(Masih) Musuhan

5.6K 525 22
                                    

Agatha's POV

Hari ini kayak hari yang sebelum-sebelumnya, jam istirahat gue pakai untuk main gitar bareng Bram di ruang musik. Singkat ceritanya, setelah hari dimana pertengkaran terakhir dengan Ekki waktu itu, Bram tiba-tiba ngajak main gitar bareng di ruang musik.

Awalnya gue ragu, takut Bram sama kayak orang-orang jahat itu, tapi pada akhirnya gue terima ajakan dia. Gue lega mengambil pilihan yang tepat. Bram orang baik dan dia nggak sama kayak mereka. Karna Bram, gue udah nggak menyendiri di atas atap sekolah lagi.

Udah sekitar dua minggu gue dan Bram berteman, udah selama itu juga gue dan Ekki nggak ngobrol.

Tentang Bram, dia adik kelas, cuma beda setahun aja. Dia salah satu murid yang nggak tahu atau mungkin emang nggak peduli tentang masalah gue di sekolah.

"Agatha" Panggilnya.

Awalnya Bram panggil gue pakai 'kak', tapi gue bilang panggil langsung pakai nama aja biar lebih akrab.

"Ya?" Gue berhenti main gitar dan menatap dia.

"Buat acara class meeting nanti, jadi main gitar sama gue kan?"

"Iya, makanya kita latihan setiap hari kayak gini"

Bram diam sejenak, "Ini akan jadi class meeting lo yang terakhir ya"

"Iya. Karna ini class meeting terakhir gue, ayo kita buat pertunjukkan yang bisa membuat mereka semua terkesan"

"Gue nyesal baru berani minta saling kenalan sekarang. Coba aja waktu bisa diulang"

"Sekarang kan kita udah temenan. Gue lulus juga kita tetap bisa ketemuan atau main gitar bareng kayak sekarang ini"

Bram menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Kalau nggak salah... beberapa kali gue pernah lihat Agatha selalu bareng sama satu teman, sekarang kok nggak pernah bareng lagi?"

"Siapa?"

"Itu... cewe rambut pendek sebahu yang selalu diikat setengah?"

"Ekki" Gue reflek sebut nama dia.

"Siapa?"

"Kok lo tahu aja sih? Lo sering perhatiin gue ya?"

"Nggak! Nggak! Cuma kebetulan aja kok" Dia kelihatan panik.

"Nggak tahu tuh, udah bosan kali" Jawab gue asal.

"Setiap gue ke ruang musik, anaknya selalu main bareng di lapangan sama kak Marcel. Mereka kelihatannya dekat banget. Apa jangan-jangan mereka pacaran ya?"

Gue nggak menanggapi apa yang Bram bilang. Sebenarnya tanpa dia bilang, gue sendiri juga tahu kok gimana dekatnya mereka berdua.
Gue tahu karna gue diam-diam perhatiin Ekki dan cowo itu.

Mereka main bareng, pulang bareng, bahkan ada rumor kalau Marcel udah pernah makan malam bareng sama keluarga Ekki.

Gue iri hubungan mereka yang jauh lebih baik daripada hubungan gue sama Ekki. Di saat kita berantem, dia malah ketawa-ketawa sama cowo itu seakan dia udah lupa sama gue. Senyuman Ekki yang pernah dia tunjukin ke gue, dia tunjukin juga ke cowo itu.

Gue pingin senyuman dan ketawa Ekki itu cuma untuk gue, nggak boleh untuk orang lain, terutama Marcel.

"Agatha?"

"Eh? Maaf gue melamun"

"Pulang sekolah nanti, mau latihan bareng lagi nggak?"

"Nggak bisa, Bram. Gue ada kerja part time"

"Eh iya? Udah dari kapan?"

"5 hari yang lalu"

Baru-baru ini gue memutuskan untuk kerja part time. Emang, ada 'seseorang' yang selalu kirim uang untuk gue dan Andre setiap bulan, tapi gue nggak mau bergantung mendapat uang cuma dari dia aja. Gue juga butuh simpanan uang lebih untuk jaga-jaga kedepannya. Andre juga masih kecil dan kebutuhannya bukan sekedar makan dan sekolah aja, begitupun gue.

You Make Me Melt (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang