35

4.4K 332 9
                                    

Adam POV

Disinilah gue, bersama Daffa dan Bagas temennya. Saat masuk Daffa mencoba duduk disamping Bagas, dan gue menarik tangan Daffa agar duduk sebelah gue. Gue gak mau melihat Daffa deket-deket sama cowok tengil macem dia.

"To the point aja, lo suka ngomong apa aja ke adek gue?" tanya gue memulai pembicaraan setelah selesai makan.

"Ngomong gimana maksudnya Kak?"

"Lo, lo suka ngomongin adek gue yang macem-macem kan? Adek gue ini polos tapi dia bisa tau hal-hal berbau mesum dan katanya dia tau dari lo" gue melotot ke Bagas, sontak dia shock dan natap Daffa gak percaya.

"Daff, lo ngomong apa aja ke Kakak lo?"

"Gak ada ah, aku cuma ngomong kalo kamu mau sekolah di SMA XY karena cewek-ceweknya yang seksi" jawab Daffa dan kembali melahap Chicken Fried-nya.

"Nah, apa maksud lo cewek seksi itu? Daffa gak pernah ya sebelumnya ngomong gitu. Dan satu lagi, lo ngapain nempel-nempel ke Daffa terus?" tanya gue menuntut. Bagas yang mendapat serangan gue dan Daffa hanya pasrah.

"Kak, Daffa itu imut. Jadi gue suka aja temenan sama dia"

"Selain imut?"

"Itu aja kok, bener" jawab Bagas sambil mengangkat tangannya dengan gaya dua jari.

"Tapi aku benci sama cewek-cewek yang ada disekolah. Mereka ngatain aku ganjen lah, banci lah, homo lah. Kan aku gak gitu" ucap Daffa cemberut. Gue melihat wajah Bagas yang sangat-sangat jelas kalo dia menyukai Daffa dengan tatapan memujanya. Fiks, gue gak bisa biarin.

"Ngapain lo liatin adek gue gitu amat?" tanya gue.

"Dia imut banget, gue suka" jawab Bagas tanpa sadar, wah bagus.

"APA?! Kamu suka sama aku??" tanya Daffa shock. Sontak Bagas sadar dan cuma cengengesan.

"Hehehe, keceplosan" jawabnya nyengir kuda.

"Ihh!! Jauh-jauh dari aku! Aku gak mau disukai orang macem kamu, hushh.. hushh!!" Daffa meluk dan bersembunyi dibalik tubuh gue. Pantes Daffa disukai cowok gini, tingkahnya imut-imut. Persis kayak Rain. Cuma beda sifatnya aja.

"Lo kenapa suka sama adek gue?"

"Mana gue tau Kak, namanya juga suka" jawabnya enteng.

"Gak boleh!" jawab gue.

"Lah kenapa gak boleh Kak? Kan gue suka sama Daffa, ya kan?" Bagas ngedipin mata ke arah Daffa.

"Ihh, aku takut. Kak ayo pulang!" Daffa narik tangan gue buat keluar dari cafe ini.

"Eh tunggu dulu, Kakak mau bayar dulu" gue menuju kasir untuk membayar semua makanan kami.

Setelah bayar gue keluar dan menuju parkiran, tapi dari belakang Bagas ngikutin gue.

"Kak, gue bakal ngejer adek lo! Inget itu" jawabnya natangin gue.

"Yakin? Lo harus hadepan sama gue dulu"

"Oke, siapa takut" jawabnya songong. Wah nyari gara-gara nih bocah.

"Daffa imut, besok kita ketemu ya... See u~" ucap Bagas ganjen ke Daffa.

Bagas menuju motornya dan pulang duluan, dan hanya tersisa kami berdua di parkiran cafe.

"Ihh, dasar aneh. Masa sukanya ke Daffa sih? pokoknya Daffa gak mau. TITIK!" dumel Daffa entah kepada siapa.

"Kamu jangan deketin dia makanya" jawab gue melihat wajah Daffa yang sedang manyun-manyun gak jelas.

"Gimana gak deketin, orang Daffa duduk bareng dia. Itupun disuruh guru"

Je t'aime, Rain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang