Janji

5.6K 427 3
                                    

Di sebuah ruangan yang bernuansa putih,seorang pemuda tengah tertidur di sebuah brankar yang ada di rumah sakit itu.

Di sebelahnya ada wanita seumurannya tengah menggenggam erat tangan pemuda itu lalu di sisi lainnya juga ada wanita setengah baya yang terus mengusap lembut surai pemuda itu.

Kelvin pemuda itu mengerjapkan matanya untuk menyambut kesadarannya, yang sejak semalam menutup matanya karena ia tak sanggup menerima sebuah kenyataan yang mencekiknya.

"Kelvin, kamu sudah bangun?mana yang sakit biar mama panggilkan dokter" wanita setengah baya itu yang tak lain adalah Allana memberondongi Kelvin dengan pertayaannya.

Kelvin menatap sebentar orang yang telah melahirkannya itu. Namun hanya sebentar,Kelvin melepas genggaman tanngannya lalu beralih ke gadis disampingnya.

"Kia, Bintang dimana? Semalam aku bermimpi yang aneh tentang dia Kia. Bintang dimana,bawa dia kesini Kia."

Allana yang mendapat perlakuan seperti itu membuat hatinya perih. Sementara Kiara hanya memandang sendu kekasihnya.

"kamu tenang dulu Vin, Bintang masih istirahat. Lebih baik kamu juga istirahat sekarang".

"gak...gak mungkin Bintang gak mungkin lakuin itu. Lepasin gue mau ketemu bintang" Kelvin memberontak, mencabut paksa jarum infus yang menancap di tangannya.

Allana dan Kiara membulatkan matanya,saat Kelvin turun dari brankarnya lalu berjalan tertatih ke luar ruangan itu.

Tak di perdulikan lagi tatapan orang lain juga kedua orang yang memintanya kembali. Yang ada di fikirannya sekarang adalah Bintang.

Sesampainya di koridor ruangan Icu, Kelvin menghentikan langkahnya saat netranya mendapati Bi Lasmi yang memandang sendu ke arah pintu kaca yang di dalamnya ada seorang pemuda yang kini tengah berjuang untuk hidupnya.

Dan di kursi tunggu ada kedua sahabat Bintang yang saling menundukkan kepalanya.

"a...a..adek, kenapa lo tidur di situ, ini gak lucu dek, BANGUN BINTANG. Gue bilang bangun !" gumaman Kelvin membuat semua orang yang ada di tempat itu mengalirkan air matanya.

Begitupun dengan Allana yang tak sanggup melihat putranya seperti itu. Lalu putra yang mana yang membuat ia begitu sedih. Nyatanya putra bungsunya yang begitu mendominasi.

"den...aden udah den. Den Kelvin nanti bertambah sakit" Bi Lasmi kini hanya mampu memeluk anak yang rapuh itu.

"bi bangunin adek bi.. Kalau bibi yang bangunin adek ia pasti mau menerut. Dia pasti akan bangun" rancau Kelvin yang masih berada di pelukan bi Lasmi.

"biarin den Bintang istirahat dulu ya den. Dia pasti bangun kalau udah waktunya bangun"

"lalu kapan dia bangun bi? Apa masih lama?" Bi Lasmi membungkam mulutnya. Ia juga tidak tau mau sampai kapan pemuda itu membuka matanya.

"KELVIN..!" teriakan seseorang membuat semua orang mengalihkan tatapan mereka ke sumber suara, begitupun dengan Kelvin.

Mata Kelvin seketika memerah menatap orang yang kini menghampirinya dengan wajah khawatirnya.Tapi tidak dengan Kelvin yang menatapnya dengan tajam.

"apa yang kamu lakukan disini, ayo kembali ke ruangannmu" Kelvin berdecih lalu melepas paksa tangannya yang di tarik oleh Haris untuk membawanya ke ruangan rawatnya.

"jangan menyentuhku.."

Haris membulatkan matanya "apa maksudmu Kelvin, ini papa bukan orang lain".

"aku tidak punya papa yang sudah berhasil membuat adekku koma di dalam sana" Kelvin menekannkan semua kata-katanya. Ia sudah tak memperdulikan lagi kata sopan-santun.

"maksudmu apa Kelvin"

"kalian akan terima akibatnya jika sampai terjadi sesuatu dengan adekku. Sekarang pergilah aku tidak mau melihat kalian"

Allana dan Haris membulatkan matanya, apa barusanbitu adalah putranya? Kenapa semuanya menjadi serumit ini.

"Kelvin kita...."

"aku bilang Pergi.." Kelvin memotong perkataan Allana. Ia bahkan sudah tak perduli lagi dengan air mata yang terus mengalir di pipi mamanya itu. Dan tatapan Haris yang menyiratkan ketidakpercayaannya.

Bagi Kelvin kini adalah adeknya yang harus ia utamakan, sudah cukup penderitaan untuk adeknya kini ia ingin bahagia bersama adeknya.

Meskipun setelah ini kedua orang tuanya akan mencabut semua fasilitasnya, ia tak perduli yang ia ingin hanya bersama dengan Bintang. Hanya itu.

"istirahatlah,besok kami akan kesini lagi.." Haris melangkahkan kakinya. Tapi hanya beberapa langkah ia menghentikan langkahnya.

"tidak perlu!"

"papa tidak mau terima penolakan"

"aku tidak perduli," Kelvin kembali menatap pemuda yang kini masih menutup matanya. 

"bangun dek, dan setelah ini abang janji akan berikan kebahagian untuk lo. Abang janji" Kelvin mengangkat jari kelingkingnya seolah ia bisa mendapatkan balasan.

Tbc...

Tentang BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang