Chapter 28

744 32 4
                                    

Happy Reading..

🖤🖤🖤

"Makasih ya, gue jadi ngerepotin kalian banget" yup, Bella merasa tak enak dengan Glen, Steve ataupun Felix yang sudah banyak membantu bahkan sudah repot ini dan itu.

"Kek baru kenal aja lo Bell, Dan kita bantuin nya ikhlas kok, gausah ngerasa sungkan gitu lah, kalo ada apa-apa hubungin gue atau Steve dan juga Felix"

"heh gue juga harus lo hubungin!" Ucap Neira sewot, Bella hanya mengangguk sambil terkekeh dan baru saja tangan nya ingin menggapai tas besar yang berada di samping kursi roda nya tapi sudah lebih dulu di ambil oleh seseorang, siapa lagi kalo bukan Steve.

"Eitss adek cantik gak boleh angkat barang yang berat-berat dulu termasuk tas ini. Lo duduk anteng di kursi roda itu, biar kita ber-4 aja yang urus semua oke"

"Eh tapi kan gue juga pengen bantu" ucap nya memelas. Tapi itu sama sekali tak mempan bagi Steve membuat Bella hanya mendengus sebal dan hanya menonton 4 orang di depan nya yang sibuk masing-masing.

Setelah selesai Glen, Felix dan Steve pamit pulang tinggallah hanya Neira dan Bella di rumah. Kenapa Neira tak ikut pulang? Itu kemauannya sendiri, dia kukuh untuk membantu sahabat nya untuk mengerjakan pekerjaan rumah, baik banget kan? Padahal Bella sudah berapa kali bilang kalo dia akan baik-baik saja. Dan bukan Neira namanya kalau tidak keras kepala.

"Nei plis deh, lo duduk aja di sofa itu, gue bisa ngerjain ini. Lo udah capek dari kemaren-kemaren bantuin gue, sekarang lo istirahat biar ini jadi urusan gue" Neira menghela napas nya dan menatap sahabat nya yang memasang wajah puppy eyes.

"Gausah pasang wajah kek gitu deh, jijik gue. Dan ya, lo bilang apa tadi? Gue capek? Sorry dear gue sama sekali gak capek. Udah deh ya, mending lo anteng disitu biar gue yang urus oke, lo tinggal kasih arahan aja ke gue." Lihat? Bella pun hanya bisa pasrah dan mengangguk patuh, senyum kemenangan menghiasi wajah Neira.

"Good girl"

*
*
*


Pukul 19.30 rumah sakit masih ramai, bahkan koridor pun banyak orang yang berlalu lalang dengan urusan nya masing-masing. Begitu juga dengan Ira, gadis ini keluar untuk mencari makanan untuk dirinya dan Brandon. Ira sempat menanyakan ingin makan apa dan Brandon hanya ikut saja dan jadilah gadis ini memesan 2 nasi goreng warung kaki lima yang tak jauh dari rumah sakit.

Setelah pesanan nya sudah jadi ia bergegas kembali ke kamar Brandon, berapa lama ia berada di sana? Ya, lumayan lah, tapi tak masalah baginya.

karena.yang.ia.jaga.adalah.cogan.satu.kantor.

Benar, Ira pun sempat menyukai Brandon saat pertama kali mereka bertemu, dan ia seperti melihat pandangan pertama. Selama ini ia tak pernah merasakan apa itu pacaran, kencan, atau apapun. Ah iya, dia selalu terkekang oleh orang tua nya dari kecil, bahkan hingga sekarang saat umur nya 20 tahun. Ia masih saja di awasi oleh orang tua nya, bahkan mata-mata orang tua nya.

Apa segitu tak percaya nya mereka padanya? Dari dulu, ia merasa hidup tapi berada di balik jeruji besi. Dari pulang sekolah langsung pulang, les privat berjam-jam, dan lagi ia tak punya teman karena sifat nya yang tertutup, ia tak bisa mempercayai orang lain begitu saja.

Tapi, ia merasakan kebebasan, ya, meski tak bebas 100% tapi setidaknya ia bisa merasakan dunia lebih lama. Ia pun juga mulai terbuka pada orang lain dan mulai percaya terhadap orang lain, kalo bukan karena Brandon, ia tak akan seperti ini. Saat awal pertemuan, Ira merasa takut, tapi lama-lama ia merasa nyaman, dan ia mulai terbuka terhadap orang sekitarnya sedikit demi sedikit.

My Perfect BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang