Bag. 3 Hal. 6

3 0 0
                                    

Begitulah kisahku pagi itu, kini aku bertanya-tanya mau kemanakah aku? Rona dan Rama juga masuk kelas hingga sore, sedangkan aku sudah tidak ada kelas lagi hari ini, hanya pagi tadi yang mengesalkan. Keluarlah aku dari kelas menuju food court. Sakit perut rasanya melanda sekujur tubuhku. karena aku belum sarapan gara-gara buru-buru tidak jelas, sih. Tapi, di food court setahuku tidak ada makanan buat sarapan seperti bubur ayam.

"Kalo gue gak sakit perut sih, daging atau ayam pedes boleh dimakan, tuh." Ucapku menggerutu setelah sampai dikantin dan tidak ada menu yang menyiapkan sarapan lembut dan ringan seperti bubur ayam. Kuputuskan untuk pergi keluar kampus mencari abang-abang gerobak penjual semangkuk bubur yang hangat itu.

Biasanya aku melewati parkiran mobil di belakang gedung laboratorium komputer anak-anak teknik disebelah timur untuk mencapai gerbang kampus terdekat, yaa, beginilah nasib tidak menggunakan kendaraan, ditambah dengan jarak kampus dengan gedung kelas utama jurusan sastra Indonesia itu sangatlah panjang. Wajar banyak mahasiswa yang menggunakan motor dalam kampus. Ketika telah sampai di tempat parkiran mobil, aku melihat seorang wanita cantik sekali, namun kulitnya mempunyai pigmen yang gelap, dandanan nya seperti dosen, atau mungkinkah wanita karir, dia memegang ponsel dan kemudian mengangkat telepon dari ponselnya yang ternyata sedang berdering.

"Mama sudah sampai dikampusmu." Ucapnya.

Sambil berjalan lurus kedepan, suara ibu itu terdengar besar sekali di jarak kami, tentu saja menguping pembicaraan bukanlah gayaku. Aku agak terkejut kalau ternyata ibu cantik itu sudah mempunyai anak yang sudah besar terlebih mungkin seusiaku. Dengan cepat aku menuju gerbang pintu depan untuk segera meraih bubur ayam yang telah di bayangkan sejak tadi. Tetapi, langkah ku terhenti ketika ia menyebut sebuah nama, yaitu nama kak Nana!

AROMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang