"Gue pengen liat kakak gue, dia sekarang lagi ngapain sekarang di ruangan itu? Dia pasti sendirian disana" ucap Bella sendu, 'tes' air mata nya pun luruh seketika. Ia tak tahu harus berbuat apa sekarang, yang ia inginkan hanyalah bertemu dengan kakak nya.
"Gue pasti nemenin lo nemu kakak lo, sekarang dimakan dulu yaa dihabisin, nanti gue anter ke ruangannya oke? Gue janji. Jangan sedih lagi ya ntar cantik nya hilang" hibur Neira sambil mengusap air mata Bella.
Felix tak tahu harus berbuat apa sekarang, ia meruntuki mulutnya karena tidak melihat keadaan, ia melihat Bella seperti itu membuat hatinya tergores.
"Maafin gue ya Bell, karena pertanyaan gue, lo jadi sedih kek gini"
Bella hanya tersenyum simpul kemudian melanjutkan makanan nya yang sempat tertunda, sementara Neira sudah melototi Felix dengan tajam.
"Lo harus liat dong situasi nya, kalo mau nanya entar aja" ucap Neira dingin. Nyali Felix menciut, ini kenapa Neira menjadi galak kek gini?
"Ya gue minta maaf Nei, gue ceroboh tadi nggak liat situasi dulu kalo nanya" cicit Felix
"Nah itu nyadar kalo lo itu ceroboh sekali-"
"Udah nggak usah berantem, mending makanan nya dihabisin terus kita liat kak Brandon bareng-bareng" lerai Bella. Ia sudah capek mendengar pertengkaran kecil dari kedua sahabatnya, ia juga bingung, kenapa Neira jadi se galak ini.
"Oiya Nei, jangan sering marah-marah atuh, kan nggak baik, emang apa yang membuat lo jadi pemarah kek gini"
Bella menatap Neira dengan tatapan tak bisa diartikan, Neira menghela napas nya, sepertinya ia bergulat dengan pikirannya.
"Pms kali Bell mangkanya kek gitu, kayak singa betina yang GARANG HAHAHA" celetuk Felix sambil tertawa keras.
"Kurang ajar lo, terserah gue lah, ini kan diri gue, terserah lo mau ngatain gue apaan" Neira menatap Felix begitu tajam, hingga tawa Felix yang awalnya menggelegar menjadi berhenti.
"Ya sorry kek gitu, gue kan cuman bercanda Nei, gitu doang masa marah"
"Tapi candaan lo nggak lucu tauk!" Kali ini Neira benar-benar marah, emosi nya memuncak. Bella yang mengetahui itu langsung memegang tangan nya dengan lembut, perlahan Neira mulai tenang.
"Felix, lain kali kalo bercanda di saring dulu" ucap Bella sambil masih menenangkan Neira yang napas nya masih naik turun.
"Sorry sorry, salah mulu gue ya ampun"
Mereka bertiga menyelesaikan makanan nya hingga tandas tak tersisa, bahkan Felix mengeluh perutnya sakit karena kekenyangan terlalu banyak makan.
Bella bersiap-siap untuk menjenguk kamar kakak nya, ia duduk di kursi roda yang di dorong Neira, sementara Felix bertugas memegangi infus nya, Bella ketar-ketir, perasaan nya campur aduk sedari perjalanan ke kamar kakaknya.
Ia bingung harus ngapain, hingga akhirnya mereka di ruangan Brandon. Hal pertama yang ia lihat adalah, kakak nya banyak ditempeli alat-alat medis, lalu ada juga monitor yang menampilkan grafis detak jantung, ada alat bantu oksigen yang terpasang di hidung dan mulutnya, dan juga, ada lilitan perban di kepala nya.
Kakak nya kenapa?
Bella memegang tangan kakak nya yang terasa dingin, ia ingin menangis keras-keras, tapi ia masih waras untuk tidak melakukan hal itu. Air matanya menetes sangat deras, ia bingung harus berbuat apa.
Neira dan Felix menatap sahabatnya sangat pilu, mereka tau, pasti berada di posisi Bella sangatlah sulit. Bahkan mereka juga belum memberitahu soal Amnesia yang dialami oleh Brandon. Mereka bingung harus mulai menjelaskan dari mana.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Brother
Teen FictionLo adalah harapan gue, lo keluarga satu-satunya yang gue punya. Lo suka duka gue, lo kebahagiaan dan kesedihan gue. Gue gatau harus bilang apa sama lo, thanks brother you is My Perfect Brother