"Jadi dua hari yang lalu, lo kekunci bareng Agatha sampai malam?!"
Gue ngangguk sambil mengunyah ketoprak yang gue beli di kantin. Ketoprak yang dijual di kantin sekolah enak banget, tapi emang dasarnya gue suka makanan kayak begini sih. Kalau ketahuan orang tua gue pasti gue udah dimarahin. Gue juga nggak tahu apa alasan mereka nggak bolehin anak-anaknya makan makanan selain dari rumah sendiri, apalagi yang dijual di pasar tradisional gitu. Di keluarga gue, selain gue, Bang Ray juga suka makanan yang dijual pakai gerobak atau jajanan di pasar. Kadang kita kerja sama untuk beli makanan kayak gini tanpa sepengetahuan mereka.
"Lo nggak diapa-apain sama dia kan?
Pertanyaan Adele membuat gue teringat malam itu waktu Agatha memeluk gue sebelum gue ketiduran. Gue terbangun saat petugas kebersihan beneran datang untuk menaruh perlengkapan kebersihannya. Entah berapa lama gue ketiduran, tapi selama gue tidur, posisi Agatha tetap sama dan kedua tangannya juga terus memeluk gue.
"Nggak ada apa-apa selama kita kekunci di dalam gudang"
"Lo sih ngeyel kalau gue bilangin. Coba kalau lo anteng-anteng aja waktu itu. Jangankan kekunci di gudang bareng dia, lo pasti nggak akan dihukum bersihin toilet"
"Suka-suka gue lah mau ngapain aja. Kenapa gue harus dengarin omongan lo?"
Kayaknya ucapan gue agak keterlaluan. Nggak ada tanggapan dari Adele. Sedikit merasa bersalah sih tapi yaudahlah ya, gue udah terlanjur ngomong juga.
Merasa nggak ada yang bisa dibicarain lagi dengan Adele, gue lanjut habisin ketoprak gue. Sesekali gue melirik Adele. Dia sibuk sama smartphonenya dan sama sekali nggak mau ajak gue ngobrol lagi.
"Del, ambilin kecapnya dong"
"Kan kecapnya di situ, dekat lo"
Gue diam dan akhirnya mengambil sendiri kecapnya.
Kayaknya beneran marah orangnya.
"Del"
"Hmm?"
Gue nggak jadi ngomong karna tiba-tiba ada suara ribut banget dari arah pintu masuk kantin.
Awalnya gue nggak peduli, tapi suara ribut itu semakin lama semakin mendekat.
Walaupun udah mulai merasa terganggu, gue tetap nggak mau cari tahu sumber suara ribut itu dan tetap fokus sama ketoprak gue sedangkan Adele udah mulai celingak-celinguk.
Gue tetap nggak peduli sampai akhirnya keributan itu persis tepat di samping gue.
"Lo murid baru kan?" Awalnya gue nggak tanggapin, "Ekki?" Gue akhirnya menoleh karna nama gue disebut.
Murid cowo yang gue nggak tahu siapa berdiri di samping meja gue sambil tersenyum. Di belakangnya, ada banyak murid, kebanyakan cewe. Kayaknya mereka yang membuat keributan dari tadi.
"Lo siapa?"
Masih dengan senyumannya, dia mengulurkan tangan kanannya, "Marcel, ketua ekskul basket"
Nggak tahu kenapa gue udah merasa familiar dengan wajah cowo ini tapi gue yakin banget gue belum pernah ketemu dia.
"Marcel?"
Gue menatap Adele sebentar dan nggak lama gue ingat sesuatu.Dia cowo yang fotonya ditunjukin Adele waktu itu. Kata Adele, dia lebih ganteng kalau dilihat langsung daripada cuma lewat foto, tapi asli deh nggak ada bedanya. Nggak ada yang menarik dari cowo ini.
"Iya, gue Ekki. Kenapa?"
"Gue udah baca biodata lengkap lo dari wakil kepala sekolah dan gue lihat lo udah banyak dapat penghargaan basket. Lo juga udah pernah jadi kapten di tim basket lo yang dulu"
KAMU SEDANG MEMBACA
You Make Me Melt (GxG)
RomansaEkki, remaja perempuan berumur 17 tahun dengan kehidupan hitam putihnya. Semuanya terasa biasa saja untuknya. Tidak ada warna. Kosong. Hambar. Sampai akhirnya dia bertemu dengan Agatha, teman sekelasnya. Pertemuan mereka mulai merubah pikirannya te...