Beberapa bulan kemudian...
Rain POV
Ya ampun, gak terasa gue udah lulusan aja. Setelah menempuh semua pelajaran-pelajaran dan tugas yang buat gue mati setengah mampus. Gimana nggak, bukannya nyuruh semua murid kelas 12 untuk beristirahat ya minimal mengurangi tugas dirumah, eh guru malah seenaknya ngasih tugas dengan embel-embel ancaman nggak bakal lulus. Belum lagi ujian praktek, ujian sekolah, dan ujian nasional yang buat gue mabuk kepayang.
Tapi untungnya gue lulus dengan hasil yang sangat memuaskan, ini semua berkat dukungan orang-orang yang gue sayang. Seperti Ayah dan juga Adam. Uh love-love deh.
Sekarang gue ada di sekolah bareng Cheery. Gue ngelihat anak-anak yang lagi teriak-teriak karena mereka mendapatkan surat kelulusan. Senang plus sedih sih, karena semua siswa kelas 12 lulus 100%, dan sedihnya itu kami bakal pisah. Gak bakal lagi ngulangi masa-masa indah di SMA. Huh gue sedih deh.
"Cheer, lo sedih gak?" tanya gue pada Cheery yang berada disamping gue.
Gak ada jawaban, gue noleh kesamping dan ternyata dia udah mewek sebelum gue ngasih pertanyaan tadi. Haduh..
"Hiks.. Gue sedih banget.. Hiks.. Masa yang indah ya memang masa-masa SMA. Dan sekarang gue bukan anak SMA lagi.. Huaaa.." si Cheery makin nangis. Gue cuma natap datar.
"Cheery, ikutan coret-corer baju yuk" ajak gue.
Si Cheery berhenti dari kegiatan nangisnya dan menjitak kepala gue. Anjir sakit banget loh.
"Ogah! Gue bukan siswa norak yang harus corat-coret baju! Enakan kasih yang lebih membutuhkan" kata Cheery. Wah tumben bijak.
"Weh, tumben-tumbennya lo" ucap gue masih gak percaya.
"Gue pulang aja ah, gue udah tau anak-anak yang ada disini pasti mau coret-coret baju," kata Cheery. "Dan lo gak usah ikut gituan kalo gak mau lihat Adam marah!" ancam Cheery. Cih, dasar pengadu.
"Iya, ogah juga kalo gue sendirian yang ikut ginian. Kuy lah pulang."
.
.
.
Sesampainya dirumah, diruang tengah udah ada Papa yang menunggu kedatangan gue. Gue berlari kecil mendekati Papa dan memeluknya.
"Gimana? Anak Papa yang satu ini lulus kan?" tanya Papa dengan senyum mengembang.
"Iya dong. Ini lihat nilai-nilai Rain. Semuanya memuaskan" gue ngasih amplop berisikan surat hasil kelulusan gue.
Papa melepas pelukannya dan mengambil amplop tersebut, dan meneliti setiap nilai yang ada di surat itu.
"Hebat! Papa bangga sama kamu!" Papa memeluk gue kembali dan mencium pipi gue bertubi-tubi tanpa henti.
"Emmuahh, emmmuahh.. Papa seneng banget"
"Ih udahan dong Pa cium pipinya" ucap gue kesal. Pipi gue rasanya basah karena bibir Papa.
"Papa lagi seneng tau!"
"Ya gak sampe basah kali" ucap gue memutar kedua bola mata.
"Haha iya deh. Kamu mau minta nih? Sebagai hadiah?" tanya Papa. Seketika mata gue berbinar saat Papa bilang gitu.
"Beneran? Apapun itu?" tanya gue tidak percaya.
"Apapun"
"Hmmm..." gue mikir mencari sesuatu yang pas untuk hadiah gue.
"Besok Papa free kan?" tanya gue.
"Iya. Oh, Papa tau maksud kamu.." kata Papa tersenyum.
"Liburan!" ucap gue dan Papa bersamaan. Dan seketika kami tertawa bersama. Ah, gue seneng banget situasi seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Je t'aime, Rain [END]
Teen FictionKisah cintanya Adam dan Rain. Anak SMA yang labil. Senior yang imut manis, Junior yang ganteng gagah. Juga Reon dan Renald, yang satunya nakal dan satunya lagi kalem. Baca aja kalo penasaran! Upload: 28 Jan, 2019 -Kiki