Ekki berhasil merebut bola basket dari tangan Marcel. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, dia langsung berlari menjauh dari Marcel dan memasukkan bola ke dalam ring sebelum Marcel bisa merebutnya lagi darinya. Ekki memeletkan lidahnya, meledek.
"Udah ah, Ki. Gue capek"
"Payah lu ah jadi cowo. Baru aja main bentar"
"Hampir 3 jam nonstop dan lo bilang bentar?"
Marcel duduk di tengah-tengah lapangan disusul Ekki yang ikut duduk di sampingnya. Dari tadi mereka hanya bermain basket berdua, one by one.
Hari semakin sore dan masih ada saja beberapa murid perempuan yang setia menunggu Marcel di pinggir lapangan. Sesekali mereka berteriak meminta perhatian Marcel tapi laki-laki itu terlalu lelah bahkan hanya untuk menolehkan kepalanya pada mereka.
"Tahu nggak? Sejak lo nolak minuman dingin gue waktu itu, gue mulai membiasakan diri untuk nggak minum minuman dingin lagi habis olahraga"
"Baguslah, nggak baik untuk jantung. Lagipula ini juga pengetahuan umum, masa kayak hal gitu aja lo nggak tau?" Jawab Ekki sebelum meneguk air putih nya.
Marcel diam, mencuri tatap pada Ekki yang masih sibuk meminum air putihnya. Diam-diam dilihatnya wajah Ekki yang bercucuran keringat, tubuhnya dengan baju yang sudah basah kuyup dan pahanya yang terlihat cukup jelas terlihat.
"Eh tapi, tumben lo ngajak gue main pulang sekolah kayak gini. Kenapa?"
Pertanyaan Marcel membuat Ekki teringat pertengkarannya dengan papanya waktu itu. Sejak itu, dia dan papanya belum saling bicara lagi. Untuk saat ini, dia berusaha sebisa mungkin menghindar dari papanya. Kesal dan takut papanya meminta hal yang salah untuk memilih universitas yang sama sekali tidak ada yang dia minati.
"Kenapa? Nggak suka gue ajak main bareng kayak gini?" Jawab Ekki sinis.
"Bukannya gitu, tapi bingung aja"
"Gue pingin main basket tapi nggak tahu mau ngajak siapa. Nggak ada pilihan selain lo, jadi ngajak lo aja deh"
"Jadi ceritanya lo terpaksa ngajak gue main nih?"
Ekki hanya tertawa sambil memukul pelan bahunya. Melihat wajah senang Ekki untuk pertama kalinya membuat Marcel tersenyum.
Dia yakin ini adalah awal dari hubungan mereka.
"Kapan-kapan main bareng lagi kayak gini dong. Seru juga main bareng lo"
"Boleh, tinggal chat gue aja. Nomor gue kan udah ada di group WA ekskul"
"Gue mau main bareng lagi sama lo karna lo gampang dikalahin"
"Ih ngeledek ya mainnya sekarang" Gemas, Marcel mengacak rambut Ekki.
"Stop! Rambut gue berantakan!" Ekki berusaha menghindar dari jangkauan tangan Marcel, tapi gerakan tangan Marcel yang cekatan masih bisa terus mengacak rambutnya.
Saking asyiknya mereka saling bercanda dengan Marcel, Ekki tidak sadar ada seseorang yang dikenalnya menatap mereka cukup lama di antara para penggemar Marcel dan akhirnya pergi menjauh dari situ.
***
"Nggak terasa udah mau malam aja ya" Ucap Marcel di sela perjalanan mereka berdua ke depan gerbang sekolah
"Thanks banget udah mau menemani gue main sampai malam kayak gini" Jawab Ekki.
Keduanya kembali diam, sama-sama bingung harus berbicara apa lagi. Gerbang sekolah terasa sangat jauh karna perasaan canggung.
"Lo..mau gua antarin pulang nggak, Ki? Gue bisa antar lo pakai mobil gue"
"Nggak usah. Gue bisa naik angkot dari sini"
KAMU SEDANG MEMBACA
You Make Me Melt (GxG)
RomanceEkki, remaja perempuan berumur 17 tahun dengan kehidupan hitam putihnya. Semuanya terasa biasa saja untuknya. Tidak ada warna. Kosong. Hambar. Sampai akhirnya dia bertemu dengan Agatha, teman sekelasnya. Pertemuan mereka mulai merubah pikirannya te...