Menyerah

6.1K 458 2
                                    

Bintang mengambil ponselnya di laci nakasnya, yang tadi sudah di beri tahu oleh dokter yang merawatnya tadi. Bintang tak tahu namanya, karena memang dokter tadi tak memberi tahu namanya.

Setelah menunggu beberapa saat, ponsel bintang banyak menampilkan notifikasi dari abangnya juga dari sahabatnya.

Namun satu yang kini mencuri perhatiannya. Papanya mengiriminya pesan dan juga beberapa kali menghubunginya. Tanpa babibu lagi Bintang membuka pesan itu.

Papa
Pulang sekarang atau kamu akan menerima akibatnya.

Bintang membulatkan matnya, dengan pergerakan tergesa ia mencabut infusnya, lalu segera pergi ke luar rumah sakit.

Bintang tak menghiraukan beberapa orang yang mencoba menghentikannya karena khawatir melihat darah yang mengalir dari tangannya dan juga wajah pucatnya.

Bahkan satpam yang mencoba menghentikannya tak ia pedulikan yang ia pedulikan sekarang adalah papanya yang pasti sudah menyiapkan sesuatu untuknya.

Sebenarnya ia tak ingin pulang, tapi ancaman papanya sungguh tidak main-main. Papa mengancamnya akan menyakiti mang Jono beserta istrinya jika ia tak menurutinya.

Mang Jono adalah orang yang menjaganya selama ini. Bintang sudah menggapnya sebagai orang tuanya sendiri. Dan bintang tak mau mereka terluka.

Kini Bintang sudah turun dari taksi yang mengantarnya tadi.

"loh den Bintang kemana saja, dan apa ini?" tanya pak Miran yang melihat tuan mudanya menggunakan pakaian rumah sakit.

"gak papa kok pak, emmm Bintang boleh pinjam uang pak Miran untuk bayar argo taksi itu. Nanti aku ganti"

Pak Miran langsung memberikan beberapa lembar uang lalu memberikannya ke Bintang "makasih pak" ucap Bintang lalu menghampiri supir taksi tadi untuk membayar argonya.

Bintang langsung berlari ke dalam rumah, di ruang tamu sudah ada kedua orang tuanya yang menatapnya dengan tajam.

Langkah Haris lebar menghampiri anak bungsunya. Sementara Bintang hanya menundukkan kepalanya.

Plak

"Itu untuk anak kurang ajar dan pembangkang sepertimu!"

Untuk sekian kalinya Bintang kembali merasakan manisnya tamparan dari papanya.

Plak

"lihat gara-gara anak sialan sepertimu, anak ku menjadi sakit sekarang"

Bahkan hari ini ia juga merasakan tangan lembut mamanya menamparnya. Luka yang tak pernah mendapatkan penawarnya.

Luka yang setiap harinya selalu bertambah. Dan yang memberikannya adalah orang yang seharusnya memberikannya kebahagian dan kehangatan.

"kenapa kalian selalu melakukan ini kepadaku?. KENAPA?" Bintang berteriak dengan keras di hadapan kedua orang tuanya.

Ia sungguh muak dengan semuanya. Mereka tak pernah mengerti keadaannya. Mereka selalu menyiksanya tanpa sebab dan selalu menyalahkannya tanpa ia ketahui apa salahnya.

Bughh

Haris membogem pelipis anak itu hingga membuat Bintang tersungkur di lantai. Kepalanya kembali pening. Sakit itu datang lagi untuk menyiksanya tanpa ampun.

Tentang BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang