Kenyataan yang masih menjadi tekateki

3.8K 330 39
                                    

Bintang menyusuri jalan trotoar sendirian. Mulutnya yang mungil terus bersenandung dengan riang. Tangannya yang menenteng beberapa plastik terayun mengikuti irama langkahnya.

"hufftt semoga abang belum pulang" gumam anak itu di tengah keheningan malam.

Yah,,

Bintang keluar rumah tanpa seizin Kelvin. Dan kalau sampai ia ketahuan keluar rumah tamatlah riwayatnya.

Salah sendiri ia di tinggal di rumah sendirian tanpa camilan satu. Kalau Kelvin bertaya 'makan lo banyak banget kek banteng' maka dengan senang hati ia akan menjawab kalau dirinya sedang melakukan ritual penggemukan badan dan Kevin akan mendengus.

Langkah Bintang terhenti di salah satu pertigaan jalan. Matanya menelisik seseorang yang memukuli anak seusianya di pinghiran jalan.

Dan benar saja, pria setengah baya tengah memukuli anak seusianya tanpa ampun, bukan hanya melakukan tindak kekerasan tapi juga umpatan orang itu.

Tiba-tiba kepala Bintang berdenyut, seolah kepalanya tertimpa benda yang beratnya berton-ton. Bukan hanya sakit di kepalanya tapi bayangan orang yang memukulinya tanpa ampun terus berputar di kepalanya bagaikan kaset rusak.

"shhhh kepalaku sakit" dengan langkah yang tertatih Bintang berjalan menjauh dari tempat itu. Mendadak ia menyesal karena melanggar perintah abangnya.

Kalau sudah seperti ini, ia harus apa. Obat anti nyerinya tertinggal di rumah, dan sialnya hp juga ia tinggal di rumah juga.

"arrgghh abang.." pandangan Bintang berputar, barang-barang yang ia bawa tadi ia jatuhkan begitu saja di aspal.
Tangannya terus meremat rambutnya untuk sekedar menghilangkan sakit di kepalanya, namun sia-sia sakit itu semakin menjadi.

"jangan di tarik rambutnya, nanti bertambah sakit" seseorang datang menjauhkan tangan Bintang dari rambutnya.

Bintang berharap itu adalah abangnya yang datang namun perkiraannya salah. Itu orang lain yang bahkan tak ia kenal sama sekali.

Bintang ingin bertanya siapa dia, tapi kegelapan lebih dulu merenggutnya. Orang yang tadi menolong Bintang bertambah panik saat mendapatinya pingsan.

Dengan perlahan orang itu menggendongnya ala bridal style dan membawanya masuk ke mobilnya lalu melajukan dengan kecepatan penuh.




Bintang mengerjapkan matanya beberapa kali. Matanya menyipit saat cahaya masuk ke retina matanya. Bintang bingung di mana dia sekarang.

Sekarang ia berada di sebuah kamar yang lebih besar dari kamarnya. Dan anehnya ia mendapati beberapa fotonya yang terpajang apik di dinding kamar itu.

"kamar ini begitu familiar, apa aku pernah datang kesini sebelumnya. Ahh kepalaku pusing sekali"

Bintang mengalihkan tatapannya ke arah pintu. Di situ ia bisa lihat wanita yang masih begitu cantik di usianya yang sudah berkepala empat.

"kamu sudah bangun?" tanya wanita itu lembut.

Wanita itu..?

Ia ingat wanita itu adalah wanitu yang ia temui tempa lalu. Tepatnya di taman bersama kak Kiara dan abangnya yang datang dengan tatapan marahnya. Bintang masih ingat dengan jelas.

"kok malah diam, kenapa?apa ada yang sakit?". Bintang hanya menggeleng dengan kaku membuat wanita yang tak lain adalah Allana itu tersenyum.

"tadi malam kamu di temukan tak sadarkan diri oleh suami tante dan membawa kamu kesini" Lidah Allana terasa kelu saat menyebutkan nama tante di kalimatnya.

Tentang BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang