Khawatir

5.8K 411 0
                                    

Setelah kejadian malam itu Bintang terus menghindari abangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah kejadian malam itu Bintang terus menghindari abangnya. Bintang akan lebih sering  berada di luar rumahnya.

Sebenarnya hatinya sungguh berat, tapi mengingat ancaman harris waktu itu, mau tak mau Bintang harus menurutinya.

Kelvinpun di buat bingung dengan sikap adeknya yang semakin hari semakin menjauhi dirinya. Sebenarnya apa yang telah terjadi dengan Bintang.

Hahh

Ini sudah kesekian kalinya Kelvin menghela nafasnya sembari mengaduk minumannya tanpa minat. Pikirannya hanya tertuju ke adeknya yaitu Bintang.

"kamu mau sampai kapan terus seperti itu..?" Kiara menghampiri Kelvin di cafe yang sudah mereka janjikan.

"gak tahu. Bintang sudah 2 hari ini gak pulang. Hp nya juga mati gak bisa di hubungi" keluh Kelvin.

"kamu sudah tanyain ke sekolah atau enggak ke temannya mungkin, kali aja mereka tahu di mana Bintang"

"udah tapi hasilnya tetap nihil, dia juga tidak masuk sekolah dua hari ini. Aku bingung sekarang harus cari dia di mana lagi"

"mending sekarang kamu pulang aja dulu,siapa tahu Bintang sudah pulang"

Kelvin hanya menurut saja apa yang di katakan  Kiara pacarnya. Kali aja memang Bintang sudah pulang ke rumah.

Lagian tubuhnya juga sudah penat, karena seharian ini ia terus mencari Bintang.

Kelvin membelah jalanan yang malam ini tak begitu ramai oleh pengendara lain. Jadi ia bisa tancap gas supaya cepat sampai rumah.

Setelah sampai di rumah ia langsung menghampiri bi Lasmi yang tengah mrnyiapkan makan malam.

"bi.." panggil Kelvin ke Bi Lasmi yang langsung menoleh ke arahnya "Bintang sudah pulang?" lanjut Kelvin.

"belum den, dari pagi bibi di rumah tapi den Bintang juga belum kelihatan pulang" ujar Bi Lasmi yang juga khawatir dengan Bintang.

Yah setelah kejadian dua hari yang lalu Haris kembali menghajar anak itu tanpa ampun.

Bi Lasmi yang saat itu tengah berdiri di balik tembok pembatas antara dapur dan ruang tamu hanya bisa menatap Haris yang brutal memukuli Bintang tanpa ampun.

Ia tak bisa berbuat apapun. Hingga Haris menarik Bintang berdiri lalu menguncinya di luar rumah,bi Lasmi langsung menghampiri anak itu untuk turun dari motornya.

Bintang hanya mengulas senyum sendunya lalu membawa motor sportnya keluar dari rumah itu, tak menghiraukan teriakan Bi Lasmi yang memintanya kembali.

"ya sudah lah bi, Kelvin mau istirahat dulu. Besok mau nyari Bintang lagi kalau anak itu belum pulang juga"

"makan dulu den, nanti aden sakit"

"makasih bi, tadi Kelvin sudah makan sebelum pulang" Kelvin melangkahkan kakinya dengan gontai ke dalam kamarnya, lalu membanting tubuhnya yang sudah penak ke atas ranjangnya.

"lo sebenarnya di mana dek? Pulang abang khawatir sama lo"



Ditempat lain seorang pemuda tengah terbaring di ranjang rumah sakit. Pemuda itu yang tak lain adalah Bintang mengeliatkan tubuhnya yang terasa kaku.

Dahinya mengeryit saat merasakan sakit di seluruh tubuhnya, terutama di bagian tengkuknya yang perih.

"kamu sudah bangun?" tanya seorang wanita setengah baya yang kini tengah memandang dengan intens ke Bintang.

"anda siapa? Kenapa saya ada di sini?" tanya bintang yang masih linglung. Seingatnya, setelah Bintang di pukuli oleh papanya ia lantas keluar dari rumah, tapi setelah kejadian itu ia tak ingat apapun.

"kamu tidak ingat? Kamu sudah tidak sadarkan diri selama dua hari setelah menolong tante yang waktu itu tengah di ganggu oleh preman".

Bintang kembali mengeryitkan dahinya, apa benar begitu sebab ia tidak ingat apapun tentang kejadian itu.

Seorang dokter masuk dengan dua suster yang membuntutinya dari belakangnya. Tersenyum hangat melihat Bintang yang sudah bangun dari tidurnya.

"bagaimana keadaan kamu nak apa masih ada yang sakit?"

Bintang tertegun mendengar tutur lembut dari dokter itu. Perasaannya menghangat, andai saja papanya mempunyai tutur kata yang lembut seperti dokter ini.

"pusing.." keluh Bintang yang memang sedari tadi kepalanya terasa pusing.

Setelah mendengar keluhan dari pasiennya itu. Dokter itu langsung menyuruh salah satu suster tadi untuk menyuntikkan obat di infus Bintang.

"saya tidak bisa menghubungi keluargamu karena ponselmu mati. Tapi sebelumnya saya mau ngucapin terima kasih karena kamu sudah menolong istri saya malam itu, kalau gak ada kamu saya sudah tak tahu lagi harus bagaimana"

"maksud dokter.."

"iya ini adalah istri saya. Ponsel kamu ada di laci itu. Tapi kamu masih harus banyak istirahat. Sekarang kamu tidur dulu supaya cepat sembuh" ujar dokter itu mengusak sayang rambut Bintang yang membuat anak itu kembali tertegun.

Setelah itu kini wanita tengah baya tadi mencium kening Bintang sangat lama"kamu tidur dulu, tante keluar dulu nanti tante ke sini lagi"

Setelah melakukan itu mereka keluar meninggalkan Bintang yang masih mematung menatap lurus ke pintu yang kembali tertutup.

Setetes air mata meluncur bebas dari kelopak Bintang. Hatinya menghangat seandainya keluarganya seperti itu.

"ma...pa... Bintang kangen. Kapan kalian mau melihat Bintang sekali saja."...















Tbc.

Tentang BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang