18

5.7K 378 11
                                    

Renald POV

Akhirnya kebagian POV, hehe. Kalian udah kenal aku kan? Jadi gak usah basa-basi lagi ya.

Hari ini aku mau nemuin Reon dikelasnya, dia dari kelas 11 IPS 5, kelas paling akhir dari kelas 11 IPS, sedangkan aku dari kelas 11 IPA 1. Masalah Rain kemarin buat aku jadi kepikiran, aku gak bakal tahu kalo Reon bisa melibatkan Rain karena dendamnya. Karena sebagai Ketua Osis merasa tak pantas membiarkan Reon dan temannya melakukan kegiatan negatif di waktu pelajaran apalagi di dalam sekolah.

Sesampainya aku di depan kelas 11 IPS 5, hal pertama yang aku dengar yaitu..

Berisik.

Aku gak tahu kenapa setiap siswa yang baik dan nakal harus dipisahkan, kalo semuanya berisik, pecicilan, dan berandalan seperti ini yang ada semua anak yang dikelas ini enggan mendengar penjelasan guru.

Aku mengedarkan penglihatanku disetiap anak dikelas ini, aku mencari Reon. Dan yaps, dia bersama teman-temannya sedang berkumpul bermain, kartu?

Aku masuk dan mendekati Reon yang ada disudut paling belakang bagian kanan, seketika kelas hening saat aku masuk kelas. Tetapi tidak dengan Reon dan teman-temannya.

"Maaf menganggu kalian. Tapi sangat tidak baik bermain kartu didalam sekolah" ucapku mengawali pembicaraan.

Reon dan teman-temannya pun berhenti dan melirik aku.

"Wah.. wah.. kayaknya ada 'Pangeran sekolah' nih" ucap Reon mengejek.

"Maaf Reon, aku mau bicara empat mata sama kamu" ucapku to the point.

"Gue? Hahaha. Sejak kapan kita ada urusan serius sampe harus ngomong empat mata sama lo?"

"Sekarang atau aku bakal tunjuk video kemarin ke Kepala Sekolah?" ancamku. Reon dan teman-temannya yang kemarin ikut kemarin itu pun menatap gue marah.

"Wah.. wah nyari masalah nih orang"

"Abisin aja nih 'Pangeran sekolah' Hah!"

"Anjir, berani banget dia"

Semua teman Reon berdiri bersiap-siap ingin menyerangku.

"Stop! Gue bakal urus nih 'Pangeran', kalian tunggu aja" Reon menatap aku tajam "Cepet keluar!"

Aku dan Reon pun keluar kelas. Reon berjalan cepat menuju taman belakang sekolah. Disini memang sepi dan gak ada siswa satupun.

"Oke Ketua Osis, lo mau ngomong apa?" tanya Reon datar.

"Aku mau kamu minta maaf secara langsung ke Rain. Karena kamu sudah mukul wajah dia. Kalo kamu memang dendam sama aku, kamu dan temanmu itu bisa temuin aku, tanpa melibatkan Rain. Dia gak ada masalah"

"Gak ada? Hahaha. Lo nyuruh gue minta maaf? Bukannya lo 'homo' yang pernah nembak Rain? Yang pasti dia itu juga homo. Udah jelas dari tampangnya. Najis"

"Ya, kamu bener. Aku homo dan aku memang suka sama Rain. Tapi bukan berarti kamu harus ngelibatin Rain. Ini murni kesalahan kamu karena melakukan kesalahan di dalam sekolah" ucapku berusaha tenang. Yah, semenjak kejadian aku nembak Rain hampir seluruh siswa tahu.

"Apa hak lo ngurusin gue hah?" tanya Reon emosi.

"Karena ulah kamu memang harus diketahui Pihak Sekolah"

"Lo ngancem?!" gertak Reon sambil narik kerah bajuku. Aku tetep berusaha sabar dan tenang.

"Gak, cuma ngasih peringatan aja. Minta maaf atau video ini bakal aku tunjuk ke Kepala Sekolah?" aku mencoba bernegoisasi.

"Hahaha? Lo nyuruh gue minta maaf? Mimpi!" Reon mencoba ngedorongku, disaat akan jatuh aku pun meraih tangan Reon agar tubuhku bisa kembali berdiri dan tidak jatuh.

Tapi..

Kami sama-sama jatuh dengan posisi aku dibagian bawah dan Reon ada diatas aku. Astaga, yang bikin aku shock ternyata Reon nyium pipiku. Oh Gosh, ini murni kecelakaan!

Aku mencoba mendorong tubuh Reon yang ada diatas. Saat aku aku berdiri, Reon bengong kayak orang bodoh dengan posisi tertidur di rumput. Sebenarnya aku juga gak nyangka bisa kejadian seperti ini. Semoga gak ada orang yang melihat.

Aku masih shock dan... malu, dan aku mencoba menendang pelan pahanya agar dia berdiri.

"Reon.. Reon.." panggilku. Disaat itulah dia sadar dan langsung berdiri. Reon natap gue seakan-akan gak percaya.

"T-tadi barusan apa?" tanyanya kikuk. Perasaan nih orang sangar deh. kenapa tiba-tiba jadi aneh gini.

"Masa kamu gak sadar?" tanya gue heran.

"Apa gue barusan jatuh, dan... nyium lo?" tanyanya pelan. Aku nunduk manggut-manggut ngeiyain. Astaga, kenapa aku malu begini. Anjir- anjir.

"YA AMPUN! MANA MUNGKIN!" teriak Reon dengan muka.. merah? Apa dia malu?

"Hoi! Biasa aja, ini juga kecelakaan. Kalo kamu gak dorong aku gak bakal kejadian kayak gini" jawab gue kesal.

"BIASA AJA?! Fuck you! Lo homo, lo keenakan gue cium. Gue jijik tau!"

"OI! Kamu kira aku seneng dicium sama kamu? sehomo-homo aku masih bisa milih mana yang bagusan. Bukan sangar kayak kamu!" ucapku gak terima. Ya kali homo mau aja dicium cowok, kayak Reon. Amit-amit kali.

"Gue harus cepet lari dari tempat ini. Gue ngeri sama lo!" Reon pergi ninggalin aku sendiri.

"OII! REON! Masalah kita belum kelar!" teriakku, tapi tak digubris oleh Reon yang lagi lari menuju kelasnya.

"Heh! Awas kamu ya! Bakal aku kasih video ini ke Kepala Sekolah!"

.

.

.

"Apa? Reon buat ulah lagi?" tanya Bu Dinda, Kepala Sekolah. Bu Dinda lagi menonton video kejadian Rain kemarin.

"Iya Bu. Tadi saya coba bicara empat mata dengan Reon agar mau minta maaf ke Rain. Tapi..." ucapku terputus karena teringat kejadian tak disengaja tadi. Heh, ya kali aku ceritain kejadian Reon nyium aku barusan. Eh kecelakaan tadi maksudnya.

"Tapi apa Ren?" tanya Bu Dinda.

"T-tapi, Reon gak mau dan langsung masuk ke kelasnya"

"Baiklah, makasih infonya Ren. Kamu tunggu disini, biar Ibu ke kelasnya langsung" Bu Dinda berdiri dan pergi dari ruangannya. Astaga, bakal terjadi sesuatu deh.

Beberapa saat kemudian Bu Dinda datang bersama Reon. Saat mata kami bertemu, Reon natap gue dengan sinis dan benci. Hah, rasain kamu!

"Oke Reon, apa benar kamu sudah mukul Rain di toilet?" tanya Bu Dinda tajem.

Reon masih menatap aku dari samping dan gak menjawab pertanyaan Bu Dinda.

"REON!" teriak Bu Dinda, sontak Reon kaget dan membenarkan poisisi duduknya menghadap Bu Dinda. Aku juga kaget loh.

"I-iya Bu?"

"Apa benar kamu sudah mukul Rain di toilet? Jawab!"

"I-iya Bu, benar" ucap Reon nunduk.

"Kamu sudah melanggar peraturan! Merokok di daerah sekolah, dan kenapa harus Rain kamu pukul. Kamu harus dikasih hukuman!" ucap Bu Dinda marah dan tajem.

"Selama 3 Minggu ini, kamu harus bersihin lapangan depan! Jangan membantah dan mulai hari ini kamu harus kerjakan!"

"T-tapi Bu, kenapa harus 3 Minggu?" tanya Reon gak terima.

"Jangan membantah atau orang tuamu kesini. Jangan lupa kamu harus minta maaf ke Rain" ucap Bu Dinda tajam.

"Kamu, Renald. Ibu minta tolong awasi Reon selama 3 Minggu ini, dan Ibu mau kamu videoin saat Reon minta maaf ke Rain secara langsung. Mengerti?" Hah?! Kenapa harus aku? Selama 3 Minggu aku harus ngawasi Reon. Ya ampuun, kenapa harus aku yang kena.

"B-baik Bu" dan aku hanya bisa menurut perintahnya.

Hah, selama 3 Minggu ini aku harus mengawasi Reon. Ini cobaan.

TBC...

Hai-hai, ini POV pertama Renald loh. dan disini bakal ada cinta baru:):). Enjoy yach!

Je t'aime, Rain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang