Bab 30 kesel

7.4K 238 24
                                    

Vian terus saja muntah muntah padahal dia sudah minum obat masuk angin.

Sebenarnya vian ragu untuk turun kebawah dia malas melihat istri barunya kak rian mungkin dia sedang bermanja manja dengan suaminya.

Baru saja vian menginjak anak tangga pertama, vian sudah disuguhkan dengan pemandangan yang luar biasa. Dimana istri nya kak rian sedang mencium pipi suamiku. Tanpa disadari air mata vian menetes dan vian langsung mengahapusnya kembali. Rasanya vian ingin sekali mencaci maki wanita tersebut tapi apa daya vian saat ini dia sedang dalam keadaan dilema.

Antara lepaskan atau pertahankan sungguh miris mengingat kata kata barusan.

Vian mencoba menenangkan dirinya dan mulai berjalan menuruni satu persatu anak tangga.

Tanpa melirik kearah mereka berdua vian terus saja berjalan kedepan dengan tatapan kosong.

"Vi." terdengar suara Rian memanggil vian namun vian sama sekali tidak bergeming dia terus saja berjalan kearah dapur.

"Vi kamu belum makan kan, biar kakak suapin ya, tadi caca abis masakin masakan kesukaan kamu loh." mendekati vian.

Sumpah ni laki nyebelin banget pengen gue tampol kali ya, lo nikah lagi aja gue udah sebel apalagi gue harus nyobain masakan si pelakor mati ajalah gue gini mh..

"Vi kakak mohon, bicara sama kakak jangan kaya gini." memegang tangan vian.

Vian mencoba melepaskan tangannya dari tangan kak rian. Namun sudah vian mencoba beberapa kali melepaskan tangannya tetap saja tidak bisa. Mungkin vian sedang lemas.

"Aku mohon kak jangan ganggu aku, saat ini aku udah bahagia kok dengan keadaan aku kaya gini." ucap vian dengan nada lemah lembut sambil tersenyum lebar padahal didalam hatinya ia ingin sekali membunuh seseorang yang ada di depannya.

"Vi kakak ngerti perasaan kamu saat ini kaya gimna, tolong ngertiin kakak ya kali ini."

"Kalau kakak ngerti dengan perasaan aku kenapa kakak ngelakuin ini sama Vian coba, terus kakak minta aku ngertiin kakak gak salah." kekehan vian.

"Vi kakak serius."

"Kali ini vian juga serius kak, mari kita bercerai saja, sepertinya hubungan ini sudah tidak bisa dipertahankan lagi." mata vian berkaca kaca mencoba membendung air matanya namun air matanya meleos begitu saja dengan santainya.

"Vi kakak gak mau cerai sama vian, kakak sayang banget sama vian, vian tolong ngertiin posisi kakak ya." ucap rian.

"Aku mohon kak lebih baik kita bercerai saja, aku yakin kalau kakak sayang sama vian pasti kakak gak akan lakuin ini semua sama vian, iya makanya vian minta cerai karena vian tau posisi kakak dan kakak juga harus tau posisi Vian kaya gimana." ucapnya sambil menangis.

"Jangan menangis vi kakak mohon, hati kakak sakit liat kamu kaya gini." ucap rian sambil mengusap air mata vian dengan dengan ke empat jarinya.

"Jangan perduliin Vian kak, lebih baik kakak sekarang tidur ya, inikan malam pernikahan kakak sama wanita itu."

Tiba tiba vian muntah muntah dan saat itu juga rian panik.

"Kamu kenapa vi, Kita kerumah sakit aja ya." ucap rian dengan nada khawatir.

"Aku gak papa kok kak mungkin cuma masuk angin doang kok, gak perlu sampe harus dibawa kerumah sakit." ucap vian sambil memegang perutnya yang sedikit sakit.

"Udahlah mas lagian ni ya dia itu gak papa, ngapain kamu pake perhatian kaya gitu sih." ucap caca dengan santainya.

"Caca kamu itu ngomong apaan sih, inget ya saya nikahin kamu bukan karena saya suka, tapi karena.. " rian menggantungkan katanya.

The Light Of Love From UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang