Bag. 3 Hal. 18

3 0 0
                                    

Jumat pagi ini badanku terasa sakit-sakit semua, mungkin akhir-akhir ini aku jarang olahraga. Kemarin berniat ingin jogging keluar, tapi kelas dilakukan mulai pukul 9 pagi hari ini dan badanku tidak boleh dibawa banyak bergerak dulu, deh pikirku. Aku berniat langsung pulang siang dan beristirahat. Bertemu Rona dan Rama senin depan saja, deh. Aku benar-benar merasa remuk sekali sekujur tubuh. Sebelum pulang, aku menelepon ke posel Rona, ternyata sudah 3x aku menelepon tidak diangkat olehnya. Ada apa? Tanyaku dalam hati. Sepertinya Rona sibuk, tapi biasanya diangkat. Langsung aku mencoba menelepon ke ponsel Rama, tak lama dari itu, diangkatlah langsung olehnya, semua tentang gerak-gerik Rama hampir bisa kubayangkan semua di dalam bayanganku, karena sifat khas nya adalah mudah ditebak.

"Halo, ya Lin?" Ucapnya.

"Kek! Rona ada disitu?" Ucapku bertanya pada Rama.

"Owala kamu, toh pantesan kirain kok, ada yang geter-geter. Rona tuh gak masuk, Lin." Jawabnya.

"Oh, kenapa?" Tanyaku.

"Gak tau, ane tuh belum SMS dia, baru mau SMS, kamu nelepon." Katanya menjelaskan padaku.

"Si Rona juga gak bilang apa-apa nih ke gue, ya mungkin ada urusan mendadak kali. Eh, tapi lo jangan SMS, gue telepon juga gak diangkat, coba lo mending telepon langsung. Eh, gue langsung pulang ye, capek badan gue." Jelasku padanya.

"Okeee, tiati ya, nek! Kalo nyebrang liat kanan kiri dulu." Katanya sedikit meledekiku.

"Kurangajar lo, jaket busuk lo tuh cuci! Racun biohazard! Gue gak mau suruh pegangin lagi." Ucapku meledekinya balik.

"Wenak aja! Wong ini sering di cuci, kok, bau nya khas~ bukan bauk terasi ini." Ucapnya sambil tertawa cekikikan.

"Serah lo! Bye!" Ucapku langsung mematikan sambungan teleponku.

AROMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang