Bab 5 penerus pesantren

10.5K 421 0
                                    

Mentari menyusup masuk kedalam kamarku dengan cepat hangat dan menembus tepat sasaran kedalam wajahku,jiwaku dan hatiku
alay sih tapi itulah yang sedang kurasakan saat ini.
Lamunan vian seketika buyar karena teriakan nenek dari bawah.

"Iya nek sebentar lagi vian kebawah" teriaku kepada nenek.

"Enya sok buruken(iya cepetan)." ucap nenek dari bawah.

Hari ini aku memakai gamis berwarna pic dipadu dengan warna abu dan kerudung sama berwarna senada. Vian menuruni tangga perlahan namun pasti disana aku sudah disambut senyuman hangat dari nenekku yang sedang duduk dimeja makan.

"Geulisna incu nini, hayu kadieu urang sasarap bareng(cantiknya cucu nenek, ayo kesini kita sarapan bareng)" ucap nenek menyiapkan piring untukku makan.

"Nek kakek mna ya kok aku gak liat sih" ucap vian sambil nengok kanan kiri mencari keberadaan kakek.

"Abahmu tos angkat ti isuk isuk bade kapasantren cenah saur na th aya urusan sareng ustadz rian(kakekmu sudah berangkat  dari pagi mau kepesantren katanya ada urusan sama ustadz rian)"ucap nenek sambil mengambilkan vian makanan.

"Urusan apa emngnya nek" tanya vian serius tidak biasanya kakek seperti ini.

"Ya mana nini tau ath vivi da si abah nage nte ngomong hla kanini, ohh enya nini poho deuih vivi tadi dipiwarang abah kapasantren(dari mana nenek tau vivi kakek nya juga tidak bilang mau bicara dulu kenenek,  ohh iya nenek lupa vivi tadi disuruh abah kepesantren)." ucap nenek menjelaskan.

"Emng ada apa kakek nyuruh vian kepesantren"tanya vian bingung sambil memakan sarapan.

"Tos kaditu we hela kege dibejaan da ku siabah(udah kesana dulu aja nanti diberitau sama kakek)." ucap nenek memberitahu vian agar vian tidak terus menanyakan yang nenek tidak tau jawabannya.

"Yaudah kalau gitu vian kepesantren dulu ya nek"mencium tangan nenek "assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam"ucap nenek langsung membereskan piring kotor untuk dicuci.

Sesampainya disana aku bingung harus kemana ku kira pesantren kakek itu kecil ternyata pesantren kakek begitu besar dan bagus. Saat vian mulai masuk pesantren ada beberapa santri yang melihat vian dengan wajah kebingungan mungkin karena mereka baru melihat vian.

"Assalamu'alaikum, ukhti vian" ucap naira sambil tersenyum manis kepadaku.

"Wa'alaikumsalam, ehh naira" ternyata itu teman baru vian namnya naira yang kemarin bertemu dimasjid.

"Ini kenalin teman teman ku dipesantren ini"ucap naira sambil menunjuk mereka ber4.

"Hai, aku Haniyah Nur Sa'adah, santri paling imut,manis dan paling baik disini." ucapnya sambil menjulurkan tangannya kepada vian.

Vian tersenyum dan menyambut hangat tangan itu " Hai juga, aku Viandra Syifa Nur Jannah, senang bertemu denganmu han."

"Nah kalau yang ini anisa fitri dia baik dan tidak suka makan nasi aku juga bingung sebenernya dia itu makan apa ya bisa gemuk gitu." ucap naira mengangkat kedua tangannya keatas.

"Hai nis senang bertemu dengan mu" kata vian sambil tersenyum.

"Nah kalau yang itu namanya Komalia Aristi Wulandari dia penyuka menggambar dan kaligrafi hobinya makan banyak tapi engga gemuk gemuk"ucap naira sambil menaikan satu alis.

"Hai ko senang bertemu denganmu" tersenyum ramah.

Saat naira ingin memperkenalkan gadis berkulit sawo matang itu dia terlebih dahulu memperkenalkan dirinya.

"Eitss tidak usah repot repot menjelaskan tentangku aku bisa sendiri ko, hai vi namaku melly terry gumpita kalau lupa namaku ingat saja ini (meli teri disipita), lo gue aja ya soalnya gue lebih suka itu" katanya sambil tersenyum kepadaku.

"Hai mell senang bertemu denganmu" hanya tersenyum melihat kelakuan mereka berempat yang berbeda sifatnya dengan naira.

"Oh iya emng kamu mau keman" ucapan naira terpotong karena kakek musa memanggil vian.

"Mm teman teman aku duluan ya dipanggil sama ustadz musa nanti kita ketemu lagi ya nahaniskomell, Assalamu'alaikum"meninggalkan mereka berlima.

Mereka hanya saling berpandangan mendengar perkataan vian dan hanya mengedikan bahu.

"Assalamu'alaikum, ustadz musa"kata vian sambil mencium tangan kakek.

"Kenapa kamu memanggilku ustadz musa vian, biasanya kamu memanggilku kakek" mengayunkan tongkatnya untuk menjitak kepala vian tapi sayangnya kali ini vian bisa menghindar.

"Iya maaf kakek" ucap vian sambil tersenyum polos.

"Oh iya kata nenek kakek menyuruhku kesini, emngnya ada apa kek" tanya vian pura pura tidak tau.

"Kakek mau ngenalin kamu kesemua santri disini vian, kalau kamu itu cucu kakek penerus pesantren ini" kata kakek mantap.

"A..aa..apa kek pe..pe..penerus pesantren ini" kata vian sedikit gugup.

"Udah jangan sok syok gitu, kalau bukan kamu terus siapa lagi vian" ucap kakek menatap vian sedikit ragu.

"Kan ada ayah kek masa sih vian yang jadi penerus pesantren ini" kata vian mencoba membujuk kakek.

"Ayahmu itu terlalu sibuk vian, dia tidak bisa mengatasi setiap waktu pesantren ini, lagian cuma kamu satu satunya harapan kakek" ucap kakek memelihatkan raut wajah sedih sambil menghela napas berat.

Vian bingung harus menjawab apa jadi lebih baik vian diam saja dan memilin ujung kerudungnya.

"Yasudah ayo ikut kakek ke aula pesantren" menarik pergelangan tangan vian sambil berjalan santai.

Vian terdiam sebentar melihat semua santri berada diaula, untungnya mereka semua tidak melihatku. Vian hanya bisa menunduk sampai sampai dia tidak melihat jalan dan akhirnya bruk, vian pun terjatuh dan alhasil bokongnya mencium lantai yang dingin dan keras itu.

"Aw" ucap vian sedikit teriak dan memegangi bokongnya yang sakit.

Vian mencoba mulai berdiri"apa kau tidak bisa melihat hah, matamu itu ditaro dimna sih" ucap vian sedikit marah marah sambil merapikan gamisnya yang sedikit kotor.

"Kenapa diam saj"ucapan vian terhenti karena saat kumelihat orang yang sudah kutabrak adalah ustadz rian dan alhasil aku sangat malu sudah aku yang salah malah marah marah gak jelas sama yang kutabrak ahh sial.

"Kamu engga apa apa kan" tanya dia dengan muka datar.

"Engga papa ko ustadz, sepertinya kakek memanggilku, iya kakek aku segara kesana, permisi"ucap vian sambil teriak meninggalkan rian sendirian.

••••

Jangan lupa vote ya..

The Light Of Love From UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang