Deari

3K 291 10
                                    

Bintang sudah pulang dari rumah sakit, dan kini ia sudah duduk manis di kamarnya dengan wajah cemberutnya, lebih tepatnya di kamarnya yang dulu.

Bintang hanya kesal, semenjak ia pulang dari rumah sakit kedua orang tuanya melarang ini dan itu. Kemana-mana harus di kawal dengan dua bodyguard, menurut Bintang itu sangat berlebihan.

Sementara abangnya sama sekali tak membantu, bahkan dengan terang-terangan abangnya menyetujui permintaan kedua orang tuanya.

Bintang memutuskan untuk turun dari ranjangnya, rencananya ia ingin mencari hal menarik yang bisa membunuh rasa bosannya.

Hingga matanya menangkap buku sampul hijau diantara deretan buku yang berjajar di rak buku "buku apaan nih" tangannya membolak balikkan buku yang bertulis "BINTANG" itu.

Lembar pertama;

Gue masih gak tau apa salah gue, hingga mama dan papa membenci gue.
Untungnya saja ada bang Kelvin yang selalu ada buat gue.
Seenggaknya di rumah ini ada seseorang yang menginginkan gue.

Bintang

Lembar kedua;

Lagi-lagi papa mukulin gue. Bahkan punggung gue rasanya sudah patah semua.
Ah sial punggung gue pasti sudah tak berbentuk lagi, lebih parahnya pasti membekas. Tangan gue juga.

Bintang.

Setelah membaca lembar kedua Bintang menyentuh bekas luka di tangannya dan ia juga baru ingat ada beberapa bekas luka di punggungnya, seperti bekas cambuk mungkin.

Tangan Bintang kembali membuka lembar selanjutnya.

Pa...ma... Kenapa kalian cuma sayang sama bang Kelvin dan mengabaikan Bintang. Gue juga pengen ma, dapat kata-kata lembut bukan bentakan yang selalu Bintang dengar.
Jujur saja gue lelah dengan semua ini. Meskipun seberapa kuatnya Bintang tapi tetap saja, Bintang tak sekuat itu.
Balapan liar menjadi satu-satunya cara buat gue ngelampiasin sakit selama di rumah ini.

Bintang.

Bintang bisa merasakan sakit di kepalanya, bahkan ia bisa melihat kilasan saat dirinya meringkuk di samping kasur dengan bercak darah di bajunya setelah seorang pria yang di yakini adalah papanya meninggalkannya.

Dan masih banyak lagi hal-hal yang terus berputar di kepalanya seperti kaset rusak.

"dasar anak tak tahu diri, mau jadi berandalan kamu"

"anak kurang ajar! Lihat gara-gara kamu Kelvin anak saya sakit"

"jangan panggil saya mama, aku bukan mamamu!"

"lebih baik kamu mati saja, menyesal mama merawatmu selama ini".

"ARRGGhhh" pekik Bintang dengan nyaring saat kepalanya kembali berdenyut sakit bahkan berkali lipat dari sebelumnya. Bahkan kini darah juga keluar dari hidungnya akibat sakit di kepalanya.

"BINTANG!" pekik Alana yang melihat Bintang tengah kesakitan apalagi ada darah yang mengalir di hidungnya.

Harris langsung menangkap tubuh Bintang saat tubuh itu hampir menghantam lantai. Bintang sendiri masih dalam keadaan setengah sadar.

Tentang BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang