Semua berjalan seperti biasanya, gadis ini pun sudah menganggap semuanya angin berlalu. Tapi ia tak bisa membohongi hatinya yang sudah sangat kecewa.
Berkali-kali ia menyemangati dirinya sendiri, tapi tetap saja ia tak kuat menanggung semuanya, meskipun ada kedua sahabatnya.
Tapi ia tetap enggan bercerita, ia takut kalau itu akan membuat kedua sahabat nya menjadi khawatir terhadap nya.
Tetapi ia beruntung karena canda tawa nya masih berada dalam dirinya, ia merasa terhibur setiap kali bertemu dengan kedua sahabatnya, tak hanya itu. Bahkan dia juga suka tertawa di cafe tempat ia bekerja bersama kedua teman kakak nya.
Kakaknya? Bahkan dia lebih mengecewakan. Waktu ia lulus dari SMA dengan nilai yang sangat memuaskan itu pun tak ada ucapan selamat yang keluar dari mulut kakak nya.
Ia sangat kecewa, perubahan kakak nya membuat dirinya merasa benci. Iya, dia benci sekarang kepada kakak nya.
Tapi ia tak mungkin memiliki perasaan itu karena ia tau kalau kakak nya sedang berusaha mencari uang untuk dirinya.
Malam ini terasa sangat dingin selali, karena diluar hujan sangat deras, gadis itu sedang melayani pelanggan cafe nya walaupun tubuhnya sudah merasa kedinginan.
Tetap dengan senyum hangat nya ia melayani dengan sangat baik, tak heran kalau cafe semakin hari semakin banyak pengunjung nya.
Gadis itu nampak sedang menaruh sajian-sajian makanan yang telah dipilih oleh pelanggan, dan pelanggan itu mengucapkan terimakasih gadis itu pun membalas dengan senyum hangat nya.
Ia pun berjalan menuju meja kasir tempat bagian Steve, jalan nya pun terlihat santai tetapi sangat anggun jika dilihat lebih detail.
"Gila, malam ini hawanya dingin banget sumpah. Bahkan penghangat nya udah gue nyalain tapi tetep aja masih dingin" ucap Steve sambil memeluk dirinya sendiri.
"Iya kak, nggak biasanya loh kek gini. Gue aja dari tadi udah kedinginan" Bella pun menggosokkan kedua tangan nya dan menempelkan pada pipinya agar terasa hangat.
"Nggak papa, malam ini kan cuman ada beberapa pelanggan. Setelah mereka selesai kita langsung tutup aja, diluar juga hujannya deras banget ada angin nya pula" Bella mengikuti arah penglihatan Steve menuju jendela, memang benar diluar hujan sangat deras dan angin nya lumayan kencang yang membuat daun-daun pepohonan ikut bergerak searah dengan angin.
"Gue pengen nya gitu kak, terus minum teh hangat beuhhh, pasti rasanya mantep banget"
"Gue bikinin juga dong, tapi bukan teh-" Steve memcoba berfikir, minuman apa yang bisa membuatnya hangat "ooh iyaa, bikinin gue coklat panas aja hehe tolong ya dedek cantik" sambungnya sambil memberikan tatapan memelas.
Bella menghela napas nya, oke! Salah satu kelemahan nya yaitu tatapan memelas. Sebenarnya ia ingin menolak tetapi karena tatapan itu dia menjadi mengurungkan niatnya.
"Fine! Gue bikinin yang panas pakek buanget biar badan lo ikut panas" ucap nya dengan nada ketus lalu berjalan menuju dapur. Steve hanya terkikik geli melihat wajah kesal gadis itu.
Setelah sampai di dapur Bella melihat Glen sedang meneguk kopi yang asap nya masih mengepul diatasnya.
Melihat datangnya Bella, Glen memberikan senyum tipis, ia sudah menduga kalau gadis ini akan membuat minuman yang membuat tubuh merasa hangat.
Bella mulai merebus air dan menyajikan 2 gelas. Yang satunya berisi minuman coklat sachet dan satunya lagi berisi kan gula dan sekantung teh.
Glen mengeryitkan dahinya "gelas yang isinya coklat punya siapa Bel?"

KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Brother
JugendliteraturLo adalah harapan gue, lo keluarga satu-satunya yang gue punya. Lo suka duka gue, lo kebahagiaan dan kesedihan gue. Gue gatau harus bilang apa sama lo, thanks brother you is My Perfect Brother