38

4.5K 299 7
                                    

Renald POV

Hari ini, hari terakhir aku mengawasi Reon. Setelah Reon mengungkapkan perasaanya ke aku, aku berusaha cuek dan gak mau bicara sama dia. dan Reon juga gak ada niatan mau ngomong sedikitpun ke aku.

Aku duduk ditempat biasa, dipinggir lapangan. Aku membaca novel yang selalu aku bawa kemana-mana. Aku tidak memperdulikan keadaan sekitar termasuk Reon, aku hanya menunggu waktu untuk pulang.

Jam menunjukkan angka 16:55 dan tandanya untuk pulang. Aku memasuki novel di dalam tasku dan bangkit untuk pulang. Aku bisa melihat Reon sedang meletakkan sapu dan peralatan lainnya di tempatnya semula.

Aku mengedikkan bahu tanda gak peduli dan melenggang keluar menuju parkiran. Sesampainya di koridor, seseorang memanggil namaku. Siapa lagi kalo bukan Reon.

"Ren, tunggu" Aku berhenti tanpa menengok dia.

Reon disamping aku dan dia hanya menatap aku dalam diam. Aduh kenapa sih, tadi manggil tapi sekarang diam.

"Ada apa?" tanyaku.

"Gue mau ngomong sama lo"

"Tentang?"

"Tentang, ucapan gue kemaren"

"Gak ada yang perlu diomongin. Aku capek mau pulang" aku keluar koridor tanpa mendengar sahutan Reon yang semakin meninggi.

Malesnya dekat Reon itu pasti dia susah ngendaliin sifat tempramentalnya. Tadi aja barusan ada suara barang yang dijatuhin, aku gak tahu itu apa dan yang pasti itu ulah Reon. Iyalah, masa setan.

Aku menyusuri jalanan yang lumayan banyak kendaraan tapi gak macet. Besok dan seterusnya aku bakalan free tanpa harus mengawasi hukuman Reon lagi. Dan aku gak mau ngadu ke Kepala Sekolah kalo ujung-ujungnya bakalan aku yang terlibat.

Sesampainya dirumah, aku menuju kamarku dan meletakan tas dan jaket di kursi meja belajar. Aku mau mandi, rasanya sungguh gerah.

Gak sampai 20 menit akupun sudah melaksanakan kegiatan mandiku. Hari ini Bunda lagi kumpul sama teman-teman arisannya dan Ayah pasti pulang malem. Menyisakan Bibi yang sedang memasak didapur.

Jam 18:35, aku gak tahu mau ngapain. Biasanya kalo bosen aku mencoba menelpon Rain. Tapi untuk sekarang rasanya gak mungkin, karena Rain udah punya orang. Ah... mengingat tentang Rain dan Adam buat aku jadi galau. Kapan aku bisa taken ya?

Nelpon Alex, ah gak deh. Sedeket-deketnya kami berdua gak pernah tuh main telpon-telponan.

Kalo Cheery, aku gak enak. Terus juga gak deket dan gak ada nomornya. Hehe.

Asyik dengan duniaku sendiri tiba-tiba pintu kamarku diketuk dari luar, pasti Bibi.

Aku membuka pintu kamar dan benar saja, ternyata Bibi.

"Ada apa Bi?"

"Ada temen aden dibawah, barusan Bibi suruh masuk. Katanya temen sekolah" ucap Bibi.

Temen? Siapa ya? Yang tahu rumahku ya Alex, tapi gak mungkin dia. dia pasti lebih milih kerumah pacarnya atau selingkuhannya.

Rain, gak mungkin juga. Kan sekarang udah ada Adam.

Atau, Reon? Karena hanya orang bertiga itu yang tahu dimana rumah aku. Tapi masa iya sih Reon?

"Ya udah Bi aku turun dulu. Makasih ya Bi" aku pun turun kebawah mastiin siapa gerangan yang sedang datang bermain kerumahku. Eh rumah Ayah Bunda maksudnya.

Dan yaps, disana, di ruang tamu. Seorang yang sedang menunduk bermain dengan hp nya dengan wajah datarnya. Siapa lagi kalo bukan Reon. Ngapain nih orang kesini.

Je t'aime, Rain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang