Chapter 16

543 71 2
                                    

Malam telah tiba. Namun, 5 orang yang diketahui bernama Mina, Sohye, Doyeon, Woojin, dan Jihoon masih belum ada pikiran untuk pulang. Ya, mereka masih berada di Everland. Dari siang hingga malam, tentunya mereka menaiki semua wahana permainan. Dan mereka sedang menaiki wahana terakhir. Bianglala. Untuk kali ini, Doyeon memilih menaiki keranjang yang sama dengan Sohye dan Woojin, tidak peduli bahwa sedari tadi Woojin menatapnya tajam. Doyeon malah asik berbincang dengan Sohye. Tentunya Sohye dia paksa untuk duduk di sebelahnya, membiarkan Woojin lebih merengut di sisi lainnya.

Sedangkan Mina dan Jihoon berada di keranjang yang ada di belakang keranjang Sohye—Doyeon—Woojin.

"Jadi, kenapa lo tiba-tiba ngajakin ke Everland?"

"Gapapa. Pengen main aja di sini. Kan ga pernah tuh kita kencan di taman bermain. Cari suasana baru juga."

Mina yang mendengar penuturan Jihoon sebenarnya tidak seratus persen percaya. Tapi tetap saja, dia memilih untuk mengendikkan bahunya. Beberapa menit, tidak ada yang berucap diantara mereka. Hingga Mina menangkap gelagat aneh dari Jihoon. Tepat saat keranjang yang diisi Jihoon dan Mina berada di paling atas, bianglala itu berhenti.

Mina panik, tentu saja. Bukan karena dia takut ketinggian, tapi dia takut jika bianglala ini rusak dan butuh waktu lama untuk memperbaikinya. Sedangkan Jihoon? Dia malah bersikap tenang. Mina menyadari hal itu, sangat menyadarinya. Hingga tiba-tiba  Jihoon berlutut di hadapannya, mengeluarkan sesuatu dari saku jaket yang diapakainya. Mina terbelalak. Tidak mungkin. Mina berharap apa yang sedang ada dipikirannya tidak akan dilakukan oleh Jihoon. Mina berharap Jihoon tidak akan melam—

"Mina. Kita udah barengan selama kurang lebih 3 tahunan. Aku rasa, 3 tahun itu waktu yang cukup buat kita lanjut ke tahap yang lebih serius. Aku sayang kamu, Min. Banget. Aku cinta kamu. Jadi, Mina, would you marry me?"

—arnya.

Pupus sudah harapannya. Mina benar-benar merasa bersalah kepada Jihoon. Terbukti dengan matanya yang kini tengah berair. Yang sudah siap untuk meluncurkan air bening dari matanya itu.

"Ji—"

"Aku tahu, ini terlalu mendadak buat kamu. Aku juga tau gimana perasaan kamu ke aku. Tapi seenggaknya aku ga mau nyesel. Seenggaknya aku udah berusaha buat milikin kamu seutuhnya. Semua keputusan ada di kamu. Aku ga akan maksa."

Mina tak lagi bisa membendung air matanya. Sungguh, dia sangat merasa bersalah kepada laki-laki di hadapannya ini. Dengan perasaan bersalahnya, Mina memeluk Jihoon. Membuat yang dipeluk tanpa ragu untuk membalasnya. Jihoon mengelus kepala Mina dengan sayang. Membiarkan Mina menangis sepuasnya. Dia tahu bagaimana akhirnya. Sangat tahu. Karena itu, dia hanya bisa menenangkan Mina dalam diamnya.

"Ji. Maafin gue."

"Ga, Min. Lo ga salah. Ga ada yang perlu dimaafin."

"Ga. Gue salah. Gue harusnya nurut sama omongan Changbin dulu. Gue ga seharusnya nyakitin lo. Gue ga seharusnya nahan lo di sisi gue, sedangkan gue sendiri ga pernah bener-bener ada di sisi lo.

"Gue egois. Maafin gue. Gue sayang lo. Tapi gue ga bisa—gue ga bisa nerima lamaran lo. Maafin gue."

Katakanlah Jihoon lemah, Jihoon tidak akan menyangkalnya. Tapi apakah laki-laki yang menangis karena cintanya itu lemah? Ya, Jihoon menangis tanpa suara setelah dia mendengar ucapan Mina. Dia megeratkan pelukannya pada Mina. Sedangkan Mina yang merasakan pelukan Jihoon mengerat, tangisnya semakin menjadi. Mina tahu kalau Jihoon menangis. Setulus itu perasaan Jihoon kepada Mina, tapi Mina bahkan tidak bisa membalasnya sebanyak Jihoon kepadanya.

Dan saat Jihoon melepaskan pelukan mereka, Jihoon membawa wajah Mina untuk berhadapan dengannya. Tidak ada bekas tangisan di wajah Jihoon, itu yang ditangkap oleh netra Mina. Sedangkan Mina masih berusaha meredakan tangisnya. Jihoon tersenyum menatap Mina.

Just-About Us | mark lee + kang mina •_•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang