22. Surat dalam Berita

209 27 6
                                    

"Selesaikan perkara dan beri kesan untuk kepergian."

***

Hay.

Dian memandangi sapaan dalam bentuk digital. Enemy pengirimnya. Tiga huruf yang umum dijadikan basa-basi untuk pembukaan.

Tak lama, pesan lain datang.

Kamu gak lagi ada masalah, 'kan?

Ada dan sangat menyebalkan. Dian ingin membalas begitu, tetapi entahlah. Terlalu malas, pikirnya.

Kenapa tidak keluar dan menemui seseorang yang bisa kamu ajak bicara?

Omong kosong. Hanya dirinya sendiri yang bisa ia andalkan. Dian baru saja berniat melempar gawai, tetapi pesan baru terus bermunculan.

Enemy menawarkan diri untuk menjadi penampung curahan. Begitu kesimpulan dari tiga belas pesan yang datang bersusulan.

Gadis yang kala itu tengah duduk santai sembari menonton televisi, merasa memiliki peluang untuk tenang. Dia menerima tawaran Enemy dan mulai menuang rasa ke dalam aksara.

Aku tidak mengerti, kenapa ada orang yang mempermasalahkan nasihat?

Send.

Dian menunggu balasan. Lima belas detik, lalu jawaban dari Enemy datang.

Harga diri. Kamu pernah dengar tentang itu? Seseorang bisa sangat marah jika harga dirinya diinjak-injak. Dan mungkin, jika ia menetapkan bahwa dinasihati bisa menjatuhkan harga diri, maka dia akan marah. Bagaimana menurutmu?

Dian mengangangguk. Benar juga. Mungkin itu yang terjadi pada teman-temannya di kelas, tetapi ngomong-ngomong, pesan Enemy juga merujuk pada hal lain: dirinya. Dian merasa itulah yang terjadi jika dia dinasihati.

Apa ada solusi untuk itu?

Send.

Mengeratkan genggaman pada gawai, gadis beralis tipis berharap bisa menemukan solusi dari teman mayanya.

Hingga, muncullah sebuah jawaban. Dian membuka pesan dan membacanya pelan.

Enemy berkisah, bahwa hanya dengan menerima dan berlapang dadalah kuncinya. Jika yang menjadi perkara adalah sang penasihat, maka ia harus bertindak lebih bijak dan mau menerima resiko. Perbaiki ikatan dan terus berhubungan. Karena kita tidak pernah tahu akan seperti apa kisah di masa depan. Boleh jadi, orang yang kita nasihati adalah sosok yang paling kita perlukan di saat saat tertentu.

Kedua, untuk penerima nasihat. Saran teman maya, tekan egois. Jangan jadi pengecut dengan menolak nasihat baik. Kita tetap memerlukan koreksi dalam hidup. Agar tidak hanya ada di situ dan menopang dagu. Pahami, bahwa hidup cukup ganas dan pemaksa. Menuntut untuk terus maju. Kosongkan wadah dan terima nasihat. Apa ruginya?

Satu beban telah menguap. Dian kembali mengetik pesan.

Aku ingin tahu sebuah rahasia.

Send.

Enemy menjawab, Untuk apa? Kadang rahasia akan lebih nyaman bila dibiarkan saja. Hanya akan menjadi beban jika kamu terus memaksa. Mainkan saja peranmu. Jika Tuhan berkehendak, kamu pasti akan tahu.

Mengapa sangat sederhana? Dian merutuki semua jawaban itu, kenapa tak ia dapatkan dari diri sendiri?

Aish!

Di situlah si egois mulai menyadari kebodohannya.

Satu lagi. Dian mengetik soal.

Apa hanya dengan alasan menyukai, maka kita bisa menyatakan bahwa dia adalah milik kita dan bisa melarang gadis lain mendekati si lelaki?

DianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang