Ditempat ini, di lorong gedung prodi manajemen yang sepi karena semua mahasiswa dan dosennya sedang melakukan perkuliahan, dan kami disini berdebat untuk mendapatkan hak asasi anak terhadap orang tuanya yang selama ini hanya memberi mereka materi tanpa ada kehangatan keluarga yang merupakan kebutuhan utama semua anak di dunia. Ia hanya terdiam saja, tapi aku berhasil menghentikan langkahnya. Kini jarak kami hanya sekitar 20 meter dari lorong.
"Bagaimana bisa tante berbuat seperti ini pada kak Nana?" Kata Rona padanya.
Aku sangat bersyukur dalam hati, dan berharap, semoga ada perubahan.
"Ayah Nana yang jahat, bukan saya! Dia tidak bisa membahagiakan Nana! Jangan salahkan saya semua ini terjadi. Ini semua ulah laki-laki itu! Dia tidak mau bekerja! Tidak mau berusaha! Saya kebingungan, capek, dan menderita hidup bersamanya! Saya memutuskan berpisah dengannya sudah 4 tahun yang lalu." Katanya menceritakan. Sambil membalikkan badannya, ia melanjutkan lagi bercerita.
"Tidak... Tidak mungkin Nana menderita! Setelah berpisah dengan laki-laki itu, saya melakukan sekuat tenaga saya bekerja untuk menggantikan kebahagiaan Nana yang hilang." Ucap nya.
"Sekolah, mobil, pakaian bagus, makanan enak setiap hari, itu semua adalah saya yang membiayainya, bukan ayahnya!" Lanjut ibunda kak Nana itu penuh emosi bercampur aduk terhadap masa lalunya.
Aku berpikir, penyebab utama dari kekacauan yang terjadi di keluarga mereka dimulai dari perceraian kedua orang tuanya.
"Tidak tante! Kak Nana tidak membutuhkan semua fasilitas mewah tersebut, kak Nana membutuhkan peran orang tua di kehidupannya." Jawabku untuk menyadarkan ibunya sekali lagi.
"Tidak! Ini semua memang kesalahan ayahnya yang tidak bertanggung jawab itu!" Jawabnya sekali lagi tetap menyalahkan keadaan.
"Tante! Sadarlah, justru itu yang anak tante inginkan. Mereka kekurangan sosok seorang ayah dan ibunya yang sering pergi menggantikan posisi seorang ayah diluar sana. Jika keduanya tidak ada... Lantas, sama kepada siapa mereka berbagi suka dan duka!?" Kataku tidak tahan lagi. Air mata ku telah berjatuhan entah sudah berapa butir.
Karena sudah terlanjur mengeluarkan ekspresi yang berlebihan, kini suasana juga menjadi sangat emosional, jika aku sekali lagi memaksa ibunda kak Nana untuk bersikeras menyadari kekeliruan cara didik seperti ini, maka, mungkin aku akan ditampar atau akan banyak yang menonton kami bertengkar disini. Saat ini, ia belum berbicara apapun, terdengar suara isk tangis yang tidak terlalu jelas, tapi aku pun yakin, walau ia membelakangiku, ia juga menangis. Patilah, ibu mana yang tidak akan menangis ketika mengetahui dirinya telah salah memperlakukan kepada anaknya.
"Kamu orang yang tidak tahu apa-apa... Posisi ayahnya telah saya ganti dengan anak yang saya angkat!" Ucapnya dengan teriakan besar dikata-kata terakhir, seolah ia membela dirinya dan tetap tidak mau mengakui kesalahan.
Apa? Ucapku dalam hati terkejut mendengar ungkapan tidak masuk akal seperti itu. Bagaimana bisa seorang ibu telah berpikir melenceng tentang anak? Apakah dia mengangkat kak Hegia sebagai anak yang ternyata hanya untuk dimanfaatkan? Bukannya kasih sayang yang mereka dapatkan, apakah itu tidak akan membekas hingga nanti menikah? Pikiranku semakin membludak marah, hatiku rasanya tak tahan lagi menahan segala emosi-emosi yang berlebihan ini. Lutut tak lagi mampu menopangku berdiri, lemas dan bergetar hebat, aku terjatuh menekuk kedua lututku dilantai, kini, makin keras saja aku menangis, ia telah pergi secepat mungkin setelah mengatakan hal itu, Rona turut berjongkok menyamaiku sambil menangis pula dan mengangkat bahuku untuk berdiri segera. Dibantu oleh Rama yang juga terlihat emosi sekali dengan ucapan terakhir dari wanita berkulit gelap itu. Benar-benar tidak habis pikir kami bertiga telah menerima kata-kata itu. Kepada kaka senior yang sangat disanyangi oleh kami, mengetahui hal seperti ini tentu membuat hati kami remuk, kasihan sekali kak Nana dan kak Hegia. Kupikir, membicarakan kondisi sebenarnya kak Nana pada ibunya tidak akan berhasil, kalau tetap seperti ini terus, ini namanya membunuh perlahan-lahan semua anggota keluarga. Aku tidak bisa tinggal diam saja meninggalkan ketidak benaran ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
AROMA
ChickLitTiga sekawan Aline, Rona dan satu orang cowok cupu, norak, plus kolot yaitu Rama menjadikan kombinasi persahabatan yang kompak dan paling kocak satu kampus. Kombinasi ini pun membuat mereka jadi mengenal satu sama lain, Aline cewek yang terkesan aga...