Aku Kamu

5.6K 514 16
                                    

Ekki's POV

"Ini beneran nggak apa-apa?" Tanya Agatha ragu

"Tenang aja"

"Gue cuma bercanda mau ketemu orang tua lo. Nggak perlu lo seriusin kayak gini, Ki"

"Lo takut ketemu mereka?"

Agatha diam. Berarti dia emang takut.

"Semua pasti baik-baik aja. Percaya sama gue"

Jujur, sebenarnya gue juga nervous. Ini pertama kalinya gue mengajak seseorang main ke rumah gue. Awalnya emang Agatha cuma bercanda mau ketemu keluarga gue, tapi gue rasa itu ide yang bagus juga. Entah kenapa gue pingin Agatha tahu keluarga gue dan gue juga pingin keluarga gue tahu Agatha.

Tentu aja, gue harus sembunyiin hubungan gue dan Agatha dari keluarga gue. Mereka belum boleh tahu. Gue beneran nggak bisa bayangin kayak gimana reaksi orang tua gue kalau mereka tahu gue dan Agatha pacaran.

Gue tarik napas dalam-dalam sebelum memencet bel pintu rumah. Dari tadi gue berusaha menenangkan Agatha, tapi gue nggak bisa bohong kalau gue sendiri juga takut setengah mati. Gimana kalau mereka langsung nggak suka Agatha? Gimana kalau mereka nggak terima gue punya teman yang nggak sama seperti kalangan mereka?

"Eh? Siapa nih?" Tanya Bang Ray saat membukakan pintu untuk kita. Matanya langsung tertuju pada Agatha.

"Teman gue, bang. Namanya Agatha"

"Kenalin, gue Ray, abang Ekki yang paling ganteng" Bang Ray mengulurkan tangannya.

"Abang gue kan emang cuma lo doang bang"

"Ayo masuk neng geulis, jangan malu-malu kayak kucing tetangga"

"Ini abang kamu beneran?" Bisikan Agatha membuat gue ketawa.

"Gue berharap sih bukan"

Bang Ray, gue, dan Agatha jalan ke ruang tamu di mana mama papa dan Kak Sylvia sedang duduk semua di situ. Mereka diam menatap Agatha, menunggu gue untuk memperkenalkan gadis di sebelah gue ini.

"Teman sekolah saya. Namanya Agatha"

Belum ada reaksi. Gue takut mereka beneran nggak suka Agatha. Gue cuma nggak mau Agatha kecewa.

Gue baru aja mau ajak keluar tapi tiba-tiba papa ketawa. Wajah mereka udah nggak setegang tadi.

"Ooh..teman sekolah Ekki ternyata. Ayo duduk sini duduk"

Sesuai pintah papa, gue duduk berseberangan dengan mereka dan Agatha duduk di samping gue.

"Marcel kok nggak diajak sekalian?" Tanya Kak Sylvia.

"Untuk apa coba?" Tanya gue ketus.

"Sylvia baru aja cerita tentang Marcel. Dari ceritanya, Marcel sepertinya laki-laki yang baik. Ada baiknya kamu dan dia dekat. Sering-sering ajak ke sini aja"

Gue melirik Agatha yang cuma senyum aja. Gue tahu, di balik ekspresi tenangnya itu, pasti perasaannya nggak enak mendengarkan ucapan papa.

"Saya bawa teman saya yang lain. Agatha, bukan Marcel. Jadi, kita bisa bicarain hal tentang Agatha aja kan?" Ucap gue yang masih berusaha sabar. Gue nggak mau ada kejadian nggak enak antara gue dan mereka di depan Agatha.

Papa yang mulai sadar dengan sikap gue, langsung mengalihkan tatapannya pada Agatha.

"Nama kamu Agatha kan? Jadi, gimana kamu di sekolah? Pintar? Terakhir ranking berapa?"

"Pa.."

"Uhm..sa--saya dibilang pintar banget sih nggak..di--dibilang bodoh banget juga nggak, om"

"Aktif di sekolah?"

"Ng--nggak, om.." Jawab Agatha ragu.

Orang tue gue saling tatap-tatapan. Perasaan gue semakin nggak enak. Pertanyaan papa aneh semua.

Gue tatap Bang Ray yang udah menatap gue duluan. Gue kasih tatapan minta tolong untuk berhentiin mereka sebelum pertanyaan mereka selanjutnya beneran menyakiti Agatha.

"Sekolah kalian kan sekolah yang sangat bagus. Banyak orang tua murid yang saya kenal di sana. Kebanyakan para donatur. Kalau boleh saya tahu, orang tua kamu dari perusahaan mana?"

"Sa--saya.."

"Bisa nggak sih pertanyaannya nggak kayak gitu?!" Gue udah nggak bisa tahan lebih lama lagi.

Gue nggak suka pertanyaan mereka yang secara nggak langsung memojokkan Agatha. Walaupun mereka beneran nggak tahu latar belakang Agatha, tapi tetap aja mereka nggak pantas untuk tanya kayak gitu. Gue emang pingin mereka kenal Agatha, tapi kalau begini caranya, mending gue nggak pernah mengenalkan Agatha ke mereka.

"Ki, sabar" Ucap Bang Ray yang berusaha menenangkan gue.

You Make Me Melt (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang