"Mau saya antarin sampai ke dalam nggak, non Ekki? Biar saya bawain tasnya"
"Nggak usah, Bang Jupri. Mulai besok papa kan nggak di rumah, Bang Jupri nggak usah antarin Ekki ke sekolah ya"
"Loh kenapa non? Nanti non Ekki naik apa ke sekolah kalau nggak saya antarin naik mobil? Non Ekki kan belum dibolehin bawa mobil."
"Siapa juga yang mau bawa mobil? Lagipula juga apa guna kendaraan umum, Bang Jupri? Pokoknya jangan bilang ke mereka semua ya. Bang Jupri antarin Ekki kalau papa, mama, kak Sylvia lagi di rumah aja"
"Yaudah deh"
Sebelum gue turun dari mobil bermerek BMW 530i ini, gue menepuk bahu Bang Jupri beberapa kali untuk meyakinkan dia kesepakatan yang baru aja kita buat ini. Tanpa menunggu mobil melaju pergi meninggalkan lapangan parkir ini, gue langsung cepat-cepat pergi buat nyari kelas gue.
Sekolah yang bentuknya udah kayak kantor ini berhasil bikin gue pusing bukan main. Udah hampir dua puluh menit gue belum berhasil ketemu kelas baru gue ataupun ruang guru. Gue coba nanya ke beberapa murid tapi arahan yang mereka kasih nggak membantu sama sekali. Ada yang ngasih tahu tapi ngomongnya terlalu cepat dan berbelit-belit. Ada yang cuma menatap gue dari atas ke bawah dan ninggalin gue begitu aja.
"Murid baru ya?"
Merasa ada yang ngajak ngomong, gue langsung membalikkan tubuh ke belakang. Murid perempuan dengan gaya feminim, berseragam rapi dan poni rata yang menutup keningnya tersenyum menunggu gue menjawab pertanyaannya tadi. Ya iyalah gue murid baru, dia nggak lihat apa gue satu-satunya pakai seragam yang beda dari mereka semua? Bikin tambah emosi aja."Iya, gue lagi nyari kelas. Bisa bantuin gue?" Gue udah merasa hopeless mencari murid yang bisa memberi informasi yang jelas. Udah capek banget juga dari tadi jalan, nanya sana-sini.
"Kelas berapa?"
"12 IPS 5"
"Lo sekelas sama gue. Ternyata lo murid baru yang udah diomongin mereka dari kemarin-kemarin"
Thanks God...Finally...
"Gimana kalau kenalan dulu? Nama gue Adele. Lo?"
"Ekki"
"Nama lo unik juga. Jarang yang pakai nama kayak gitu. Ayo, ke kelas bareng"
***
Kelas yang udah lumayan ramai, tiba-tiba jadi mendadak sepi pas gue dan Adele datang. Yap, mereka pasti diam gara-gara murid asing dengan seragam paling beda sendiri masuk ke kelas mereka. Kayak murid-murid yang gue tanya-tanyain tadi, murid-murid di kelas ini juga menatap gue dari atas ke bawah. Norak banget sih. Gue benci ditatap banyak orang kayak gini, kayak baru pertama kali lihat orang cantik aja.
"Lo duduk sama gue aja, sebelah gue kosong, Ki"
Gue ngangguk-ngangguk aja karna benar-benar belum mengerti kondisi di sini. Gue menatap sekitar gue dan akhirnya tatapan gue berhenti sama meja paling belakang. Satu satunya meja yang nggak punya barisan ke samping. Anehnya, meja itu nggak punya pasangan kursinya dan ada banyak coret-coretan spidol nggak jelas.Kalau emang udah nggak terpakai, kenapa masih ada di situ?
"Del"
"Ya?"
"Meja yang di situ kenapa nggak dikeluarin? Makan tempat aja"
"Meja yang mana?"
Gue menunjuk ke meja itu pakai dagu dan ekspresi Adele langsung berubah. Ekspresinya kelihatan jadi nggak enak, bikin gue bingung. Pas gue mau nanya lebih lanjut, bel sekolah bunyi dan semua murid langsung heboh balik ke tempat duduk masing-masing. Adele juga langsung sibuk sendiri kayak nggak mau ditanyain tentang meja itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
You Make Me Melt (GxG)
RomanceEkki, remaja perempuan berumur 17 tahun dengan kehidupan hitam putihnya. Semuanya terasa biasa saja untuknya. Tidak ada warna. Kosong. Hambar. Sampai akhirnya dia bertemu dengan Agatha, teman sekelasnya. Pertemuan mereka mulai merubah pikirannya te...