Bag. 3 Hal. 7

4 0 0
                                    

Mungkin, ada belasan nama Nana di universitas ini. Tapi, sekali lagi aku berpikir, jika Nana yang dimaksud ibu itu adalah orang yang sedang dirawat dirumah sakit dan menyuruh datang ke kampus mungkin untuk izin dan lain-lain, berarti tidak salah lagi kalau itu merupakan ibu dari kakak senior ku. Aku menolehkan kepala dan badanku kebelakang untuk mendekatinya, ternyata ia sudah berjalan masuk, entah kemana, mungkin ke fakultas kak Nana. Aku mengingat-ingat lagi jurusan yang kak Nana geluti di universitas ini, tapi ternyata aku lupa, seingatku kak Nana mengambil akuntansi, tapi karena takut keliru dengan Manajemen bisnis, lebih baik aku telepon Rona saja, deh, untuk make sure. Kembali lagi aku masuk kedalam kampus ku yang luas itu, rasa lapar dan keinginan mendalam untuk menikmati semangkuk bubur telah hilang begitu saja. Sambil menekan tombol kontak di dalam ponselku, mulailah nada dering tanda tersambung bunyi.

"Halo! Rona?" Ucapku sambil bisik-bisik.

"Eh, Lin, si Rona lagi di toilet, ini aku disuruh jagain tas nya." Ucap suara laki-laki dalam telepon Rona yang tak asing lagi yaitu, Rama.

"Ebuset! Ngapain lu nemenin dia ke toilet? Awas lu kalo ngintip!" Kataku padanya.

"Waduh, ndaklah! Justru kelas kita udah kelar, tadinya mau nelpon kamu dulu tapi takut ganggu kamu lagi kelas, terus dia kebelet, wong dari tadi pagi sama aku ya jadi cuma aku yang......" Kata Rama panjang lebar. Karena aku sedang terburu-buru, aku memotong pembicaraannya untuk menanyakan hal yang lebih penting saat ini yaitu menanyakan tentang kak Nana.

"Yawda-yawda, cepet tanyain sekarang ke Rona, kak Nana itu kuliah jurusan apa!" Kataku memohon cepat.

"Oh, bentar tak tanyain dulu, ya." Jawabnya.

Memang sih, aku ini dengan kak Nana hanya akrab sebatas teman satu klub paduan suara saja, diluar perkuliahan, kami jarang menceritakan masalah kuliah masing-masing.

"Na, ini Aline nanya, kak Nana jurusan apa?" Teriak Rama kepada Rona terdengar hingga ke ponsel.

"Cepet kakek!" Ledekku pada Rama.

"Ogh, Lin, kata Rona Manajemen Bisnis." Jawab Rama padaku setelah menanyakannya pada Rona yang sedang di balik pintu kamar mandi.

"Oh, betul? Gak salah kan?" Kataku sekali lagi untuk memastikan.

"Iya, nek." Jawab Rama padaku.

Wah si Rama mulai kurangajar nih. Ucapku dalam hati.

"OK, kalian ketemu aku di prodi manajemen bisnis sekarang, ya!" Kataku sambil menutup telepon.

"EGH! Bentar kamu udah kelar kelasnya?.... yah ditutup." Balas Rama.

Baiklah! Berarti, jika aku benar, pasti ibu itu akan pergi ke ruang program studi manajemen bisnis bertemu dengan ketua prodinya. Aku begitu yakin dia akan menuju gedung manajemen, tapi ternyata ia malah belok ke kanan, sedangkan ke kanan itu menuju fakultas sastra. Aku jadi melambat jalannya karena membingungkan apa yang sebenarnya terjadi, kupikir ibu itu tersesat dan hendak menanyakan pada seseorang yang berada disana.

"Tunggu!" Ucapku secara tiba-tiba.

Kakiku gemetar, entah mengapa, tiba-tiba kata itu terucap dibibirku, aku seperti kepedean sekali kalau itu benar-benar ibunda kak Nana. Pipiku memerah, jantungku berdetak kencang, ia menoleh padaku kebelakang, tangan ini gemetar saja, dengan bibir yang hampir kering aku mengatakan.

"Tante seperti kebingungan, mau kemana? Bisa saya bantu?" Tanyaku spontan padanya.

"Oh, tidak apa-apa, terimakasih, saya buru-buru mau ke fakultas anak saya." Katanya sangat tegas sekali.

Jawaban ibu itu sangat membuatku segan untuk menatap lurus ke wajahnya, sama seperti anaknya, ibunya pun memiliki kharisma tinggi, membuat semua orang yang berada didekatnya menjadi berdebar-debar. Tapi, alangkah aneh nya bahwa ibu ini malah menuju fakultas satsra, karena aku berniat menolong nya, walau itu bukan ibunda kak Nana sekalipun, sekali lagi aku memberanikan diri lagi untuk bertanya kepadanya.

"Maaf, tante ibunya kak Nana, bukan?" Ucapku spontan karena sangat yakin sekali itu adalah ibunya.

Tentu saja ia merasa terkejut dan bingung mengapa aku bisa mengetahuinya.

"Ahaha, tadi saya lewat di depan parkiran, tante jawab telepon dan menyebut nama kak Nana, saya temannya tante, kemarin saya menjenguknya di rumah sakit." Jawabku untuk menjelaskan.

"Oh, ya! Saya orang tua Nana, ini siapa ya? Teman satu kelas?" Tanya nya juga bingung, sebab, mungkin melihat gaya-gaya ku yang masih polos layaknya mahasiswa baru.

"Bukan tante, saya teman satu klub paduan suara. Oh, tante katanya mau ke prodi nya kak Nana, ya? Kak Nana itu jurusan manajemen bisnis, sepertinya arahnya ke sebelah kiri, kalau kearah sini itu gedung sastra." Ucapku sekali lagi menjelaskan.

"Oh begitu? Kalau begitu, adik bisa antarkan tante kemana gedung tempat Nana belajarnya?" Ucapnya padaku.

"Bisa tante, mari ikuti saya." Jawabku dengan senang hati.

AROMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang