ada apa-apa cepet kabarin ya"

"Siap kak, bakal aku kabarin kalo ada apa-apa" ucap Neira sambil hormat layaknya sedang menerima tugas dari komandan.

"Bell kita pulang dulu ya, semoga cepet sembuh dan lo bisa ngelakuin aktivitas kek biasanya lagi" ucap Glen sambil mengelus surai Bella.

Bella hanya tersenyum kecil, kemudian 3 orang laki-laki itu lama-lama menghilang karena telah jauh. Sekarang yang ada di ruangan ini hanyalah ia dan Neira. Sudah mengantuk tapi tak bisa tidur.

"Nei, gue nggak bisa tidur" ucap nya manja.

Neira mengangkat alis sebelahnya. Heran deh, kenapa pas sakit Bella bisa manja kek gini? Ah tapi biarin aja kan namanya orang sakit.

My Perfect BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang