31. Titik Balik

283 29 12
                                    

"Tentang kehilangan. Percayalah akan menenangkan jika kita tidak memiliki penyesalan. Maka, manfaatkan waktu dan kesempatanmu sebaik mungkin, sayang."

***

Apa ada yang suka pelajaran Matematika? Fisika? Di mana rumus rumit mendominasi penyelesaian soal. Ketahuilah, kehidupan tidak jauh dari konsep pelajaran itu. Rumus, soal, dan keberhasilan. Bukankah sangat membosankan?

Pada titik ini, sebuah pemakaman digelar. Banyak tim kepolisian menyempatkan hadir. Dia yang berpulang adalah sosok penting. Kandidat pemecah misi terakhir, sebelum dia menghilang dilahap kobaran api kering.

Tugas terakhirnya telah tuntas. Rumus sudah didapat. Tunggalang dan Regar mendapat hukuman setimpal. Keduanya melakukan banyak hal keji. Oleh sebab itu, pengadilan memutuskan hukuman mati.

Rasyi ternyata ikut andil dalam istana tindak kriminal itu. Dia bertugas di ruang laboratorium. Membuat beragam jenis racun hingga cairan proses pembuatan mumi. Akan tetapi, Rasyi mendapat keringanan hukuman. Tersebab keikut sertaannya dalam bertindak memenangkan pertempuran. Dibantu Rio--rekan Dian.

Walau pada akhirnya, video peperangan harus bocor ke mata publik. Untungnya, video dikenal hanya sebatas game fantasi saja.

Rasyi diambil alih oleh kepolisian. Kemampuannya dalam meracik ramuan penghancur, menarik minat Sensei Hasan. Ia diangkat sebagai murid kedua setelah Dian.

Sedangkan Surya dan Fajar, mereka berdua masih ditahan polisi. Dimintai keterangan tentang kejadian perkara dan tentang status para pengikut berkaus tanpa lengan.

Dari catatan hasil penyelidikan satu-satunya gadis dalam misi, kepolisian menemukan tempat produksi ulang barang curian berlokasi di atap sekolah. Dengan batu hitam kecil menyerupa jantung optimus prime sebagai kunci. Gadis itu tokoh pemecah rumus.

Dian memecahkan soal tentang cincin hitam milik Regar, partikel kecil dari mobil Jenderal Hasan, juga atap di balik toilet sekolah. Semuanya terhubung satu sama lain.

Ada kemungkinan mobil Pak Hasan di masa lalu adalah hasil produksi ulang tindak pidana. Dan partikel hitam dalam stir merupakan penandaan barang akan diambil ulang.

Ini tidak mudah dipercaya. Target barang curian akan dikirim terlebih dahulu pada klien. Keluhan seperti Jenderal Hasan di masa lalu, akan dimanfaatkan sebagai alasan pengambilang ulang. Begitu ungkapan kedua pelaku.

Namun, mereka berkata bahwa itu merupakan paradigma lama. Dan sekarang, tim kepolisian masih harus mempelajari kasus.

Lupakan tentang para penjahat kelas kacang busuk itu. Mari, kita cari tahu kondisi para pahlawan dalam misi.

Jenderal Hasan, Tri Brata Satu atau Bapak dari seluruh polisi di RI mendapat penghargaan besar dari kepresidenan. Lelaki tua yang ternyata memiliki bakat akting itu diberi gelar khusus, "Jenderal Kehormatan".

Ridwan bukan lagi Brigadir. Lelaki tampan berkharisma tinggi telah menempati posisi Brigadir Kepala Polisi (Bripka). Begitu pun para anggotanya. Masing-masing dari mereka mendapat promosi khusus dan maju dengan pangkat baru.

Namun, itu bukan kemenangan mutlak bagi seorang Ridwan Hermawan. Ia tengah berada di pemakaman. Kemeja hitam, celana hitam, dan kacamata hitam mewakili kelabu dalam diri.

Dia mendorong kursi roda. Seorang gadis dengan seragam serupa menduduki. Ia terlihat lemah, tetapi tidak mengurangi rasa hormat dari kepolisian sekitar.

Dialah Dian Firdaus. Pemilik rumus dari perkara operasi terakhir. Salah satu lututnya dibalut lembut kain kasa. Ia belum bisa berjalan. Dan kini, memaksakan diri menghadiri pemakaman sosok ibu dalam kehidupan indahnya.

DianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang