Happy Reading..
"Kak, kita mau makan dimana? Diluar atau di kantin rumah sakit?" Tanya Neira. Mereka ber-5 sekarang tengah berada di koridor rumah sakit untuk mencari makan. Sekaligus membericarakan hal yang penting karena bersangkutan dengan adik kakak ini.
"Kita di restaurant dekat sini aja, sekaligus ada yang pengen gue omongin Bella" ucap Glen masih mendorong kursi roda Bella.
"Gue?" Tunjuk dirinya, Glen hanya mengangguk, kerutan di dahi nya pun tercetak. "Emang ada apa sama gue kak? Atau ini ada sangkut pautnya sama kakak gue?" Tanya nya penasaran.
"Nanti kita bicarakan yaa di restaurant nya biar enak" kini Steve pun mulai bersuara.
Mereka akhirnya berjalan menuju restaurant dekat rumah sakit. Dan mulai memesan beberapa makanan untuk dimakan, karena salah satu dari mereka ada yang doyan makan. Karena moto nya, perut itu harus diisi biar tenaga nya kuat, gitu katanya.
"Kita makan dulu ya, biar enak nanti ngomongnya"
Mereka pun akhirnya makan hingga tandas tak ada yang tersisa, karena semua makanan paling banyak dimakan oleh Steve, ya, dia makan sebanyak apapun tak bisa gemuk. Dia bahkan sudah pernah makan hingga tengah malam, tapi tetap saja, tak ada hasilnya. Itu sebabnya walaupun tubuhnya kecil tapi makan nya sangat banyak.
"Gila, disini makan nya enak-enak, sampai penuh perut gue" keluh Steve sambil mengusap perutnya yang tengah kekenyangan.
"Ya itu lo rakus sih, salah lo semua makanan disosor aja" cibir Neira
"Sinis amat sih lo, salahin restaurant nya dong, gue kan jadi pengen makanin semua soalnya enak-enak" ucap Steve tak mau kalah.
Mereka berdua saling melempar tatapan tajam, bahkan Neira pun sudah berkacak pinggang. Steve pun tak mau kalah dia pun bahkan menggulung kemeja nya hingga sampai siku, seperti ingin menghajar seseorang.
"Lo berani nya sama cewek ya? Dasar cupu loh!" Sarkas Neira
"Tuh mulut gabisa di jaga ya? Udah bosen sama sopan santun? Gue lebih tua dari lo tapi lo malah seenaknya sama gue, jadi cewek mulut nya dijaga dong" ucap Steve sambil menggebrak meja.
Mereka memang berada di ruangan pribadi, jadi tak akan terganggu jika ada keributan antara Neira maupun Steve. Tapi mereka telah bosan, karena 2 orang ini tak adaa ikatan akur nya sama sekali.
"Udah dong ya ampun, bisa nggak sih diantara kalian nggak ada yang saling cibir? Nggak malu apa sama umur kalian yang udah gede?" Omel Glen.
Mereka berdua pun menunduk malu karena bertengkar hal sepele, dan juga ini pun umur mereka bukan anak kecil lagi, "kita minta maaf" ujar mereka kompak.
"Udah, sekarang. Bella, gue mau ngomong serius sama lo, ini tentang kakak lo. Gue langsung to the point aja ya biar gak berbelit-belit, entar ribet" ucap Glen sambil menghela napas nya.
"Kakak lo kehilangan ingatannya 3 tahun yang lalu, yang artinya, dia masih inget sama lo, tapi dia nggak inget sama gue dan Steve, dan juga Felix, mangkanya tadi lo heran kan, kenapa kakak lo agak bingung liat Steve tadi? Itu sebab kakak lo hilang ingatan tentang kita. Jadi, lo nggak usah khawatir, karena kakak lo masih inget lo. Tapi lo harus juga bimbing kakak lo biar inget sama ingatan nya" ucap Glen panjang lebar.
"Jadi, kakak masih inget? Tapi kenapa tadi diem aja? Apa memori nya masih agak korslet? Tuhan.. makasih atas semua nya, aku bahagia.. tapi aku tak bisa bahagia diatas kesedihan orang lain. Sebab kakak nggak inget sama teman-temannya, bahkan Felix" gumam Bella dalam hati, air mata nya pun luruh sedikit demi sedikit.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Brother
Teen FictionLo adalah harapan gue, lo keluarga satu-satunya yang gue punya. Lo suka duka gue, lo kebahagiaan dan kesedihan gue. Gue gatau harus bilang apa sama lo, thanks brother you is My Perfect Brother