Bab 47 ditinggal sebulan

6.5K 254 27
                                    

Semenjak kak rian ingat segalanya vian sering dimanjakan olehnya. Meski satu hal yang ia tidak tau bagaimana kak rian tau kalau dirinya ada di bandung. Bukannya ia bilang akan keluar negeri ah entah lah.

"Kapan kita pulang." tanya kak rian, tanpa melihat vian sedikit pun matanya masih sibuk melihat lihat buku yang sudah menumpuk dimejanya. Kemudian ia beranjak dan mendekati vian yang sedang duduk di pinggir tempat tidur.

"Kenapa kita gak tinggal aja disini kak, disini kan enak udaranya sejuk jauh dari polusi dan yang paling penting kita bisa ngurusin pesantren juga."

"Iya sayang kakak juga ngerti tapikan kakak juga harus ngajar disana kamu juga kan kuliah." rian mengelus puncak kepala vian lembut. Mencoba membujuk vian untuk pulang kejakarta.

"Yaudah kakak aja sana yang pergi kejakarta aku kan disini masih ada kewajiban untuk ngurus pesantren, apalagi kakek itu udah tua dan kakek butuh seseorang untuk ngebantuin ngurus pesantren."

"Kakak mohon ya kamu ngertiin kakak kali ini aja."

"Ya harusnya kakak dong ngertiin vian." ucap vian sebal. Entah kenapa akhir akhir ini ia menjadi sensi seperti ini kepada kak rian.

"Kok kamu marah sih, yaudah kalau itu mau kamu kakak turutin." rian menatap vian intens "Kakak akan pergi kejakarta sebulan dan setelah itu kakak akan ngambil cuti beberapa hari untuk nengokin istri kesayangan kakak ini." rian berjongkok, menatap vian hangat.

"Iya, awas aja ya kalau kamu genit sama perempuan lain."

"Iya sayang engga akan." rian mengecup kening vian sekejap.

"Yaudah kakak berangkat sekarang ya, besok kakak ada jadwal ngajar pagi."

"Kok cepet sih kak, perasaan kita disini baru 2 hari deh."

"Kan tadi kakak udah bilang besok kakak ada jadwal ngajar pagi sayang." rian memegang kedua pipi vian yang menggemaskan.

"Iya iya ayo biar vian antar kedepan." vian tersenyum simpul.

Mereka berjalan keluar kamar dan saat itupun kakek neneknya vian keluar dari arah dapur.

"Eh kamu mau kemana yan." raut wajah kakek langsung terlihat kebingungan melihat rian yang membawa tas dan tugas tuganya ditangan yang sudah menumpuk.

"Saya mau pulang kek, soalnya besok saya sudah mulai ngajar lagi dan saya juga titip vian disini saya gak lama kok dijakartanya cuma satu bulan."

"Na ai maneh sabulan teh lain waktu sakedeng tapi lila (ari kamu sebulan itu bukan waktu yang sebentar tapi lama)."

"Iya rian juga tau nek tapi kewajiban rian sebagai dosen disana gak bisa rian abaikan begitu saja apalagi sebentar lagi mereka mau pada ujian jadi rian harus kejar pelajaran yang terlewat."

"Yasudah kalau begitu kamu cepetan pergi nanti keburu sore."

"Iya kek ini juga mau berangkat." Rian menghampiri kakek neneknya vian dan langsung mencium kedua tangan mereka dengan hormat.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

****

Hari pertama tanpa kak rian dan baru saja bersama 2 hari ia sudah ditinggal pergi oleh kak rian. Rindu, tapi untuk apa vian merindu kalau nyatanya tidak akan pernah bertemu.

"Pagi nek." vian duduk didepan neneknya tanpa memandang kedepan ia lebih fokus kepada makanannya.

"Hm." jawab nenek vian malas, mengambilkan nasi untuk vian.

"Sabyan kali ah hm hm segala." ucap vian sambil mengambil piring yang nenek berikan kepadanya.

"Sabyan sabyan weh kali kali mah atuh anji gitu." 

The Light Of Love From UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang