Bab17 kawin?

9K 309 0
                                    

"Huhh." menghenbuskan nafas "Bismillah." gumam vian mengawali ucapannya "jawaban vian insyaallah IYA yah." jawab vian dengan mantap mendengar penjelasan yang diberikan oleh ustadz rian.

"Alhamdulillah." semua orang mengucap syukur alhamdulillah mendengar jawaban vian yang mantap menerima ustadz rian sebagai calon imamnya.

'Ya alloh benar benar sungguh indah rencanamu ini, hamba benar benar bersyukur' batin vian

Senyum bahagia terlukis di bibir indah nan merona milik vian tak lelah lelahnya dia tersenyum sangat lebar.

"Kalau begitu mari kita tentukan tanggal pernikahan vian dan rian." ucap abinya rian.

"yah saya ingin menikah ditanggal 18 dengan mahar surat ar-rahman dan seperangkat alat sholat dengan maskawin 18 gram emas sesuai dengan tanggalnya." ucap vian mantap, entah kenapa dia begitu menyukai tanggal 18.

"saya juga setuju umi abi." ucap rian menyetujui perkataan vian barusan.

"Kalau begitu pernikahnnya akan digelar 2 minggu lagi dan semua acara akan di adakan dengan sederhana namun terlihat mewah." seru ayah vian.

"Baiklah kalau begitu kami pamit pulang dulu, terimakasih Assalamu'alaikum wr. wb." ucap abinya rian sambil menyalami ayahnya vian.

"wa'alaikumsalam salam wr. wb." serempak semua menjawabnya.

"Cie cie yang mau nikah sama calon idaman." ucap nisa menggoda vian.

"Apaan sih kalian biasa aja kali." ucap vian sambil tersenyum senyum dan meninggalkan mereka semua.

Hatinya hari ini sedang berbunga bunga karena impiannya menikah dengan kak rian akan terjadi dalam waktu dekat.

Rasanya seperti ada kupu kupu yang berterbangan diperut menuju ke hati. Tak henti hentinya vian melambungkan senyumannya setiap kali ia mengingat pertemuan pertama dengan kak rian.

Vian rebahan diatas kasurnya sambil memeluk gulingnya dengan erat, serasa kebahagiannya bertumpu disitu.

Dan saat itu tiba vian akan jadi wanita yang paling bahagia telah menikah dengan orang yang ia cintai sekaligus orang yang akan mengimaminya untuk selamanya.

****

2 minggu kemudian digelar lah pernikahan antara rian dengan vian di kediaman rumah vian. Diluar terlihat sebuah tenda berwarna abu putih membentang dari depan pintu gerbang sampai pintu depan rumah vian dengan hiasan bunga dimana mana menambah suasana menjadi indah.

Pelaksanaan akad akan dilaksanakan dimasjid al musri ll didekat rumah vian disana sudah ada kakekku yang sudah mempersiapkannya sejak tadi subuh. Disini vian bersama nenek ibu dan sahabatku sedang mempersiapkanku untuk acara akad pernikahan. Sungguh aku tidak tau apa ini aku atau orang lain sungguh berbeda dengan aku yang biasanya.

Gaun yang berwarna putih yang sangat indah dan menawan menambah kecantikan vian yang dirias sesuai dengan syariat agama islam tidak berlebihan dan tidak kurang yaitu pas. Dengan riasan tangan yang berwarna putih menambah kecantikan bertambah hingga 10 kali lipat dari biasanya.

"Subhanallah, anak bunda cantik banget, bunda aja sampe pangling ini beneran anak bunda apa bukan ya." kekehan bunda kepada vian dihiasi tangis bahagia.

"Bunda ni ya bisa aja, bunda kenapa nangis." tanya vian bingung.

"Maenya maneh hente ngarti kitu ge, manehkan dek kawin nya pasti inung maneh sedih da bakal ditinggalken (masa kamu gak ngerti gitu juga, kamukan mau nikah ya pasti ibumu sesih kan bakal ditinggal)." ucap nenek menyela pembicaraan vian dan bunda.

"Na ai nini th kawin mh anakan tihela ath (ari nenek kawin duluan nanti anakan duluan dong)." ucap vian kesal kepada neneknya.

"Da ai orang sunda mh emng kitu bahasana ai maneh th (orang sunda memang kaya gitu bahasanya ari kamu)."ucap nenek menjitak kepala vian.

"Nenek ih nanti rusak hiasannya, terus kalau vian jadi jelek gimana." keluh vian kepada sang nenek.

Neneknya hanya tersenyum sendu, mengingat cucu kesayangannya kini dia akan menikah dengan seseorang pilihannya sendiri. Antara bahagia dan sedih saat ini sudah bercampur aduk, antara merelakan dan melepaskan itu sangat sulit.

Setiap orang pasti akan merasakan bagaimana rasanya meninggalkan keluarga dan memilih berumah tangga. Tapi itu adalah suatu kebahagiaan untuk semua orang tua bisa mengantarkan anaknya kejenjang pelaminan dan disitulah kewajiban orang tua diserahkan kepada suami anaknya. Kini tinggal vian yang harus membahagiakan orang tuanya.

****

Maaf partnya masih dikit..
Jangan lupa vote sama komen ya😂

The Light Of Love From UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang