Penderitaan bermula sebelum Ekki masuk ke dalam kehidupan gue dan kehadirannya merubah sesuatu yang gue pikir nggak akan pernah terjadi.
Saat gue membuka kedua mata gue, gue menemukan tubuh gue yang jatuh semakin dalam dasar air secara perlahan. Paru-paru terasa semakin sesak, penglihatan semakin kabur, cahaya di atas sana semakin lama semakin menghilang.
Tanpa ada perlawanan, gue hanya membiarkannya jatuh.
"Sampah!"
"Pelacur!"
Gelap. Definisi yang paling tepat untuk kehidupan gue sebelum Ekki datang. Benar-benar gelap.
Nggak ada harapan. Nggak ada tujuan. Kesepian.
"Orang kayak lo mati aja!"
Tanpa kalian suruh, gue sendiri juga pingin mati. Berkali-kali gue mencoba buat mengakhiri semua, berkali-kali juga usaha gue gagal.
Gue nggak tahan.
Dengan sisa tenaga yang masih gue punya, gue mengangkat tangan kanan gue. Jumlah luka sayatan baru saja bertambah. Menghitung banyaknya luka-luka itu, air mata gue mulai jatuh.
Apa kali ini gagal lagi?
Harus sampai mana gue harus bertahan?
Di saat gue udah pasrah mati tenggelam di dalam luasnya air ini, tiba-tiba ada yang menarik tangan gue. Kedua mata gue kembali terbuka dan kesadaran gue sedikit kembali.
Ada seseorang yang menyelam masuk ke dalam air. Tangannya berusaha menarik gue naik ke permukaan yang udah jauh banget jaraknya.
Gue nggak bisa melihat wajahnya dengan bergitu jelas.
Kenapa? Kenapa dia ikut menyelam masuk? Kenapa dia nolongin gue? Kenapa dia nggak biarin gue mati?
Dia mengatakan sesuatu.
Tidak bisa mendengar apa yang dikatakannya, gue berusaha fikus memperhatikan gerak bibirnya.
"A-GA-THA!"
3 tahun lalu...
"Agatha!"
Mendengar namanya dipanggil, Agatha membalikkan tubuhnya sambil melepas salah satu earphone yang menyumbat telinganya. Senyumannya mengembang sempurna saat melihat kedua temannya berlari semangat ke arahnya.
Salah satu dari temannya yang bernama Ajeng itu merangkul lehernya, "Kita udah jadi murid SMA nih!"
"Gue yakin Agatha pasti yang duluan punya pacar. Kakak kelas pasti banyak yanng naksir sama dia" Ucap temannya yang satu lagi, Farah.
"Yakin banget sih. Udah cantik, kulit putih mulus, pintar jago main gitar, jago nyanyi juga"
"Mentang-mentang udah jadi murid SMA, ganti penampilan. Nggak pakai poni kayak gini bikin lo kelihatan makin dewasa" Ajeng memberantaki rambutnya.
"Ih Ajeng, stoppp. Belum juga mulai sekolah masa rambut gue berantakan" Agatha berusaha menjauh dari temannya itu.
"Agatha"
Namanya dipanggil kembali. Kali ini, Agatha tahu betul siapa yang memanggilnya. Dia melempar senyum yang dibalas dengan senyuman juga oleh temannya yang berlari ke arahnya.
"Gue kira Adele bakal telat di hari pertama sekolah" Ucap Ajeng yang mendapat anggukkan kepala dari Farah.
Sesampainya di dekat Agatha, Adele langsung memeluknya dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Make Me Melt (GxG)
RomanceEkki, remaja perempuan berumur 17 tahun dengan kehidupan hitam putihnya. Semuanya terasa biasa saja untuknya. Tidak ada warna. Kosong. Hambar. Sampai akhirnya dia bertemu dengan Agatha, teman sekelasnya. Pertemuan mereka mulai merubah pikirannya te...