Kok berubah?

8.5K 712 28
                                    

"Kantung mata lo hitam banget, Ki"

"Eh iya? Masa?" 

"Perasaan tugas nggak terlalu numpuk banget untuk seminggu ini. Lo kenapa bergadang sih? Ada masalah?" Tanya Adele khawatir.

"Nggak apa-apa. Gue ngebut nonton drakor." Jawab gue bohong

"Ooh..orang kayak lo suka nonton drakor juga ternyata"

Bukan karna nonton drakor tapi gue emang nggak bisa tidur semalaman akhir-akhir ini. Ucapan cewe aneh itu sampai detik ini nggak bisa hilang dari pikiran gue. Teringat senyuman dia aja waktu itu udah membuat gue resah sendiri.

Gue menoleh ke belakang untuk melihat meja Agatha. Bel udah bunyi tapi mejanya masih kosong. Sejak kejadian malam itu sampai sekarang Agatha belum masuk sekolah lagi. Ngeselin banget, masa masuk sekolah sesuka hati kayak gitu?

Iya, gue kesal sama dia. Gue nggak terima. Dia penyebab gue kayak orang bego selama tiga harian ini dan dia menghilang begitu aja!

"Selamat pagi" Sapa Pak Hendra.

"Hari ini masing-masing murid dapat kertas formulir yang harus diisi ya. Salah satu universitas sedang melakukan penelitian mengenai perkembangan jumlah remaja yang merokok di tahun ini. Mereka sudah memilih sekolah kita untuk bekerjasama dengan mereka, jadi bapak harap kalian mengisinya dengan betul dan jujur, jangan asal-asalan. Mengerti?"

"Tapi hari ini ada murid yang nggak masuk, pak" 

"Siapa? Agatha? Kalau begitu, formulir ini antarkan saja ke rumahnya sepulang sekolah nanti, sekalian kalian kasih tahu tugas apa aja hari ini. Siapa di antara kalian yang dekat dengan Agatha?"

Nggak ada yang angkat tangan.

"Kalau nggak ada yang angkat tangan, biar saya yang tunjuk"

Tiba-tiba Adele angkat tangan, saat itu juga gue ada perasaan nggak enak untuk apa yang terjadi selanjutnya.

"Kenapa? Kamu dekat sama Agatha?"

"Bukan pak...tapi kayaknya...Agatha sama Ekki lumayan dekat deh" Adele melirik gue.

Shit...

"Benar, Ekki?"

Bahkan belum sempat gue buka mulut, Adele ngomong lagi, "Kemarin pas Agatha kenapa-kenapa, Ekki yang menemani dia di UKS. Mereka saling ngobrol, kelihatan udah akrab banget"

"Iya, pak. Ekki aja yang pergi ke rumah Agatha" Suasana jadi berisik, hampir semua murid di kelas ini setuju sama usulan Adele.

"Tolong ya, Ekki" 

Gue cuma bisa menganggukkan kepala aja. Pasrah.

Mereka semua benci Agatha, jadi mana mau mereka ke rumah cewe aneh itu. 

Kalau kayak begini, kapan gue bisa benar-benar menjauh dari tuh cewe coba?

***

Jalan xxxxxx nomor xx RT 0x RW 0x

Gue menyocokkan alamat yang udah ditulis Adele dengan alamat rumah yang persis di depan gue ini. Rumah sederhana dengan banyak macam tumbuhan di bagian halamannya. Semua tumbuhannya yang terlihat segar dan indah menunjukkan bahwa si pemilik rumah ini benar-benar merawatnya dengan baik. Beda sama rumah gue.  Walaupun ukurannya dua kali lipat lebih besar daripada rumah Agatha, tapi dari bagian depannya kelihatan gersang banget karna sama sekali nggak ada tumbuhannya. Nggak tahu kenapa setelah melihat rumah Agatha, gue jadi ada niat untuk pergi ke toko tanaman. Lucu juga kalau ada beberapa taman di balkon kamar gue.

Ngomong-ngomong...yang merawat semua tumbuhan ini mamanya Agatha kali yak... atau Agatha?

Gue ketuk sekali pintu rumahnya tapi nggak ada yang jawab. Gue ketuk lagi dan akhirnya ada yang buka.

Tapi yang buka kok....anak kecil? Apa gue salah rumah ya? Gaya rambutnya kayak bentuk mangkuk, pipinya tembem banget, cuma pakai singlet dan celana dalam warna hijau. Lucu banget! Gemesin! Dia cuma diam menatap gue sambil memegang erat gagang pintu seakan kayak siap-siap mau langsung menutup pintu kalau gue macam-macam.

Ini beneran rumah Agatha nggak sih? Atau Adele cuma isengin gue aja?

"Andre!! Pakai baju dulu! Malu sama tamu ta-" Agatha yang baru keluar dari kamarnya sambil bawa baju Andre langsung diam kayak patung saat melihat gue berdiri di sini. Seketika perasaan gue lega. Bisa-bisa dikira gue maling kalau beneran sampai salah rumah.

Dia berjalan mendekat ke arah gue dan anak kecil ini. Kedua tangannya dilipat di depan dadanya. Ekspresinya datar banget.

Gue suka lo, Ki

"Lo ngapain ke sini?" Loh? Nadanya kok kayak ngajak ribut? Apa cuma perasaan gue aja?

"Gue ke sini juga karna disuruh. Ada formulir yang wajib lo isi dan besok harus dikumpulin jadi mau nggak mau, lo harus datang besok untuk kasih formulir ini. Nah, Pak Hendra juga minta lo untuk menyalin catatan yang udah dia kasih seminggu ini. Yang menurut lo kurang lengkap ya lengkapin. Berhubung catatan gue lengkap, lo bisa lihat punya gue aja. Di akhir ada soal-soal, lo kerjain deh tuh, tapi jangan nyontek walaupun udah gue jawab semua soalnya"

Dia diam, nggak ada sepatah katapun. Ekspresinya itu lama-kelamaan membuat gue kesal. Sebelumnya dia bersikap manis banget ke gue, kok sekarang malah kayak tai?

"Itu aja"

"Makasih" Jawabnya singkat. Nih anak emang ngajak ribut.

"Tapi kalau emang ada soal yang menurut lo benar-benar susah, boleh lihat punya gue sedikit. Sedikit aja loh ya"

"Ya"

"Lo kenapa nggak masuk lagi akhir-akhir ini? Gue lihat lo baik-baik a-"

"Kalau nggak ada yang mau lo omongin lagi, mending lo pulang."

Apaan sih nih orang? Sakit jiwa ya? Waktu itu dia nggak kayak gini, sekarang gue udah kayak musuh di mata dia. Apa sikap dia sebelumnya dan ucapan dia waktu itu cuma bohongan aja? Cuma untuk ngerjain gue aja? Cuma untuk mainin perasaan gue aja? Apa cuma gue aja yang terlalu bego mikirin ucapan dia bahkan sampai nggak bisa tidur beberapa hari ini?

"Gue suka lo, Ki"

Tai kucing

Gue memberikan tatapan tajam ke dia sebelum melangkah pergi dari situ. Gue langsung muak lihat wajah dia. Dasar cewe aneh! Gue nggak mau lagi percaya sama ucapan dia. 

Kurang dari lima langkah, tiba-tiba gue merasa ada yang menarik ujung baju gue dari belakang. Saat gue balik badan, Andre menatap gue pakai mata memelas.

"Kakak mau pulang, Andre"

Tapi dia sama sekali nggak mau melepas baju gue. 

"Kenapa? Hmm?"

"Kakak nggak mau main bareng Andre dulu?" Pertanyaan Andre membuat gue reflek melirik Agatha yang masih berdiri di posisi yang sama.

Kita saling berkontak mata sebelum Agatha mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Kakak sih mau aja main sama Andre tapi...kakaknya Andre yang berdiri di belakang tuh nggak mau kakak lama-lama di sini" 

Andre menggembungkan kedua pipinya, kedua tangannya dilipat di depan dadanya. Gemas banget astagaaa. Kalau adik gue sendiri nih, udah gue cubit pipinya sampai melar.

"Kakak janji deh...kapan-kapan kakak ke sini lagi untuk main sama Andre. Pokoknya sama Andre aja" Gue tekan kata-kata gue untuk menyindir si cewe aneh itu.

Lain kali gue datang ke sini untuk adiknya aja, bukan untuk dia.

Sebelum gue benar-benar pergi, gue menatap Agatha sekali lagi, "Lo harus masuk besok, jangan kosongin absen lebih banyak lagi"

Gue bingung, kenapa gue masih perhatian sama tuh orang sih?

TBC

You Make Me Melt (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang