Bab 25 tunangan rinto

7.9K 263 4
                                    

Sejak kejadian itu bocah kecil itu terus saja melamun, jarang tidur, jarang makan, dia sendirian di apartemen karena kak rian tidak pernah pulang sejak kejadian di kampus waktu itu.

Aku benar benar tidak tau sekrang kak rian ada dimana, tinggal dimana lalu bagai mana keadaannya.

Yang jelas aku benar benar khawatir, meskipun hanya tinggal beberapa hari lagi aku akan bercerai dengan kak rian. Aku masih merahasiakan ini semua dari kedua ortu ku terutama dari kakek nenek ku.

Hembusan embun pagi menerpa wajahku dengan dinginnya. Kulihat taman itu tidak nampak, sangat buram seburam hubungan ku dengan kak rian. Harusnya ini adalah hari bahagiaku karena aku sudah menikah dengan orang yang sangat aku cintai, namun kebahagiaan itu hancur hanya karena kurangnya kepercayaan.

‘Ceklek’  pintu kamarku terbuka dan aku pura pura tidak mendengar aku lebih memilih menikmati hembusan embun pagi.

“non ini sarapan paginya, saya taro diatas meja” menaruh makanannya.

“terimakasih bi” menengok kearah belakang “oh iya bi, apa kak rian sudah pulang.” Tanya vian sedikit  lemah dan terlihat matanya yang celong.

“maaf non sudah selama 4 hari ini tuan belum pulang” ucapnya dengan nada sedikit sedih melihat keadaan vian yang sangat mengkhawatirkan semakin hari dia semakin kurus saja.

“yaudah kalau begitu nanti pas kak rian udah pulang, tolong kasih tau saya ya bi” ucapnya sambil tersenyum  ramah, meski senyuman itu sangat tipis namun masih terlihat.

“non apa nona baik baik saja, non vian terlihat sangat pucat karena kurang makan ditambah mata non sangat celong karena kurang tidur, apa sebaiknya kita kerumah sakit aja non, takutnya nanti non kenpa napa lagih”

“udah bi aku gak papa kok, bibi ini terlalu berlebihan tau” ucapnya sambil sedikit tertawa namun ditelingaku itu seperti bukan tertawa tapi seperti menertawai.

“oh iya non tadi ada yang datang kerumah”

“siapa bi”

“saya kurang tau non, sekarang orangnya lagi ada diruang tamu katanya sih mau menunggu non”

“yaudah sampaikan keorang itu kalau saya akan kebawah sebentar lagi”

“baik non, saya permisi dulu” ucapnya sambil membawa nampan berisi makanan kemarin.
Bi inem kembali kearah dapur namun saat hendak memasuki dapur ternyata rinto memanggilnya dan menyuruhnya untu kemari.

“ya ada apa tuan”

“viannya mana”

“kata non vian dia akan segera kesini”

“oh itu vian, yaudah maksih bi”
Hanya dibalas anggukan oleh bi inem.

‘ya ampun vi lo sampe segitunya ya.. gue bener bener gak tega liat lo kaya gitu, sekarang lo jadi kurusan, mana matanya sayu terus kaya panda lagih.. lo bener bener jelek’ batin rinto.

“ngapain kamu kesini, pasti gak ada kerjaan kan.. lagian kerjaan kamu itu udah beres, oh iya dan terimakasih sudah menghancurkan rumah tangga ku.” Memutarkan bola matanya malas.

“ya ampun vi, kok lo ngomongnya gitu sih gue kan becanda aja, lagian ya suami lo nya tuh yang engga percayaan sama istri sendiri kan aneh” ucapnya tanpa merasa bersalah sambil memakan makan yang disuguhkan bi inem.

“enak ya kamu ngomong kaya gitu, sekarang kamu keluar dari rumah ini” teriak vian sedikit serak.

“lo itu kenapa sih jangan marah marah terus nanti gak ada yang suka baru tau rasa” melanjutkan makannya dengan santai tanpa memperdulikan ocehan vian.
Menarik nafas “tanpa mengurangi rasa hormat apa anda bisa keluar sekarang” ucap vian sambil tersenyum lebar.

The Light Of Love From UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang