penyesalan

5K 382 16
                                    

Si sebuah ruangan perkantoran terdapat tiga orang yang bersitegang. Dua orang yang memandang lawannya murka, dan yang dipandang hanya menampilkan wajah santainya,seolah-olah orang yang berada di hadapannya ini hanya bergurau.

"bagaimana kabar kalian, lama kita tidak bertemu bukan? Ahh sepertinya kalian baik-baik saja?"

Pria dihadapannya mengertakkan giginya, andai saja jika giginya keropos,maka gigi orang itu akan tumbang satu persatu.

Sementara wanita paruh baya di sampingnya mengepalkan tangannya hingga buku-bukunya memutih.

"berhenti membual BRENGS*K! Aku muak mendengar mulut busukmu" gertaknya kemudian.

"Haris Haris, kamu memang tak pernah berubah sedikitpun"

"baiklah dariel, sudah cukup bosa basinya, sekarang katakan di mana anak ku?" Allana yang sedari tadi hanya diam menahan gejolak amarahnya kini angkat bicara.

Ia sebenarnya ingin melontarkan banyak sekali caci maki untuk orang di depannya ini. Bagaimanapun lelaki inilah yang sudah menghancurkan keluarganya.

Tapi ia hanya bisa menahan gejolak amarahnya, karena purcama saja, toh itu tak akan menyelesaikan masalahnya.

"maksudmu anak bungsumu?, bukankah ia bersamamu"

"apa maksudmu Bajingan, jangan mempermainkanku. Katakan dimana anakku kau sembunyikan".

Haris sudah tak sanggup menahan amarahnya, ia hampir melayangkan bogemannya, tapi di tahan oleh seseorang sepertinya pengawal pribadi Darrel.

"hahahahahahaha. Kalian itu memang teramat sangat bodoh, sama anak sendiri tidak bisa mengenalinya. Nampaknya lebih peka anak sulungmu dari pada kalian yang jelas orang tuanya.

Ahh bahkan kalian selalu menyiksanya, benarkah itu?"Darrel tersenyum sinis saat melihat tubuh kedua orang di hadapannya membeku.

"ma...maksu mu.." tanya Allana yang menolak mengerti dengan ucapan Darel, karna ia tahu siapa yang di maksud Darrell.

"sebenarnya apa motif permainannmu Dareel, apa maksud ini semua!?"

"maksudku hanya ingin kalian merasakan bagaimana rasanya sebuah penyesalan.

Anak kalian sebenarnya tidak pernah aku tukar, lagi pula anakku sudah mati satu minggu setelah ia terlahir kedunia ini. Dan kalian tahukan siapa penyebabnya" mata Darel menampilkan kebencian dan juga penyesalan.

Darrel tentu saja mengingat itu, awal dimana ia hidup dalam kubangan penyesalan seumur hidupnya.

"karena kalian aku harus membenci istri serta anak yang ada di kandungannya. Dan hanya karena harta kalian merengut nyawanya.

Sementara kalian bahagia diatas semua derita ku. Apa kalian pikir aku akan diam saja. Tapi kalian tenang saja ini baru permulaan. Permainan sebenarnya akan segera di mulai" Darrel menyeringgai melihat kedua orang itu terdiam.

Sementara Allana sudah menangis histeris. Bagaimanapun dia seorang ibu. Dan dengan bodohnya ia tak mengenali anak kandungnya sendiri. Ia justru membiarkan anaknya menderita. Ibu macam apa dirinya selama ini.

Begitupun dengan Haris yang termenung dengan tatapan kosongnya. Kenangan bagaimana ia menyiksa anak itu hingga koma.

Suara rintihan yang menari-nari di pikirannya seperti kaset rusak, menyadarkannya akan perlakuannya selama ini.

Ia menyesal sunguh menyesal.

Andai waktu bisa terulang kembali, namun tidak ada waktu yang bisa kita putar sesuka hati kita. Itu sudah takdir dari Allah untuk keluarganya. Yang harus ia lakukan sekarang adalah mendapatka maaf dari kedua anaknya, terutama anak bungsunya.

Tentang BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang