Bag. 3 Hal. 20

3 0 0
                                    

"RAMA!?" Teriakku kaget sekaligus gembira.

"Ha? Kok, ente sih? Ngapain disini?" Tanyanya kebingungan. Aku pun juga begitu, tapi aku sama sekali tidak sebingung dia, wajar, ini adalah jalan ke arah rumah dia, menurut teori peluang dalam statistika dasar, aku berada di tiga kemungkinan, ditemukan, menemukan dan tidak sama sekali keduanya.

"Wew, kebetulan kek! Ikatan batin elu kuat juga yak ke gue... ternyata, wkwkw anterin gue pulang plis? Gue sakit perut banget." Ucapku memohon padanya.

Kejadian menarik di Sabtu pagi ini memang benar-benar sebuah kebetulan yang menarik, semula aku berniat mau kerumahnya, tiba-tiba saja dengan sendirinya dia datang.

"EGH! Ndak bisa, Lin, ikatan batin opo? Kalo sakit perut tinggal cari WC." Ucapnya langsung menolakku dan meledekku.

"Kenapa kampret? Iya-iya gue bayar!" Ucapku meledeknya lagi.

Tak lama kemudian, Rona datang sambil keluar dari pintu angkutan umum, dan melihat kami, jalanlah ia kearah kami.

"loh... BEP!?" Teriakku sangat terkejut.

"Hp lu kebawa ma dia juga, bep?" Tanyanya kebingungan mengapa aku bisa disini.

"Ha?? Nggak. Gue tuh lari pagi, tapi gue sakit perut bep, kebetulan ada kalian, gue minta dianter pulang sama si kampret ini, bep. Elu ngapain bep? Kalian janjian?" Ucapku yang benar-benar kali ini kebingungan beneran.

"Oh, yawda bep, anterin! Ini bep, hp gue kebawa ma dia! Gimana sih lo!? Bukannya kembaliin kemarin, gue jadi gak masuk kelas gara-gara panik nyari hp!" Ucapnya sambil marah-marah pada Rama.

"Weleh, kok bisa ada di Rama?" Tanyaku pada Rona.

"Waktu kamis nelepon lu tuh, hp dia gak ada pulsa, si dosen ada perlu sama gue jadi gue di tahan dulu ma tuh dosen, gue kasih hp gue suruh telepon elu nanya kak Nana pindah ke kamar apa. Eh taunya kebawa sampe pulang. Gue gak inget juga." Ucapnya masih bernada kesal pada Rama.

"Heuu, gimana sih lo!?" Ucapku ikut memarahi Rama.

Jadilah Rama dimarahi kedua cewek. Hihihi, kalau diingat-ingat kejadian ini, lucu juga. Lumayan mengocok perut. Pantas saja hari itu dirumah sakit yang menelepon nomor Rona tapi yang berbicara Rama.

"Owala ampuuuun ampuuun kanjeng-kanjeng mamiii, iya-iya ini yaampuun, tapi setidaknya ndak aku gadai, lho, hihihi. Itu aku elap, elus-elus biar pas dikembalikan ndak jadi marah orangnya" Sautnya mengajaknya bercanda.

"Gaakan gue nitip-nitip barang ke elo, deh." Ucapku pada Rama.

"Huh.. kalo ente yang nitip, langsung tak jual!" Ucapnya bercanda padaku.

"Berisik lo! yawda-yawda anter tuh Aline pulang!" Ucap Rona membelaku.

Jadi, sebenarnya setiap hari libur, Rona tidak dapat menggunakan motornya karena akan digunakan oleh kedua orang tuanya.

"Gap apa-apa, bep? Elu ada gak ongkosnya?" Ucapku merasa tidak enak dengan Rona.

"Gak apa-apa, bep. Yang ada gue emosi dibonceng dia pulang, tar hp gue ketinggalan lagi di jaket busuk dia." Ucap Rona padaku.

"Wew, dosa lu banyak bener kek! Yawda langsung tarik yuk!" Ucapku sambil segera menaiki motor Rama.

Rona pulang naik angkutan umum lagi diseberang. Kalau angkutan umum dijalan ini, sih, baru menuju kerumah Rona, tapi tidak lewat rumahku.

AROMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang