Bag. 1 Hal. 2

32 1 0
                                    

(Flashback kisah awal tahun perkuliahan)

.

.

Didalam ruangan fakultas Sastra Bahasa, terlihat seorang gadis yang rambutnya di ikat seperti ekor kuda begitu mencolok dimataku karena dia mempunyai rambut yang sangat hitam pekat, berbeda dengan perempuan lainnya yang kebanyakan di cat, tidak termasuk aku, lho! Rambutku memang berwarna coklat, tapi sebenarnya dari lahir aku memiliki rambut yang agak kecoklatan. Gadis berambut ekor kuda itu duduk dipaling ujung kanan dengan teman-temannya yang lain. Sambil mendengarkan kakak mentor yang sedang mengospek mahasiswa baru, khususnya anak sastra, aku sudah melirik-lirik kearah box kue ku karena teringat ada satu kue yang belum dimakan. Perbincangan yang diberikan oleh kakak mentor tersebut ialah tentang keharusannya mengikuti kegiatan organisasi dalam kampus. Kakak kelas itu sangat tegas sekali kepada kami, tentu saja ternyata dia seorang wakil dari presiden mahasiswa di universitas ini, ia mengatakan bahwa, mengikuti organisasi atau klub dalam kampus sangat dianjurkan untuk pengembangan diri. Walau sebenarnya sudah dapat diketahui tujuannya yang begitu sangar memerintahkan mahasiswa baru untuk memilih organisasi tidak lain ingin mengospek kami untuk kedua kalinya. Memang sih, waktu ospek SMA dulu, yang namanya marah-marah ke orang lain dan orang lainnya diharuskan lemah itu adalah sebuah perasaan kepuasan yang sangat nikmat. Selain jago merangkai kata, Aku sangat sensitive terhadap perasaan orang-orang disekitar, atau yang orang-orang katakan mempunyai empati yang tinggi, peka terhadap apa yang sedang terjadi maupun kejadian yang akan datang, dan memiliki indera pendengaran yang tajam, maka dari itu selera musik ku sangat tinggi, tapi selera musik yang tinggi menurutku ada di liriknya, jangan lupa aku ini anak fakultas bahasa, dong. Hihihi. Kadang bakatku yang terlalu peka terhadap perasaan yang sedang dirasa orang lain itu mampu membuatku mengetahui seluruh jenis sifat manusia dan semakin mampu menganalisa orang-orang yang sedang berbohong dan berkata jujur. Kalau dipikir-pikir, aku ini memang tukang nganalisis. Buku, puisi, lagu, apapun ku kritisi sampai sifat alamiah manusia, pun. Hahaha, mungkin juga, sih ini menjadi alasan mengapa aku betah sendirian. Walau aku suka sendirian, tapi aku bukan tipe introvert. Setelah selesai kakak itu berbicara, lalu kami diberi waktu istirahat, yap.. saat ini pukul 12.00 siang hari.

Sebenarnya aku hendak memakan kue dalam box yang tersisa di dalam, tapi ternyata setelah dilihat-lihat itu adalah agar-agar yang isinya ada buah naga nya.

"Yuck! Gak suka." Spontan aku menolak untuk makan dan mengembalikan lagi agar-agar itu kedalam box. Setelah itu, ada seseorang yang perawakannya agak gemuk tapi jauh lebih tinggi dariku, karena tubuhku ini mungil, tapi dia terlihat seperti dewasa banget, berkacamata dan dia seorang laki-laki. Mahasiswa baru sepertiku itu mengatakan bahwa dia menginginkan agar-agar punyaku.

"Kenapa gak dimakan?" Ujarnya.

"Oh, kalau mau, nih... aku kurang suka buah naga, hehehe." Jawabku ramah.

Eh, ternyata dia memang seperti menginginkan aku memberikan agar-agar itu kepadanya, tanpa berkenalan nama, dia langsung menerima agar-agar ku dan kembali duduk di belakangku.

"Oh, makasiih." Ucapnya setelah aku menawarkannya.

Entah kenapa, sekilas aku melihatnya tadi, dia seperti memiliki watak yang halus, tidak seperti anak laki-laki kebanyakan yang ku kenal dan kutemui, dia ini berbeda, sifat alami yang dimilikinya bukan dibuat-buat.. tulus dan merupakan orang dengan kepribadian yang menjunjung tinggi kejujuran. Aku pun terkejut kenapa bisa menebak, maka dari itu, inilah salah satu bakatku, mungkin. Aku pun berkenalan dengan teman disebelahku, karena bosan jika tidak berbicara, ku ajak berkenalan saja ke samping kanan bahuku.

"Hai, namanya siapa? Aku Aline." Ucapku ke anak perempuan sebelah kananku.

"Oh, aku Nindy, dari jurusan apa?" Tanya nya.

"Dari Sastra Indonesia, hehe, kalau kamu?" Tanya ku balik.

"Oh sama." Jawabnya.

Hmm, ternyata orang ini seperti enggan berbicara denganku, dari gesturnya menunjukkan kalau dia sedang tidak ingin diajak bicara olehku. Oh ya, sewaktu di masa SMA, aku juga tidak mempunyai teman perempuan. Itu karena mungkin ketidak cocokan ku dengan gadis lainnya, aku lebih bebas dalam berbicara, sedangkan mereka penuh sekali aturan, hal itu membuatku sendirian saja kemana-mana, kupikir di masa kuliah ku ini, aku juga akan melalui suasana yang sama. Tapi aku tidak pernah sedih karena aku sendirian saja, sebab memang sudah terbiasa dan sendirian itu asyik, tidak ada larangan, tidak ada aturan, tidak ada yang memarahi. Selanjutnya aku mencoba berkenalan dengan orang yang disebelah kiriku, ternyata ketika aku memalingkan tubuhku kearahnya, dia malah pindah kebelakang bersama teman-temannya. Hmm, ya syukurlah banyak yang sudah saling akrab ternyata, mungkin hanya aku saja yang belum mendapatkan teman. Tapi, kulihat gadis berkuncir ekor kuda itu juga tidak berbicara dengan siapapun, aku rasa dia memang sengaja tidak berkenalan, atau mungkin dia sudah melakukannya dari tadi hanya saja sekarang dia bosan karena sudah berkenalan dengan mahasiswa baru disekitarnya. Kuurungkan niatku untuk pergi ke bangku nya karena waktu istirahat sudah hampir habis. Dari tadi aku ingin pergi ke toilet, dan sedikit jalan-jalan karena di dalam sini sangat membosankan. Pergilah aku ke toilet.

Mencuci muka dan melihat ke cermin, seraya berkata, "Wahhaaa seger."

Kembalilah semangatku untuk mendengarkan lagi ceramah kakak mentor itu, tapi sebelum kembali kedalam, aku ingin melihat-lihat taman dan sejumlah ruangan di universitas ini. Ketika aku berjalan ke koridor sebelah kiri, sesuatu tertulis di sebuah papan berwarna coklat, papan tersebut dipenuhi dengan ornamen not balok dengan tulisan "Klub Paduan Suara" di tengahnya. Aku terhenti disitu sebab aku melihat gadis berkuncir ekor kuda sedang menatap papan di depan pintu masuk klub tersebut. Aku rasa dia pun sama-sama boring di dalam dan keluar bersamaan denganku tadi, hanya aku tidak menyadarinya. Aku ingin mendekatkan diri juga ke depan pintu masuk klub tersebut, tapi sekali lagi aku bertanya dalam hati, untuk apa? Toh, dari posisiku disini papan itu juga sudah terlihat jelas bacaan yang tertulis disana, selain itu tidak ada yang menarik lagi jika aku ingin berjalan kedepan pintu masuk ruangan itu, hanya latah saja jadinya, kecuali, jika tujuan ku adalah ingin menyapa dan berkenalan dengannya. Ya, secara tidak sadar aku ingin berkenalan dengannya, tapi enggan, sebab, dia seperti memiliki aura yang cenderung dingin dan jutek, apa benar dia mau berbicara denganku? Terlebih aku ini selalu bertingkah aneh dan konyol, kadang tidak tahu cara bersosialisasi dengan orang lain terutama kepada cewek yang mengharuskanku tidak berbuat seperti apa adanya diriku. Jadi, kuurungkan niatku untuk berkenalan dengannya, toh, aku bisa melihat dia dari jauh dulu, menyelidiki bagaimana dia memperlakukan teman-teman disekitarnya di dalam nanti, barulah aku bisa menyamakan diri sesuai dengannya. Sifatku yang suka waspada ini mulai dibiasakan sejak dahulu di bangku SMA. Berdasarkan pengalaman, berteman dengan para gadis lain itu sangat menyiksa bagiku, aku harus sependapat terus, bertingkah beda sedikit langsung dijauhi. Tak jarang waktu SMA aku selalu dikatai cewek dari planet lain saking anehnya. Apa separarah itukah? Maka dari itu, teman-temanku kebanyakan cowok dari dulu. Kata ibuku, aku pernah mengalami kecelakaan hebat sewaktu lulus SMP, aku diberitahu bahwa aku tak lagi mampu mengingat memori sebelum kecelakaan naas itu. Alhasil, aku tidak mampu mengingat masa kecilku dan siapa-siapa yang pernah menjadi temanku, cara bersosialisasi, hingga pada saat pertama kali makan. Rasanya benar-benar terasa asing, hingga lambat-laun aku menyesuaikan diri. Satu-satunya memori yang kuingat adalah ibu, ayah dan adik perempuanku, juga sedikit gambaran sebuah tempat yang berlapis kaca bening, bercahaya terang hingga aku terbaring disana amat damai. Padahal, mungkin saja dimasa lalu aku punya banyak teman perempuan. Dan mungkin saja tempat yang paling memorable bagiku dahulu itu adalah tempat itu yang sudah tak dapat kutemukan lagi. Haha, tentu saja itu bukan hal yang penting. Setelah melihat gadis berkuncir ekor kuda itu, sejujurnya sangat membuatku tertarik. Atau mungkin aku dan dia ada hubungan di masa lalu? Apakah aku pernah bertemu dengannya? Dan... Apa mungkin sebenarnya kami ini berteman namun karena kecelakaan yang menimpaku waktu itu yang telah membuatku melupakannya? Yang jelas, aku merasa dia ada hubungannya denganku. Melihat gadis berkuncir ekor kuda itu telah membuatku ingat lagi pada mimpi tentang bayang-bayang sebuah tempat berbentuk kubus berlapis kaca bening yang dimana aku selalu saja tertidur dan terbangun lagi didalamnya. Ingtatan tentang penglihatan mimpi itu semakin jelas jika melihat kearahnya.Tapi ibuku bilang waktu SMP aku mengambil home shcolling, sehingga tidak ada teman yang mempunyai ikatan lebih dari kenal denganku. Entahlah, jika memaksakan untuk mengingat masa sebelum kecelakaan itu selalu membuatku gatal kebingungan. Setelah lama kami berdiam diri disana, aku masuk duluan kedalam gedung serbaguna, yeaah, semoga cepet kelar deh mentoring nya. Ucapku dalam hati.

AROMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang