Chapter 41

175 6 0
                                        

Hari pun sudah sore, tapi pengunjung makin banyak, sepertinya Bella akan lembur hingga malam, tapi ia akan pergi bersama Gavin. Apa sebaiknya di batalkan saja? Ia tak bisa meninggalkan pekerjaan nya begitu saja.

Bella bolak-balik dari satu meja ke meja lain demi melayani pelanggan, hingga 1 meja memanggil nya dan Bella tau siapa itu.

"Hai.." sapa Gavin.

"Gavin.. seperti biasa?" Tanya Bella dan diangguki oleh Gavin "soal pergi dengan anda, apa-"

"Kita tetap pergi Bella, siap-siap lah. Kita pergi sekarang" ucap Gavin.

Mata Bella membulat seketika, apa Gavin tak liat cafe sedang rame seperti ini tapi ia seenaknya mengajaknya sekarang "tap-"

"Kak Glen menyuruh saya untuk menjemput anda sore ini, dia memperbolehkan saya untuk pergi bersama anda" ucap Gavin lembut.

Kalian tahu bagaimana hati Bella sekarang?

Bella menahan dirinya untuk tidak salah tingkah melihat senyum menawan dari Gavin. Bella menganggukan kepala nya dan pergi meninggalkan Gavin yang sedang duduk manis.

Tak butuh waktu lama Bella berada di depan Gavin, ia menyisir rambut nya dengan 5 jari nya. Gavin bisa mencium shampo berwangi buah menguar dari rambut gadis cantik ini saat ia mengibas kan rambutnya ke kanan dan ke kiri.

Gadis cantik ini asyik menata rambutnya yang super panjang itu, hingga tak sadar menarik beberapa orang yang berada di sana.

Mereka terpana, dan tak mengetahui bahwa pelayan cafe selama ini memiliki paras yang anggun ketika rambut nya dibiarkan terurai.

"hayukk, dah siap aku nya"

Gavin hanya bisa tersenyum dan tersenyum. Gadis ini bisa membuat dirinya sedikit melupakan masalah yang tengah merongrong masuk dalam kehidupan nya.

Setelah menempuh perjalan, ya lumayan cukup jauh menurut Bella. Tak masalah, asal bersama Gavin.

"pantai? not bad"

Bella terus bergelut dengan pikiran nya. Ini bukan pertama kalinya ia pergi, sudah pernah berkali-kali malah. But, itu dulu.

Dari parkiran hingga sampai di pantai, tangan Gavin tetap memegang jari pergelangan Bella, seakan-akan takut semesta mengambil miliknya.

Pria ini tau, bahwa gadis lucu di samping nya ini ingin sekali bermain air, karena daritadi sudah tak bisa diam.

"Gavin"

Gavin menoleh dan mengangguk pelan, tanpa babibu Bella berlari ke arah air dan tertawa riang, dari jauh Gavin pun bisa mendengar tawa indah Bella. gadis nya.

Bella? oh jangan di tanya seperti apa dia sekarang setelah bertemu air. Tapi dia menyesal tak bawa baju ganti, padahal baju nya sudah basah dimana-mana karena cipratan air saat ia berlari.

Saking asyik nya dia tak tahu bahwa bahaya akan menyerang, dari kejauhan pria berambut hitam sangat-sangat lekat.

Gavin melihat dari kejauhan bahwa ada yang tak beres langsung beranjak, tapi-

"anda mendekat, bisa dipastikan gadis cantik itu akan mati sepersekian detik karena senapan laser"

Gavin tau siapa dibalik semua ini.

"apa yang kalian mau?" Gavin tetap tenang, walau jantung nya sudah berdebar.

Takut kalau semua nya tak bisa ia kendalikan.

Takut akan gadisnya.

Takut semua yang telah ia susun begitu payah hancur begitu saja.

"cukup temui Tuan, dan anda akan selamat. Termasuk gadis itu"

"hanya itu?" Gavin menantang.

"oh, anda ingin lebih ternyata?" orang ini seperti mengajak permainan.

Ini permainan menjebak dan kematian.

"Bagaimana kalau gadis itu juga terlibat? oh, atau dijadikan kelinci? ah, saya sudah lama tak bermain" Gavin menoleh tepat orang yang sudah hampir melecehkan gadis nya dengan perkataannya.

"tua tak ber-etika" sarkas Gavin.

Pria itu tertawa seperti org raksasa yang sangat menjijikan.

"sepertinya disini yang tak ber-etika anda, Tuan Jamaluddin Gav"

Gavin berusaha mengendalikan emosinya, itu adalah kata-kata yang tak bisa ia dengar, apalagi seseorang yang menyebutkan nama aslinya.

yap

Jamaluddin Gav adalah nama asli Gavin.

"jadi.. bagaimana tuan muda?" pria itu bertanya setelah Gavin diam beberapa menit.

"ok"

Gavin pun dibawa oleh orang yang berpakaian serba hitam ini.

Bella?

Dia sendirian

Dan tak tahu bahwa dirinya telah ditinggalkan dalam keadaan tak ada baju ganti, tak mengetahui daerah ini. Bahkan  hari pun akan berganti dengan kegelapan.



My Perfect BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang