Hening malam pecah. Teriakan panik menganga di langit malam. Si jago merah berkobar dengan gagah. Bermain sendirian. Melahap apa pun di sekitarnya, dengan lidah-lidah api yang menyambar. Memanaskan udara malam yang seharusnya sejuk.
Para lelaki dengan sigap membawa air dari rumah-rumah warga sekitar, untuk disiram ke bangunan terbakar. Sementara para wanita dan anak-anak berpakaian kumal, histeris melihat tempat tinggal mereka runtuh keping demi keping.
Di antara hiruk pikuk malam yang kacau, gadis mungil berbaju abu-abu berjalan tergesa bersama keenam saudari. Ia amati lekat-lekat setiap wajah kusut di antara kepulan asap, tegang dan tersamarkan kabut api.
Joyce, adiknya itu agak sulit diberi pengertian. Dia memegang erat korek api, isinya tinggal sebatang. Dua kakak merangkul bahu gadis lemot, mengajak yang lain menembus malam, menghalau gentar.
"KALIAN!"
Si pemerhati keaadaan menegang. Pemilik gelar monster, berjalan mendekat dengan dua manik tajam memerah. Wanita tua itu tampak lebih menyeramkan, seolah siap menerkam dan menguliti ketujuh bocah.
Tak ingin bayangan mengerikan itu terjadi, si mungil dengan segera mengenggam erat tangan dua teman sebaya, Vanila dan Sarah. Mereka kompak memacu kaki, berlari sekuat tenaga.
Di tengah gundah yang menikam hebat, Joyce limbung, terjatuh. Dua tangan mungil menempel perih di tanah kering.
"Cepet!" seru Kak Tania--bocah paling tua-- memegang bahu Joyce, membantunya berdiri.
Si mungil menyambut, memapah Joyce dibantu Kania--gadis kalem paling muda di antara mereka. Sayang, dalam usaha memapah Joyce, justru sang kakak yang tertangkap oleh ibu panti.
"Lari!" perintah Kak Tania, seraya berusaha menahan monster panti, agar tidak menangkap adik-adiknya.
Bergeming, keenam saudari menggeleng tak terima. Mereka mematung dalam pijakan serupa, seolah mengambang. Namun, berbeda dengan Vanila. Gadis itu berlari lebih dahulu. Seolah lupa pada persaudaraan. Memang begitu karakternya, mudah kalut dan tidak memperhatikan sekitar.
"Lari, lemot! Lari!" Kak Tania melempar tatapan perintah mutlak. Maniknya tajam seolah memaksa sumpah agar keenam saudari pergi dan berlari.
Lalu, Kak Mikha--si bocah tomboi--mengambil alih kendali. Menggiring keempat adik walau pandangannya kian memburam, dengan degup jantung terdengar berpacu aneh. Mikha memerintah agar yang lain pergi terlebih dahulu. Dan malam pekat, kembali memisahkan tujuh benua secara bertahap.
Masih dalam remang asap, sepasang kaki beralas sandal jepit merah, dipacu. Ia harus selamat dan kembali dengan membawa bala bantuan.
"Sarah, doa apa yang--" Ucapannya tergantung, kaki ikut terhenti. Gadis kecil celingukan, mencari sosok yang coba dia ajak bicara.
"Kania," panggilnya lagi, setelah menyadari bukan hanya teman sebaya saja yang menghilang. Adik kalemnya pun turut raib dirampas malam.
"Joyce, kamu lihat--"
Baik, semuanya tidak ada. Hanya ada dia dan kesendirian. Kaki mendadak terasa lemas. Tak kuasa bila harus berakhir terpisah.
"Kak Tania, Kak Mikha, Vanila, Sarah, Joyce, Kania, kalian ada di dekatku, 'kan? Jangan becanda! Tolong keluarlah! Kita harus pergi bersama."
Hening. Malam benar-benar menertawakan.
"Aku tidak mau sendirian! Kita sudah bersumpah untuk terus bersama!" Dia meraung tanpa henti. Namun, tetap tak ada jawaban. Hanya ada angin malam, bertamu menelisik pori. Mengantar hawa dingin menyengat kuat.
Si mungil berjalan gontai. Menelusuri kembali jalan semula. Mencoba mencari sosok-sosok berharga. Dia ingin bersama. Mengarungi pelayaran kehidupan nyata, dengan mereka.
Akan tetapi, semesta sedang tidak berpihak padanya.
Tidak ada Kak Tania, Tidak ada Kak Mikha, atau keempat adik. Netra menemukan sekelompok warga dari panti. Pemburu alasan bangunan tinggi itu terbakar.
Si mungil mematung sendiri. "Kak Tania, aku harus apa?"
____________________________
Hay, assalamu'alaikum. Jangan bilang belum ada yg baca. Aku dah tempe, kok. Awokawok.
O, ya.
Jeng jeng jeng, ta-da.
Kami adalah 7 Benua. Jika bukan karena mereka, aku belum tentu tahu tata cara penggunaan dialog tag.Yuk, dikepoin, dibaca, dihayati, diamalkan, dan dibagi-bagi. Lumayan, buat penghilang bayang-bayang mantan.
Neh, kukasih tempe akun para penulis hebat itcuh.
#Kolaborasi7Benua
#Tania
#Mikha
#Vanila
#Sarah
#Dian
#Joyce
#KanollaPembimbing
Kak Evie Sukasukadia Talithaa56
Kak Meyguslow MeylindaRatna
Mamak Silsilah Rodiana SilviaRodianaCerita utuh tak tersentuh bisa kamu temukan di:
Calon perawat masa depan
AnnyoosAn
K-POP
rodeoexol
Vivi kembaran Pipi
Kavii_98
Ratu kemerdekaan tidur siang
azdiyare_ahsan708
Mamak males pake huruf kapital
SilviaRodiana
Aku kira dia anak es em pe
IndahCatYa
Klo dia, kirain anak kuliahan
Fifi_AlifyaNyok! Nonton ondel-ondel.
Nah, sekian basa-baksonya. Saya Diyar binti Syafe'i mengucapkan, selamat berbuka kaleng kongguan berisi opak. Mwehehe.
Byebye. Titidije.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh 😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Dian
Teen FictionTAMAT. __________________ Purnama memisahkan. Tinggallah kaki menapak sendiri. Limbung di atas terjal Bumi mendingin. Kenali, tetapi jangan mengasihani. ---------------------------- (UPDATE SETIAP HARI RABU) ____________________________ #Kolaborasi7...