Bab 51 suka?

10.6K 247 34
                                    

vian berjalan melurusri lorong pondok, berharap ia dapat menemukan sosok raina disana. Semenjak ia sibuk dengan urusannya dengan kak rian ia jadi melupakan sosok reina yang tengah ada di sini.

"Re." teriak vian diluar pintu, ia mengetuk beberapa kali pintu yang terbuat dari kayu itu dengan tangannya yang lembut.

Dengan penasaran tangannya terulur untuk membuka knop pintu. Saat sudah pintu terbuka lebar ia melihat sosok reina sedang memasak di dapur. Memakai celemek yang sudah kotor, tangannya yang terulur kesana kemari mengambil bahan makanan.

"Kau sedang memasak." suara vian yang lembut sekalipun mampu membuat telinga dan badan reina tersentak karena kaget.

"Kakak, kau ini mengagetkan ku saja." reina menoleh sebentar ia menatap vian dengan tatapan tidak suka. Karena memasaknya jadi terganggu karena ada seseorang disampingnya.

"Sejak kapan kamu bisa masak kayak gini." vian menunjuk makanan yang sudah tersaji di meja makan. Ia heran bukannya reina tidak pernah memasak bahkan untuk sekedar kedapur saja ia tidak mau. Tapi ini ia pergi kedapur dan memasak masakan yang tidak asing lagi dimata vian.

"Hey jangan menatap masakanku seperti itu." suara reina mampu membuyarkan lamunannya barusan.

"Aku tanya, sejak kapan kamu bisa masak kaya gini." vian menunjuk nunjuk semua masakan yang reina buat dengan tangannya sendiri.

"Sejak beberapa hari yang lalu." jawabnya sambil menyudahi masaknya, lalu ia membuka celemek yang menempel ditubuhnya.

"Aku hanya ingin menikah maka dari itu aku harus pintar memasak untuk memuaskan suamiku nanti."

Vian terpaku sebentar mendengar perkataan reina barusan, ia senang mendengar reina ingin menikah. Bahkan dulu reina pernah bilang kepada vian bahwa ia tidak akan menikah sampai kapanpun karena kehidupannya yang sendiri jauh lebih baik ketimbang harus menikah, hamil dan bercerai. Itulah siklus menikah menurut reina.

"Kau serius." tanya vian hati hati.

"Serius bahkan aku ingin kau yang melamarkannya untukku."

"Mana mungkin aku harus melamarkannya untukmu bahkan aku saja tidak tau siapa pria yang ingin kau nikahi." jeda vian menarik nafas "Pria itulah yang akan melamarmu  re bukan kau yang akan melamarnya."

"Memangnya kenapa kak kalau aku yang ingin melamar dia."

"Perempuan itu harusnya dipinang re bukan meminang." vian menatap reina dengan tatapan tajam seolah mengisaratkan kalau ini bukanlah lelucon.

"Baiklah baiklah aku akan menyuruhnya untuk melamarku." reina terkekeh mendengar penjelasan kakaknya barusan.

"Tapi aku senang akhirnya kamu memutuskan untuk menikah juga." vian memeluk erat reina "Lalu pria manakah yang beruntung bisa mendapatkan cintamu itu re." tanya vian penasaran.

"A-aku tidak tau namanya sama sekali."

"Apa, kau tidak tau namanya sama sekali." vian memutar bola matanya dengan sebal, mana mungkin pria itu akan melamar reina kalau reinanya saja tidak tau pria itu namanya siapa.

"Aku hanya tau dia saat aku pertama kali datang kepesantren ini, dia tampan bahkan dia seorang guru disini." ucapnya sambil membayangkan wajah pria yang ia sukai "Bahkan aku memang sengaja tidak menanyakan namanya karena aku hanya ingin mendengar namanya saat ia melamarku nanti." ucap reina dengan senyum mengembang.

"Apa kau sudah gila, kau ingin menikah dengan orang yang kau tidak tau namanya sama sekali oh my good." vian memijat pangkal pelipisnya yang terasa sakit secara mendadak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Light Of Love From UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang