Di depan pintu gerbang universitasku, aku mendengar suara klakson mobil entah beberapa kali dibunyikan, aku saja kebisingan mendengarnya, aku mencari-cari darimana asal suara itu, tiba-tiba mobil Jazz putih berjalan ke arah samping kananku. Ternyata oh ternyata itu kak Hegia.
"Hey! Nana udah di kamar biasa. Mau ikut?" Ucapnya menawarkan tumpangan padaku.
Tentu saja aku ingin, tapi sekali lagi aku khawatir tidak tahu cara pulangnya bagaimana, bukan apa-apa... tapi jarak rumah sakit itu dengan rumahku lumayan jauh dan aku bisa pulang kemalaman lagi. Lagipula, aku juga belum konfirmasi ke Rona maupun Rama untuk menjemputku nanti dari rumah sakit, karena terakhir setahu mereka, aku tidak jadi kerumah sakit karena perkataan ibunda kak Nana tadi yang pada akhirnya membuatku menyerah.
"Kayaknya ngga kak, pengen sih... Cuma sebentar aja tapi... kalau kesorean aku gak bisa karena takut kemalaman." Ucapku sambil menggembungkan pipi.
"Yawda, gakpapa, nanti kakak anter lagi sampe rumah. Nana juga lagi gak boleh di jenguk lama-lama." Kata kak Hegia.
Dengan senang hati aku langsung menyaut dan menaiki mobil nya. Kami saling berdiam-diaman karena aku merasa kasihan pada kak Hegia, dibalik ketenangannya, dia hanyalah dijadikan pengganti sosok ayah untuk menjaga Nana. Sekali lagi aku sangat ingin menangis untuk kedua kalinya. Sambil menundukkan wajah dan memandang kearah jariku yang mulai bergetar tak kuat ingin mengeluarkan semua perasaan ini. Tiba-tiba, ia mengeluarkan sebuah kalimat yang mengagetkanku. Beberapa menit setelah keheningan dalam satu atap mobil ini, dia berkata.
"Tapi gak apa-apa, ya, kakak mau kerumah dulu, ada berkas yang harus kakak cari." Ucapnya.
"Ohh iya iya kak gak apa-apa, aku nunggu dimobil apa turun kak?" Tanyaku canggung.
"Di mobil aja." Katanya sambil tersenyum.
Memang dasar sifat kak Hegia saja yang baik hati, sama seperti kak Nana. Tega sekali ibu angkatnya. Apakah ibunda kak Nana ini butuh seorang penolong, ya? Ah, lagi-lagi aku memikirkan itu, sudah jelas kejadian kemarin tidak membuat ibunya berubah, tetap melakukan hal yang menurutnya benar, sudah menangis darah pun sepertinya ibunya memang sudah membatu. Tak terlalu jauh dari kampus, ternyata jarak dari kampus ke rumah kak Nana lumayan dekat. Mungkin, jika rumahku sedekat ini, lebih baik aku berjalan kaki saja tiap hari. Mengingat tentang berjalan kaki, aku tahu kenapa sekarang badanku mulai pegal-pegal, pencernaan tidak stabil, dan mengantuk berlebihan dipagi hari, akhir-akhir ini, sejak kemenangan kontes vocal group hari itu, sudah lama sekali aku tidak melanjutkan jogging. Kupikir, besok pagi aku akan melakukannya, deh.
"Aku di mobil ya kak!" Ucapku pada kak Hegia yang sedang membuka pintu mobil keluar menuju halaman depan rumahnya.
Jika dilihat-lihat, rumah kak Nana ini biasa-biasa saja, terlihat sederhana dan minimalis, tidak ada pagar, garasi mobil hanya muat satu saja. Minim sekali tanaman yang ditanam. Setahuku sih, kak Nana sangat menyukai tumbuh-tumbuhan. Pada waktu itu di klub paduan suara, kak Nana selalu menjadi orang yang mendesain tulisan untuk kebutuhan demo klub, dan papan ruangan latihan paduan suara yang dipajang depan pintu, dimana relief-relief yang tergambar disana hampir semuanya bentuk bunga dan daun mendominasi. Tapi, rumah ini memang tampak aneh sekali. Atau mungkin, sudah beberapa hari kak Nana dirawat dirumah sakit, tanaman-tanaman yang tertanam di rumah ini jadi melayu dan berakhir dibuang oleh ibunya? Hmm.. Entahlah, yang jelas aku agak terkejut saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
AROMA
ChickLitTiga sekawan Aline, Rona dan satu orang cowok cupu, norak, plus kolot yaitu Rama menjadikan kombinasi persahabatan yang kompak dan paling kocak satu kampus. Kombinasi ini pun membuat mereka jadi mengenal satu sama lain, Aline cewek yang terkesan aga...