Bab 48 kejutan

6.4K 285 29
                                    

Dengan keadaan bahagia vian berjalan keluar rumah sambil tersenyum senyum sendiri.

"Awas kesambet senyum senyum sendiri." ucap seseorang sambil menyenderkan bahunya di pohon.

Vian melirik kearah samping, kedua bola matanya ia putar malas "Kamu lagi kamu lagi, bosen dah aku liatnya." ucap vian kesal.

'Ni orang udah kaya hantu aja, nongol dimana mana.' batin vian

"Saya itu bukan hantu tapi M-A-N-U-S-I-A." ucapnya sambil mengeja.

"Dasar ya kebiasaan suka baca pikiran orang seenaknya." gumam vian sebal, ia melempar buku yang ia pegang untuk bahan mengajar.

"Buku itu untuk dibaca bukan dilempar." Ucap pria itu yang tak lain namanya adalah andi.

Andi mendekati vian dan memberikan buku itu padanya. Vian mengambil bukunya dengan kasar, lalu ia timpuk a andi dengan bukunya hingga ia meringis kesakitan.

"Udah sakit tau." andi memegang bahunya yang sedikit kesakitan, ia tersenyum sebentar melihat kelakuan vian yang seperti kekanak kanakan seperti ini.

"Yaudah gak maksa kok." ucap vian gak jelas, ia berjalan kembali meninggalkan andi sendirian yang masih tertawa karena kelakuannya sendiri.

"Dasar bocah aneh." gumamnya.

Andi berjalan dibelakang vian ia masih sibuk menerhatikan bocah itu dari belakang.

'Hari inikan ulangtahunku, kira kira kak rian pulang gak ya.' batin vian

"Oh jadi anak ini lagi ulangtahun." gumam andi tersenyum miring.

Hari ini jadwal mengajar vian full sampai sore, bahkan untuk sekedar makan siang saja ia tidak sempat. Begitu banyak tugas menumpuk yang belum ia selesaikan. Pikiranya begitu kalut tentang semua tugas santri yang belum ia selesaikan.

Disela sela kesibukannya ia terus saja menghubungi kak rian, mulai dari Whatsapp sampai Line. Padahal kak rian online tapi chatnya tidak dibalas satu pun.

Dari pada ia terus memikirkan kak rian yang tidak ada kabar, mendingan ia menunaikan sholat magrib terlebih dahulu di masjid.

Setelah menunaikan sholat magrib vian beranjak keluar, namun saat ia hendak menurunkan sebelah kakinya. Semua lampu dimasjid mati secara tiba tiba, vian langsung berteriak histeris namun nyatanya disini sangat sepi karena dari tadi entah kenapa masjid sangat sepi.

Terdengar ada suara lantunan aya suci al-qur'an didalam masjid, entah siapa yang sedang mengaji dalam keadaan gelap gulita seperti ini. Rasanya ia mengenal suara ini tapi siapa.

Vian mencoba mendekati suara itu saat hendak berjalan ada sebuah cahaya terang dibelakangnya ia bisa melihat semua itu dari pantulan kaca masjid. Tanpa disangka satu persatu lampion itu langsung menyala ditangan semua santri dan santriwati. Ratusan lampion menyala dengan hitungan detik, ini sungguh sangat indah baru kali ini ia ingin menangis karena terharu.

"Selamat ulang tahun sayang yang ke-18, kakak benar benar merindukan mu." kak rian pangsung memeluk vian dengan erat, menumpahkan segala kerinduannya kepada sang istri.

"Kakak inget." vian mendongak keatas memandang suaminya yang begitu tampan.

"Iya sayang kakak inget." kak rian langsung mengecup kening vian dengan lembut.

"Tumben kakak romantis, tapi aku suka baru kali ini aku dilantunin ayat suci al-qur'an saat ulang tahun, terlebih ini dimasjid. Dimana cinta kita menyatu menjadi satu dan itu atas izin allah." vian menghirup dalam dalam aroma wangi suaminya, ia benar benar sangat rindu aroma maskulin ini

The Light Of Love From UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang