Bag. 1 Magnet

40 2 0
                                    

Banyak orang mengatakan pokoknya cinta itu buta, cinta yang dirasakan pada saat masa sekolah adalah cinta monyet, cinta yang tidak akan pernah tersampai... Gimana bisa tersampai kalau remaja baru masuk usia puber saja selera dalam memilih lawan jenisnya sudah ketinggian. Setidaknya, hal itu sering terjadi sih di masa SMA ku dulu, yaa kalo jujur, sih, sebenarnya orang itu adalah aku sendiri. Aku ini punya pengalaman menyukai guru dikelas ku sendiri. Dia adalah guru bahasa, aku sangat menyukai semua puisi-puisi yang selalu ia bacakan. Puisi-puisi pilihannya selalu menarik dan mempunyai arti yang sangat bagus untuk direnungkan, seperti lirik lagu... terasa ringan diartikan namun tidak sulit dipahami. Aku penyuka karya tulisan seperti puisi, terkadang, aku membuat banyak puisi, tapi akhir-akhir ini aku menyadari bakatku yang satu lagi, yaitu memusikkannya. Ketertarikanku di dunia sastra itu karena pengalaman yang dialami oleh ku sejak SMA, aku merasa sangat terpesona dengan tatanan bahasa dalam karya seni tulisan. Mendengar sebuah cerita, dongeng, legenda, mitologi, sejarah, dan lain-lain membuatku seperti terlahir kembali. Aku layaknya busa yang tebal, ingin selalu menyerap seluruh cerita dalam semua karya tulisan, hingga akhirnya ku temukan karya tulisan yang sama dengan gambaran hidupku, yaitu puisi. Menurutku, puisi itu karya seni yang setiap kalimatnya punya banyak arti. Sama seperti hidupku, apalagi hidupku pada masa sebelum SMA. Kata orang begini, tapi aku berpikir lain. Aku merasa... Puisi itu sama seperti memoriku, tidak langsung tertulis arti sebenarnya, tapi tersirat.

Selama tiga tahun dari sejak awal masuk universitas, aku mempelajari sastra. Aku belajar banyak bahasa. Tapi yang ingin kuperdalam adalah bahasaku sendiri, yaitu Bahasa Indonesia. Karena puisi-puisi indah itu menggunakan Bahasa Indonesia. Oh, ya ngomong-ngomong soal pendengaranku yang tajam pula, terkadang, ada banyak lagu yang tak sengaja terdengar mempunyai kata-kata yang tersirat pula dalam liriknya. Akhirnya aku menyukai musik juga selain liriknya merupakan rangkaian kalimat dalam Bahasa Indonesia, alunan nada nya juga menyenangkan sehingga, dapat dengan mudah menyampaikan maksud yang tersirat dalam lirik-lirik itu. pernah terpikir olehku ingin membangun sebuah klub musikalisasi puisi, tapi motivasi membuat klub itu baru datang saat aku menduduki semester terakhir di kelas 3 SMA. Ku pikir, aku bisa memulainya saat memasuki universitas yang akan menjadi tempat baruku melanjutkan duduk di kursi panas dengan dosen menyebalkan ini.

Huftt, ini dosen kalo ngejelasin materi, muke gileeee lama benerrr. padahal soal yang dia buat gak sesusah itu untuk dijawab. Hahaha, kata teman-teman, dari dulu aku ini jawab soal selalu menggunakan nalar dan pengalaman yang sudah ku tahu saja, malah kadang jawabannya panjang yang sebenarnya tidak diminta panjang-panjang. Sst... karena jawabannya tidak sesuai dengan materi yang diberikan, maka, entah dari mana pikiranku berkata jawaban panjang seperti menjanjikan jawaban akan diampuni, hihihi. Yap, itulah aku, gara-gara dosen gajelas kumur-kumur kayak gitu selalu membuatku mengantuk, kalau aku sudah mengantuk berat, aku bisa berani spontan menggunakan headset mendengarkan lagu yang ada di playlist HP ku. Lagu-lagu yang ada disini, kebanyakan rekaman lagu yang kunyanyikan di klub paduan suara, setiap kali aku memainkan lagu ini, aku jadi teringat lagi ke memori dua tahun yang lalu saat pertama kali Masa Pengenalan Kampus. Masa-masa dimana kami dari mengambil jalan lain diawal hingga jalan itu mempertemukan satu sama lain dengan cara yang bukan kebetulan. 

AROMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang