??

6K 531 9
                                    

Note :
Terdapat unsur kekerasan dan percobaan pemerkosaan untuk part ini.

"Maaf" Ucap salah satu dari kelima murid. Keempatnya hanya diam menundukkan kepala mereka, tidak berani menatap ketua geng mereka.

"Yang masuk ke gudang waktu itu bukan Agatha aja. Punya otak nggak sih? Gimana kalau sampai ketahuan?" 

Murid perempuan bernama Tiara itu tidak berani berbicara lagi dan lebih memilih untuk ikut menundukkan kepala seperti keempat temannya.

Flashback sebelum kejadian Agatha dan Ekki di gudang.

Semua murid pergi ke lapangan untuk pelajaran olahraga, kecuali Agatha yang belum mengganti seragamnya. Memang sudah aturannya dia harus mengganti seragamnya setelah semua murid perempuan selesai mengganti seragam mereka. Ekki belum tahu tentang 'aturan' ini dan sayangnya dia tidak sadar Agatha tidak ada di antara mereka saat sedang mengganti seragam di toilet. 

Selesai mengganti seragam olahraganya, Agatha hendak kembali ke kelas untuk menaruh seragamnya ke dalam tasnya. Baru satu langkah keluar dari toilet, tiba-tiba dia dicegat oleh Tiara dan keempat temannya. Mereka berjalan maju, membuat Agatha berjalan mundur masuk kembali ke dalam toilet.

"Hari ini kayaknya lo nggak usah olahraga dulu deh. Mending senang-senang dulu sama kita" Bio merangkul leher Agatha dan memainkan helaian rambutnya.

Matthew juga mulai mendekati Agatha, tangannya menyentuh pundak Agatha dan bergerak turun sampai akhirnya mencengkeram pantatnya,  "Bukannya lo lebih senang yang kayak gini-gini?"

"Tolong lepasin tangan lo semua"

"Mampus ditolak sama pelacur" Ledekan Tiara membuat kedua teman lainnya tertawa.

"Jadi pelacur aja nggak usah banyak gaya!" Matthew menampar keras pipi Agatha.

"Curang banget si Matthew udah curi start duluan aja"

Tidak sampai di situ, Matthew menarik kerah baju Agatha dan melayangkan satu pukulan keras ke kepalanya.

"Padahal gue udah ngomong baik-baik sama lo! Mau gue habisin lo?!" Teriakan Matthew membuat Agatha semakin takut.

"Lo berdua, bantuin gue." ucap Matthew ke kedua teman laki-laki nya yang lain. 

Justin dan Bio mendekati Agatha. Justin duduk di sampingnya dan memegang kuat-kuat tangan kanannya, sedangkan Bio memegang tangan kirinya. Matthew duduk di atas perut Agatha, menindihnya agar Agatha semakin tidak bisa bergerak. 

"Ka..kalian mau ngapain?"

"Ngilangin masa depan lo"

"Lepasin gue!! Tolong!!" Teriak Agatha, tubuhnya berusaha meronta-ronta melepaskan diri. 

"Diam tolol!!" Matthew menjambak rambutnya kuat.

Efek dari pukulan Matthew membuat Agatha semakin lama semakin lemas. Tenggorokannya sakit untuk berteriak dan tubuhnya sakit karna tubuh Matthew yang menindihnya dan kedua tangannya yang dipegang kuat oleh kedua orang lainnya.

Mendapat kesempatan bagus, Matthew dengan mudah menarik baju olahraga Agatha sampai di atas dadanya sehingga dalaman Agatha bisa dilihat oleh kelima murid itu. Kedua mata Matthew membulat sempurna, tidak percaya dirinya bisa melakukan hal yang seperti ini.

"Lo beneran mau sikat dia sekarang?" Tanya Justin meyakinkan.

"Ya iyalah! Ini kan yang disuruh dia juga! Nanti Tiara jangan lupa fotoin terus sebar" Pintah Ayu.

"Tarik celananya juga" Sambung Tiara.

"Se..sekarang?"

"Telanjangin aja sekarang, biar cepat selesai tugas kita"

Matthew menelan kasar salivanya. Tadi dia sangat percaya diri bisa melakukannya, tapi sekarang ada perasaan takut di dalam hatinya. Memukul Agatha memang sudah biasa untuknya, tapi untuk menelanjanginya benar-benar tugas baru untuk dia.

"Ja..jangan" Agatha berusaha sekuat tenaga untuk bicara.

"Gimana kalau rencana kita ini ketahuan?"

"Nggak bakal!"

"Lo semua mungkin nggak ketahuan, tapi gue? Gue bakal ikut kerekam di dalam videonya karna gue yang bakal nelanjangin dia!"

"Urusan gampang itu"

"Gue nggak-"

"Cepetan sekarang! Gue nggak mau ya, kita semua dapat hukuman gara-gara lo aja"

Ucapan Tiara membuat Matthew kembali melanjutkan rencana mereka. Matthew bersiap-siap untuk menarik celana dalam Agatha, tapi belum sempat ditariknya, terdengar suara beberapa orang yang sepertinya sedang berjalan ke arah toilet di mana mereka berada. Takut mereka tertangkap basah, ketiga laki-laki, termasuk Matthew, berlari kabur dari toilet.

Tiara dan Ayu menggeleng-gelengkan kepalanya karna sikap ketiga temannya itu dan berjalan santai mendekati Agatha yang menangis dan masih dengan posisi yang sama, tidak mempedulikan seragamnya yang masih berantakan. 

Tiara menjambak rambut Agatha dan mendekatkan mulutnya ke telinga Agatha "Awas kalau lo laporin ini ke guru atau siapapun, bisa-bisa lo beneran hilang."

"Dan satu lagi, gue udah pernah bilang ke lo kalau lo tuh nggak pantas temenan sama Ekki kan? Lo masih yakin Ekki mau temanan sama orang kayak lo? Dia udah tahu kebusukan lo dan dia udah jijik banget sama lo"

Selesai berbicara, Tiara melepas jambakannya dan berjalan pergi disusul Ayu. 

Tangisan Agatha semakin keras. Entah kenapa ucapan Tiara justru lebih menyakitinya dibandingkan luka-luka baru di wajah dan kepalanya itu.

***

Mereka berlima asyik mencandai satu sama lain, saling tertawa seakan mereka lupa mereka baru saja menyakiti seseorang. Tidak ada rasa bersalah sedikitpun di wajah mereka. 

Telepon Tiara berdering. Melihat siapa yang menelponnya membuat kelima wajah mereka langsung berubah menjadi serius. 

"Halo?"

("Gimana? Berhasil dapat fotonya?")

Tiara menatap teman-temannya satu-persatu sebelum menjawab pertanyaannya, "Maaf, kita nggak dapat, semua cowonya nggak becus"

Ayu mendengar helaan napas di seberang sana ("Lo pantau dia dan kerjain dia kalau ada kesempatan") Sebelum Tiara menjawab, si penelpon langsung memutuskan telepon.

Belum lama setelah itu, dia melihat Agatha yang berjalan cepat-cepat melewati kelas mereka. Wajahnya terlihat khawatir. Tidak mau melewati kesempatan, Tiara mengikutinya diam-diam dari belakang tanpa menghiraukan panggilan keempat temannya. Sambil terus berjalan di belakang Agatha yang entah ke mana tujuannya, Tiara terus memikirkan apa yang bisa dia lakukan untuk mengerjainya. 

Ternyata Agatha pergi ke gudang. 

"Ngapain dia ke sana?"

Tiara tahu lampu gudang selalu mati sendiri dan dia tahu rencana apa yang bisa dia lakukan untuk mengerjai perempuan itu. Secara perlahan dia mendekati pintu gudang di mana Agatha--dan Ekki berada di dalamnya dan langsung mengunci pintunya. Takut ada yang tahu, dia langsung berlari pergi meninggalkan gudang dengan harapan si ketua akan memujinya untuk apa yang sudah dia lakukan.

Flashback Off

TBC

You Make Me Melt (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang