Bab12 bola basket

9.4K 325 0
                                    

Sudah lama mereka ber4 pergi tapi tak kunjung pulang, disini vian sudah bosan hanya melihat hpnya yang tak kunjung ada sebuah chat.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam, dari mana aja sih ko lama benget." tanya vian dengab raut wajah sudah kesal.

"Iya maaf maaf tadi kita lagi cari universitas dan sekarang kita udah ketemu yang bagus di daerah jakarta terus kita juga udah daftar sekalian." ucap haniyah menjelaskan kepada vian agar tidak terjadi kesalah pahaman.

"Udah daftar? terus kalian ninggalin aku sendirian gitu?." ucap vian dengan nada tidak percaya sambil tersenyum sinis.

"Ya enggalah vi kita juga sekalian ko ngedaftarin kamu." sahut hani tersenyum lebar sambil memainkan alisnya keatas kebawah.

"Tapi kan jurusannya." ucap vian mengerutkan alis.

"Kalau masalah jurusan kami udah tentuin ko." ucap mell.

"Emngnya kalian tau aku pengen masuk jurusan mana?." tanya vian, menyipitkan matanya.

"Yataulah, ekonomi keuangan kan." ucap mereka serempak sambil sedikit berteriak.

"Uhh kalian ini." ucap vian terharu mendengar jawaban mereka barusan tanpa ragu vian langsung memeluk mereka ber4.

"Jadi kapan mulai ospeknya." ucap vian dengan nada semangat, ia ingin sekali segera masuk kuliah dan mulai menyibukan diri dengan tugas yang menumpuk.

"Jadi ospekna arurang moal ngiringan (jadi ospeknya kita gak ikutan)." ucap nisa tersenyum gembira.

"Ko bisa sih." ucap vian keheranan.

"Entahlah, katanya ayah vian udah bicara sama pemilik kampus kalau kita berlima tinggal masuk aja engga usah di ospek dulu katanya." ucap koko menjelaskan kepada vian agar ia paham.

"Oh gitu yaudah deh bagus." ucap vian sambil menaik turunkan alisnya keatas.

'Mungkin dengan kehadiran mereka aku bakalan bisa ngelupain masalah tentang pernikahan ustadz rian, lagiankan pernikahannya juga tinggal beberapa hari lagi' batin vian.

"Vi ko malah bengong sih." ucap mell bingung, karena akhir akhir ini vian sering melamun meski dalam diamnya kami tau kalau dia masih kepikiran tentang ustadz rian.

"Eh engga kok, ada apa emngnya." ucap vian dengan nada sedikit gugup.

"Jadi minggu depan kita mulai kuliah vi." ucap haniyah memberitahu vian.

"Masih lama kok, eh kalian udah makan belom." ucap vian mengalihkan pembicaraan.

"Ya udahlah." sahut hani tersenyum lebar, karena biasanya orang gendut itu sukanya makan, itu pasti.

"Kakak kata bunda hari ini harus cek up ke dokter." teriak nadya di depan pintu.

"Iya bawel." ucap vian sambil tersenyum miring.

Kini vian dan bundanya ada didalam mobil sejak beberapa menit yang lalu mereka sudah pergi.

Hening, vian hanya melihat kejendela mobil sambil melihat jalanan yang begitu macet, hampir 30 menit diperjalanan kami semua sampai dirumah sakit pelita harapan.

"Apa anda pasien yang bernama vian, ayo silahkan masuk sudah ditunggu oleh dokter." ucap suster sambil mempersilahkan masuk keruangan.

Vian pun masuk sambil didorong oleh bundanya. sesampainya didalam vian pun diperiksa oleh dokter pribadi keluarga rahman.

"Gimana keadaan anak saya dok." ucap bunda cintia.

"Alhamdulillah anak ibu sekarang sudah lebih membaik dan gipsnya juga sudah bisa dilepas  dirumah nak vian coba untuk belajar berjalan kembali agar kakinya bisa digerakan kembali." menjeda kata katanya" ini resep obat untuk menghilangkan rasa nyeri di kaki dan rasa pusing dikepala jangan sampai lupa diminum tepat waktu ya de." ucap dokter memberikan sepucuk kertas kepada bunda vian.

The Light Of Love From UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang