Happy Reading...
🖤🖤🖤🖤🖤🖤
"Kalian darimana?" Tanya Brandon basa basi.
Bella bingung ingin menjawab apa, kalau ia bilang bahwa habis jalan-jalan dan tak pulang dulu, bisa dipastikan ia tak akan bertemu dengan Gavin lagi.
"Maaf kak, tadi saya mengajak Bella tak meminta ijin dulu dan langsung ngeluruk aja. Saya mohon, jangan marahi Bella soal ini, ini adalah salah saya. Saya yang mengajak, jadi salahkan saya saja" ucap Gavin panjang.
Bella tak percaya, Gavin terlalu berani untuk mengatakan yang sejujurnya, apalagi yang dihadapan nya adalah kakak nya yang akan marah jika adik perempuan nya dibawa lari jalan-jalan sebelum meminta ijin dahulu.
Cukup lama Brandon diam membuat jantung Bella berdegup kencang, ia antara was-was, takut, gelisah camour semua nya jadi satu seperti adonan kue.
Brandon menghela napas nya "gue gak marah, siapa juga yang marah, tapi lain kali kalau mau ajak adik gue jalan ngomong sama gue walau cuman lewat telepon, kan kek gitu gak bikin gue khawatir" ucap Brandon tenang, tak ada suara yang keras, sinis, cibiran atau semacamnya. Seperti biasa-biasa saja.
"Siap kak, saya akan ijin dulu sebelum ngajak Bella jalan" percakapan singkat itu terhenti karena Ira ikut bergabung di ruang tamu.
"Kok malah diam" ucap Ira heran.
"Ya gara-gara lo jadi gak seru deh" celetuk Brandon dan dibalas dengan lemparan bantal tepat pada wajahnya.
"Nyeselin!" Desis Ira tak lupa tatapan sinis miliknya ia keluarkan.
"Bella, udah mandi sayang? Kakak udah siapin air hangat buat kamu mandi"
"Yaudah aku mandi dulu ya kak" Bella meninggalkan ruang tamu dan bergegas untuk mandi, dirasa badan nya lengket karena keringat yang dihasilkan setelah menaiki tangga yang tinggi nya minta ampun.
"Kamu siapa ya?" Tanya Ira pada Gavin, karena gerak gerik Gavin membuat Ira penasaran.
"Saya Gavin kak, saya teman dari Bella" ucap Gavin sopan.
Ira tersenyum dan sedikit teringat ucapan brandon yang tadi pagi berjanji akan mengatakan hal bersangkutan pada Bella.
"Bran, kamu katanya mau ceritain siapa laki-laki yang waktu itu jalan sama Bella di restoran?" Tagih Ira pada Brandon.
"Pas banget, lo bisa nanya semau lo karena orang nya ada di depan lo sekarang" ucap Brandon membuat Ira membulatkan matanya tak percaya.
"Dia?" Tunjuk Ira ke arah Gavin, Gavin yang merasa dirinya ditunjuk pun kembali bingung.
"Iya sayang, dia yang bersama Bella" ucap Brandon mengelus rambut Ira.
"Kamu, gimana ceritanya bisa jalan sama Bella? Apa kamu suka ya sama Bella? Atau kamu cuman ingin mendekati Bella?"
Gavin gelagapan ingin menjawab yang sebenarnya, tapi ia takut menjadi salah bicara dan ujung-ujungnya tak akan bisa bertemu gadisnya.
"Sayang pelan-pelan tanya nya, kasian dia kek kebingungan gitu" ucap Brandon gemas.
Ira hanya menyengir kuda dan menatap Gavin dengan lekat-lekat, ia ingin tahu, apakah Gavin laki-laki yang baik atau tidak untuk Bella.
"Sekarang lo kan ada disini, bisa jelasin ada hubungan apa lo sama adek gue? Dan ya kalian saling suka?" Tanya Brandon.
Jantung Gavin berdebar sangat kencang, kenapa ia sangat gugup seperti ini? Ia jadi teringat moment dimana dirinya ditanyai seperti ini oleh ayah seseorang yang dulu bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Brother
Teen FictionLo adalah harapan gue, lo keluarga satu-satunya yang gue punya. Lo suka duka gue, lo kebahagiaan dan kesedihan gue. Gue gatau harus bilang apa sama lo, thanks brother you is My Perfect Brother