25. Muhammad Dzulkarnaen - Uang Sahabat Roti

3 2 1
                                    

Saya ingin membeli sebuah roti terlezat di warung, tetapi uang saya tidak mencukupi karena sudah saya pakai untuk memebayar angkot.
Pada saat itu saya, berkunjung ke sebuah warung di tepi jalan. Di sana sangat banyak makanan dan minuman kemasan, seperti ale - ale, teh gelas, roti pisang, roti cokelat dan makanan camilan lainnya.Saya hanya melihat terlebih dahulu, makanan apa saja yang akan saya beli.Namun pada suatu ketika saya tergiur pada sebuah roti yang kelihatannya sangat lezat, karena roti tersebut memakai cicncangan daging sapi serta bertaburkan keju mozzarella di atasnya. Tanpa basa-basi lagi saya langsung memanggil pemilik warung untuk membeli roti tersebut.Dan pada saat saya meraba seluruh kantung tiba - tiba uang yang saya miliki tidak ada, dan teringat bahwa uang yang saya bayarkan sudah terlebih dahulu saya bayarkan kepada sopir angkot yang sudah saya tumpangi tadi.Di situlah saya merasa kecewa bercampur malu serta kesal kepada diri saya sendiri, mengapa tidak saya periksa terlebih dahulu uang yang saya miliki untuk membayar untuk sebuah roti lezat tersebut. Lalu si ibu pemilik warung itu menghampiri dan berbicara kepada saya "mau beli apa dek?"Saya pun menjawab " mau beli roti yang itu bu"(sembari menunjuk ke arah roti yang lezat itu) Lalu si ibu berkata"oh yang ini dek, kebetulan roti yang satu ini adalah roti terakhir yang paling di gemari oleh warga sekitar sini dek, silahkan ambil(sambil tersenyum ramah)Setelah itu saya merasa gugup, malu bercampur resah serta gelisah, sembari mengambil roti tersebut. Dengan memberanikan diri saya berkata"memangnya harganya berapa Bu""Harga sebenarnya sih..12.000,- rupiah namun karena roti ini yang terakhir dan adek terlihat sangat lelah, ibu memberikan roti ini setengah harga untuk adek yaitu 6.000 rupiah saja"Mendengar kata itu, saya pun terdiam cukup lama dengan ekspresi wajah bersalah, bingung serta keringat dingin. Lalu si ibu bertanya dengan nada yang tinggi dan cukup menengangkan menurut saya" mau jadi beli gak dek!?"Setelah pertanyaan itu di lontarkan saya terus bertingkah gugup, dan salah tingkah layaknya buah simalakama (serba salah). Si ibu pemilik warung dan saya yang ada di depannya hanya terdiam beberapa saat karena saya tidak bisa menjawab pertanyaan nya. Namun dalam benak saya hanya ingin membatalkan untuk membeli nya, tetapi karena dalam keadaan tanggung, saya pun akhirnya memberanikan untuk berkata seadanya dengan nada yang rendah"maaf sebelumnya bu, jadi begini sebelum saya menghampiri warung ibu saya pergi menumpangi angkutan umum dari Cicurug hingga Cibadak dengan mengeluarkan dana uang sejumlah 7.000,- rupiah hingga sampainya saat ini saya di nagrak bu, namun kini saya baru teringat bahwa uang yang seharusnya saya bayarkan pada roti ini, sudah saya bayarkan pada sopir angkot yang saya tumpangi tadi sehingga tidak ada uang yang saya miliki sepeserpun sekarang bu" Dengan berberat hati saya pun mengembalikan roti yang sudah saya genggam kembali ke asalnya. Sembari berkata" ini bu, saya kembalikan roti nya" tiba-tiba ada sesuatu terjadi, si ibu pun menangkis roti yang akan saya kembalikan, sambil berkata"tidak usah dek, ambil saja roti itu, dan anggap saja itu pemberian yang ikhlas dari ibu kepada adek, karena adek terlihat sangat lesu dan kecapean silahkan di makan saja dek, ibu juga mempunyai seorang anak se-usia adek, dan jika ibu berprilaku tidak memberi pun, ibu merasa bersalah dan tidak tega, jadi silahkan ambil saja dek."( Sambil tersenyum ramah)
Di situlah saya merasa terharu dengan ucapan si ibu pemilik warung tersebut. Dengan nada rendah hati saya mengucapkan" terimakasih banyak ibu" " Sama-sama dek"Setelah itu saya hanya beranjak dari warung sembari masih memikirikan, bahwa saya kurang sopan, karena hanya mengucapkan terimakasih tanpa bicara banyak lagi
di atas lebih baik dari pada tangan di bawah, serta berani jujur itu hebat.

Scifa Nge-EsaiWhere stories live. Discover now