*Ong POV*
Aku lupa sudah berapa lama aku terduduk dibangku taman ini. Mataku lembab karena tangis, bahkan pandangan ku mengabur membuat bayangan ganda sekitar.
Sebut saja aku pengecut. Tak apa, pada kenyataannya aku belum siap menghadapi reality bahwa, kebersamaanya dengan daniel akan begitu singkat sedangkan mereka berjanji akan menghabiskan waktu bersama selama di Paris.
Tapi......
~aku bahkan tak mampu mengucapkannya~Aku mengecek handphone dan mendapati Jihoon, Minhyun dan Jisung hyung menelfonku berpuluh kali.
Ku coba bangkit dan merasakan tubuhku melemas. Tidakkah kalian pikir, bahwa menangis saja sudah membutuhkan tenaga luarbiasa. Aku terhuyun kembali ke apartemen. Tak memperdulikan angin mulai menusuk kulit.
Setibanya di apartemen semuanya sudah tertidur dan mendapati kamar ku kosong. Guanlin entah kemana, yang jelas aku sudah memberikan info pulang terlambat.
Aku melepas mantel ku dan melempar asal. Mendapati sisi tempat tidurnya yang mengingatkan nya pada daniel saat pertama kali datang ke paris.
Aku tak akan bisa menyentuhnya lagi
Mendapatkan bayangan bayangan buruk itu membuatku terkuras lagi. Menerjang bantal dan merutuki nasib ku yang mungkin memprihatinkan ini. Hati ku terasa kosong dan nyeri secara bersamaan.
Apakah mencintai seseorang bisa sesakit ini?
Tuhan tolong rengkuh aku dari rasa sakit iniAku tak tau kapan aku jatuh tertidur. Aku merasakan mataku membengkak. Mencoba membuka mata dari kenyamanan ini.
Tunggu!! Nyaman???!
Mengingat kondisinya tadi malam harusnya takkan ada kata nyaman saat ini.
Sambil mencoba mengumpulkan nyawa dan mencerna apa yang terjadi, aku mendapati sebuah tangan kekar ~ yang aku paham milik siapa~ sedang melingkar nyaman di pinggangnya. Jantung ku berdetak dengan cepat.
Apakah aku mulai halusinasi lagi?? Membayangkan tidur nyamannya ini disebabkan hanya karena lengan itu memeluknya. Tapi bukankah itu tak mungkin??
Aku mencoba menoleh. Memberanikan diri untuk menerima apapun kenyataan yang akan menghadapnya.
D.... Daniel??!!
Aku mengerjap kembali. Dan bayangan Daniel masih disana. Hufft.... Sepertinya aku harus kembali konsultasi ke psikiater lagi karena otakku benar benar diluar kendali nalar.
Mencoba mengucek mata ku sekali lagi agar aku tak salah melihat apa benar yang merengkuhnya ini seseorang yang amat ia cintai. Dan seseorang itu mengeliat akibat pergerakan ku. Aku makin terkesiap.
Jika aku memang halu, entah mimpi. Tapi ini terlalu begitu nyata?? Aku bahkan merasakan hembusan nafasnya.
Perlahan aku arahkan jariku untuk menyentuh wajahnya. Tak apa jika mungkin ada suara plopp dan bayangannya menghilang. Harusnya aku takkan kaget hal seperti ini terjadi, karena 2 tahun terakhir aku selalu mengalaminya.
Saat kulitku bersentuhan dengannya. Aku meremang. Ini mimpi yang sungguh, amat sangat, nyata, sekali.
"Aku masih mengantuk sayang. Bisakah kita tidur lagi"
Aku terjengit kaget. Bahkan mimpinya sekarang lebih nyata. Bahkan sekarang dia mendengarkan suaranya.
Sepertinya aku memang sudah setengah gila. Aku memejamkan mata dan mencoba menetralkan otak ku.
Kata dr. Smith, jika bayang bayang itu datang kembali, atur nafas dan kau bisa melakukan meditasi sederhana dengan memejamkan matamu kau dapat mengembalikan konsentrasimu, lalu.....

KAMU SEDANG MEMBACA
Mine
Fanfiction"Bukan Angin yang membuat Daun terjatuh" - Daniel "Daun seperti halnya sepotong hati, dia akan terbang kemanapun cintakan membawanya" - Ong Hanya sepenggal kisah dari mereka yang berjuang untuk saling mempertemukan, tanpa takut terjatuh tanpa ragu t...