Rain POV
Beberapa saat kemudian Daffa dateng dengan sedihnya, buru-buru gue berdiri dan nyamperin Daffa.
"Ayo Daffa kita langsung aja" aku menarik tangan Daffa dan melangkah pergi dari tempat itu.
"Kak, Daffa mohon jangan kaget ya nanti." pinta Daffa membuat gue berhenti dan natap Daffa.
"Kaget kenapa?"
"Pokoknya jangan kaget" ujar Daffa dengan mata memerah. Gue hanya mengangguk lemah dan mengikuti Daffa dari samping.
Daffa menuju sebuah sebuah cafe yang tidak jauh dari halte tadi, gue jadi bingung. Bukannya kita harus kerumah sakit? Tapi kenapa Daffa ngajak gue kesini sih?
"Daffa, kenapa kita ke cafe? Kamu gak ngigau kan?" tanya gue heran, ya iyalah siapa yang gak heran. Ya kali rumah sakit sekarang sudah didisain tempatnya menjadi tempat nongkrong. Oke, gak masuk akal.
"Kakak ikut Daffa aja" kami masuk kedalam cafe tersebut.
Tempat cafe ini memanjang, tempatnya terlihat seperti cafe-cafe romantis dan sangat cocok untuk anak remaja atau orang-orang yang lagi jatuh cinta. Karena nuansa tempat ini sangat cerag dengan warna pink, putih, dan biru langit.
Oke, kenapa gue harus jelasin detail tempat cafe ini? Harusnya gue memastikan keadaan Adam sekarang.
"Daffa, jangan main-main sama Kakak! Dimana Adam? Ayo Daff, kamu kasih tau tempatnya" gue memegang tangan Daffa yang hendak membuka pintu cafe yang gue pikir itu tempat khusus yang sudah dibooking.
"K-Kak Adam ada di.." Daffa membuka pintu dan..
Deg!
Gue kaget sekaget-kagetnya. Apa yang sekarang gue lihat? Ya, diruangan ini ada Adam yang tengah berdiri dengan kemeja biru langitnya, serta membawa sebuah bucket bunga senada dengan warna bajunya. Adam ganteng banget!
Tempat ini juga didisain untuk gue, di bagian meja terdapat foto kebersamaan gue dan Adam, kue berwarna coklat, serta kata ucapan 'Happy graduation & Happy Aniversarry'. Astaga, hari ini adalah anniversarry gue bersama Adam. Jadi, semua ini sudah direncanakan.
"Halo sayang. Selamat hari kelulusan, dan selamat hari jadi kita. Aku cinta dan sayang kamu" ujar Adam mendekati gue dan memberi bucket bunga itu ke gue.
Gue yang terharu sampe mewek dan ngambil bunga itu, sejurus kemudian gue langsung meluk Adam tiba-tiba. Adam kaget karena gue meluknya dadakan, tetapi dia bisa nahan dirinya biar gak jatuh dan Adam pun membalas pelukan gue.
"Hiks, jadi semua ini sudah direncanain? Kenapa kamu ngasih alesan yang aneh-aneh kayak tadi hah?! Kamu tahu aku sedih sampe pesen ojek pun ngebut-ngebutan" gue mengusap air mata gue yang mengalir dan mengeluarkan semua uneg-uneg gue.
Adam cuma tersenyum, senyumnya itu membuat dia lebih ganteng 999%. Karena manusia tidak ada yang sempurna.
"Maaf ya sayang. Aku sengaja buat rencana kayak gitu, biar jadi suprise. Tapi diliat dari raut wajah kamu, kayaknya kamu sayang banget deh sama aku sampe mewek gitu." gue memukul dada Adam dan dia hanya terkekeh.
Gue lupa, gue melepas pelukan Adam dan mencari Daffa disekitar ruangan. Kemana anak itu?
"Mereka yang bantu aku lagi diluar lewat pintu samping" jawab Adam seakan-akan tahu apa yang gue pikirin.
"Selain Daffa, siapa lagi yang bantu?" tanya gue. Gak mungkin banget kalo Adam yang buat ginian semua.
"Temen-temen aku, Cheery juga bantu. Juga Daffa udah bantu bohong tadi."
Cheery? Bukannya dia bilang mau pergi bareng sepupunya? Kok dia ikut bantu?
"Cheery? Dia disini?"
"Iya, nanti aja penasarannya ya. Sekarang yuk kita senang-senang berdua" Adam menarik tanganku menuju meja yang ada didekat kami. Ya, rasa penasaran gue nanti saja. Gue mau menikmati usaha Adam yang sudah sudah payah membuat ini semua. Aduh makim cinta deh.
.
Adam POV
Akhirnya rencana gue berhasil. Gak tega juga sih lihat wajah unyu Rain nangis gitu, gimana nggak nangis orang Daffa ngasih kabar ke Rain kalo gue sakit parah. Tapi gue akhirnya puas karena kejutan yang gue buat sukses.
Gue bener-bener berterima kasih pada adik gue tersayang yang udah bisa akting dan ngejemput Rain, untuk teman gue Arif, Edo, dan Alvin yang ikut serta dalam mendekor ruangan cafe ini, juga Cheery yang membawa kue buatannya. Gue gak nyangka kalo dia bakal bantu hari jadi gue dan Rain.
Oh ya, untuk masalah temen-temen gue mereka gak masalah soal gue yang pacaran sama Rain. Kaget? Itu pasti, mengingat gue yang awalnya lurus tiba-tiba belok karena kepincut Kakak kelas imut-imut itu.
Gue mengambil handphone gue dan memberi pesan lewat Line kepada temen gue supaya masuk untuk gabung. Setelah itu gue ngajak Rain mendekat meja dan melihat kue yang bisa dibilang kue ultah, tetapi tertulis nama kami berdua yaitu 'H-A for Adam and Rain'.
"Mau potong?" tanya gue ke Rain, dia menangguk dengan semangat. Gue tahu pasti dia suka.
Gue memotong kue itu dan meletakannya dipiring. Gue suapin Rain biar kesannya romantis. Udah kelar suapin tapi Rain makannya belepotan. Ada sisa cream kue dibagian sudut bibirnya. Langsung aja gue lap, pas menyentuh bibirnya, gue terdiam menatap bibir merah alami tiu. Gue mau rasain bibir itu.
"Adam?" tegur Rain, seketika gue pun sadar.
"Sayang, boleh?" tanya gue.
Rain kayak gak ngeh apa yang gue omongin, gue tunjuk aja bibirnya. Seketika wajahnya memerah karena malu. Aduh, manis banget pacar gue.
Gue deketin wajah gue dan saat itu juga bibir gue bertemu dengan bibirnya. Manis, karena Rain habis makan kue tersebut. Gue memanggut bibir Rain dengan lembut namun menuntut, sesekali suara lenguhan Rain terdengat dan juga Rain membalas ciuman gue. Saat mulut terbuka, saat itu juga gue memasuki lidah gue kedalam mulutnya bermain-main dengan lidahnya."Ehem, jadi ini alasan lo ngajak kami masuk? Cuma nonton kalian ciuman secara live?" sontak gue kaget dan melepas ciuman kami. Gue melihat wajah Rain memerah karena malu dan kehabisan nafas.
Gue melihat Arif, Edo, dan Alvin tengah menyaksikan ciuman kami. Dibelakang mereka ada Cheery dan Daffa tengah menutup matanya.
"Kak Arif, udah belum?" tanya Daffa.
"Sudah"
Gue cuma nyengir gak jelas dan membawa Rain dalam bekapan gue. Rain langsung menutup wajahnya dibalik dada gue tanda dia malu.
"Gila lo ciuman gak inget tempat, adek lo yang suci harus ngelihatin sifat mesum lo" ujar Arif dan kami pun duduk bersama.
"Gue gak kuat" cengir gue. "Ya udah kalian makan gih. Gue yang traktir"
Mereka pun memesan makanan yang mereka inginkan, tetapi Cheery berdiir dan menyuruh gue dan Rain berfoto.
"Aduh Adam! Aku kan pake baju jelek gini." Rain kesal dan bersedekap dada sambil menatap gue galak.
Sejelek apapun baju yang dipakai Rain, bakalan tetep imut kok. Saat ini Rain cuma pake kaos oblong warna putih dan celana training berwarna abu-abu muda. Untung si Rain pake celana panjang, biasanya kan dia selalu pake celan superr mini kayak kurang bahan juga kayak menggoda iman gue (oke, lupakan.)
"Kamu tetep manis kok" gue ngedipin mata ke Rain, dia terlihat kesal tetapi tetap menurut untuk difoto.
Akhirnya pacar gue udah dewasa aja, dan pasti selama di sekolah gue bakal jarang ketemu dia lagi karena Rain udah lulus. Tapi, gue selalu cinta sama dia kok. Gak bakal gue biarin dia diambil orang lain, Rain hanya milik gue. Titit.
Eh, titik!!
TBC...
HAI HAI! Maafkan aku yang jarang update ya. Entah mengapa akhir-akhir ini aku males banget ngetik, karena banyak tugas kali yaa..
Semoga suka di chapter 40 ini. Yeay! Udah banyak aja chapternya, aku gak nyangka:'). Maafkan juga kalo ceritanya makin hari makin ga nyambung. Dont forget vommentnya ya temanku sayang, jgn bosen mampir ke cerita aku. Love you~
![](https://img.wattpad.com/cover/175554230-288-k531356.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Je t'aime, Rain [END]
Teen FictionKisah cintanya Adam dan Rain. Anak SMA yang labil. Senior yang imut manis, Junior yang ganteng gagah. Juga Reon dan Renald, yang satunya nakal dan satunya lagi kalem. Baca aja kalo penasaran! Upload: 28 Jan, 2019 -Kiki