15

29K 1.5K 185
                                    

Banner dan Agnes sekarang berada di dalam mobil. Agnes sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya membaik.

Belum sampai mobil keluar dari rumah sakit, Banner merasakan ada sesuatu yang ganjal.

"Wait, tadi aku pergi ke rumah sakit tidak sendiri. Oh, shitt! Erza."

Kini, lelaki itu merutuki diri sendiri karena telah melupakan Erza. Ternyata ucapan Erza memang benar adanya, ia bukannya tidak bisa mencintai Erza, tapi ia memang tidak mempersilahan Erza untuk masuk ke dalam hatinya yang sudah ditempati oleh Agnes. Kini terbukti, bisa-bisanya ia melupakan wanita baik hati itu dengan mudahnya.

"Kenapa, Sayang?" tanya Agnes karena mobil tiba-tiba berhenti.

"Aku melupakan Erza. Bagaimana ini? Shit!" Dari nada bicaranya, Banner terdengar khawatir.

"Dia pasti membawa uang. Dia pasti pulang atau mungkin sudah sampai di sana lebih dulu," ucap Agnes acuh tak acuh.

"Bisa-bisanya aku melupakannya."

"Tenang, Sayang. Itu hanya Erza, mungkin dia peka dan tidak mau mengganggu kita saat berpelukan tadi, makanya ia menghilang tiba-tiba."

"Apa?! Dari mana kau tahu Erza menghilang? Apa kau melihatnya pergi? Kenapa kau diam saja, hah?! Kenapa kau tak mengatakannya?!"

"Banner, kau baru saja membentakku karena wanita perebut itu!"

"Jangan menyebutnya begitu, Agnes!" Banner terlihat sangat kesal.

"Apa kau baru saja membelanya, Banner? Kau membela wanita perebut itu, hah?! Dia tidak lebih dari sampah!"

"Agnes, jaga ucapanmu! Dia tak seburuk itu!"

"Kenapa? Kau mulai mencintai jalang itu sampai-sampai berani membentakku, hah?!"

"Diam, Agnes! Jangan katakan apa pun lagi! Kau akan membuatku marah!" Banner berusaha menahan amarah yang sudah bergelegak di dalam dada.

"Jangan bilang kau benar-benar mencintai sampah itu!"

"Aku bilang diam! Erza bukan sampah. Dia juga bukan jalang karena aku orang pertama yang menyentuhnya. Dia tak sebusuk itu. Dia wanita yang amat baik sampai rela diceraikan agar aku bisa berbahagia denganmu suatu saat nanti. Harusnya kau berterima kasih padanya!"

Agnes menangis tanpa suara, tak menyangka jika Banner akan sekeras ini padanya. Ada banyak amarah dan dendam pada Erza yang menyala besar dalam dadanya setelah mendengar bentakan Banner.

Dada Banner naik turun setelah melampiaskan amarah. Perlahan, ia mengembuskan napas untuk meredakan amarah. Diliriknya wajah Agnes yang dipenuhi air mata.

"Aku akan mencari Erza dulu. Kau setir sendiri mobil ini sambil renungi perilakumu. Aku pergi, hati-hati," ujar Banner, kemudian keluar dari mobil dan segera menghubungi Tony untuk mengirimkan mobil kepadanya.

***

Erza memandang sendu dua batu nisan yang ada di depannya. Ia sudah cukup terluka melihat suaminya berpelukan dengan Agnes. Akan terlihat sangat bodoh jika ia tetap bertahan di tempat itu lebih lama.

Ia tak tahu lagi ke mana harus mengadu sehingga memutuskan pergi ke tempat peristirahatan terakhir ayah dan ibunya. Setidaknya, rasa sakit hatinya akan sedikit membaik.

"Aku menyerah." Bulir bening itu keluar lagi dari pelupuk mata indahnya. "Aku sudah tidak memiliki apa pun untuk bisa membuka hatinya untukku, tapi aku ingin egois kali ini, aku masih ingin melihatnya, aku masih ingin menatapnya ketika mencicipi pasta buatanku dan meminum teh setiap sore di taman belakang. Di saat ibu pergi, aku masih punya ayah. Lalu, ayah pergi dan Tuhan membuatku jatuh cinta pada Banner. Namun, lelaki itu tak mencintaiku."

Erza masih bertahan di posisinya, meskipun langit tampak mendung. Tak berapa lama, rintik perlahan turun membasahi bumi.

"Habis sudah alasanku untuk terus berusaha membuatnya jatuh cinta padaku. Tapi, aku masih punya alasan untuk bertahan sebentar. Masih ada beberapa bulan, mungkin cukup untukku bertahan di sana, merasakan setiap rasa sakit yang selalu mengoyak hati hingga aku benar-benar lupa jika aku pernah mencintainya karena luka yang ia ciptakan terlalu besar. Aku memang bodoh, tapi ini satu-satunya cara agar aku berhenti mencintainya, membuat diriku sendiri terluka amat dalam dan berakhir dengan membencinya. Aku akan membuat diriku membenci suamiku. Aku akan membenci Banner ... dengan sangat dalam hingga lupa cara memaafkan," ucap Erza di dalam hati.

The Broken Lady [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang